Penyelamatan Dramatis Korban Banjir Garut di Panti Asuhan Difabel

Penyelamatan anak-anak panti asuhan difabel dari banjir Garut hanya mengandalkan gerak cepat para pengasuh.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 23 Sep 2016, 13:32 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2016, 13:32 WIB
20160923-Hagglund PMI Bantu Evakuasi Korban Banjir Bandang di Garut-Jawa Barat
PMI mengerahkan kendaraan Hagglund di Kampung Bojong Sudika, Cimacan, Garut, Jumat (23/9). Kendaraan hagglund guna mempermudah mobilisasi sukarelawan dan proses evakuasi di tengah kawasan yang penuh lumpur akibat banjir bandang. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Garut - Banyak cerita tersisa dari lokasi banjir bandang yang menimpa Garut pada Selasa malam, 20 September 2016. Salah satunya adalah penyelamatan pengurus panti asuhan anak-anak difabel Yayasan Tri Dharma.

Panti asuhan itu berlokasi di Jalan Pembangunan, Lapang Paris, Garut. Tepatnya bersebelahan dengan gedung Poli Paru, RSUD dr Slamet, yang juga terdampak banjir bandang pada malam nahas itu.

Air bah yang datang begitu cepat membuat pengasuh yang berjumlah sekitar lima orang harus bergegas mengungsikan anak-anak ke tempat aman. Tidak mudah bagi mereka karena bantuan dari tim SAR tidak cukup cepat tiba di lokasi. Mereka hanya bisa mengandalkan kemampuan sendiri untuk memindahkan sekitar 20 anak yang dirawat di panti.

"Saya enggak sampai ke TKP karena Jalan Cikameri sudah keburu tertutup air Sungai Cimanuk yang meluap. Itu sebisa-bisanya pengasuh mengungsikan anak-anak," kata Kasi Kesiapsiagaan BNPB Kabupaten Garus Tb Agus Sofyan kepada Liputan6.com, Jumat (23/9/2016).

Meski berusaha sekuat tenaga, ada sekitar tiga anak yang tidak bisa terselamatkan. Jenazah mereka ditemukan di sekitar Lapang Paris, salah satu kawasan terparah akibat terjangan air bah. Mereka yang selamat kini mengungsi ke Makorem Tarumanegara.

"Bangunan tidak roboh. Sekarang sedang dibersihkan. Ketinggian lumpur antara 50-60 cm di dalam kelas," ujar Tb.

Tb menuturkan korban terbanyak memang berasal dari Kampung Cimacan dan Lapang Paris, Garut. Itu karena lokasi kedua kawasan berada paling dekat dari alur hulu Sungai Cimanuk. Hingga saat ini, masih ada 23 orang yang dinyatakan hilang akibat banjir bandang tersebut.

"Hasil evaluasi semalam, pencarian di tiap titik lanjut ke Malangbong dan Jatigede berdasarkan arahan Basarnas. Polri juga menurunkan anjing pelacak untuk mencari korban. Ada sekitar 200-300 orang tim pencari yang juga stand by di Jatigede, Wado," kata Tb.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya