Peta Rawan Bencana di Jogja Berubah, Ini Penyebabnya

BMKG sudah merilis saat ini memasuki musim penghujan dengan cuaca ekstrem.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Okt 2016, 20:23 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2016, 20:23 WIB
Puting Beliung di DIY
Puting Beliung di DIY. (Switzy Sabandar/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Peta rawan bencana di DIY mengalami perubahan seiring dengan bencana puting beliung yang melanda kawasan Bambanglipuro Bantul pada Jumat 14 Oktober 2016 kemarin.

"Selama ini kawasan tersebut dikenal bebas dari terjangan angin kencang," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Krido Suprayitno, di Yogyakarta, Sabtu (15/10/2016).

Menurutnya, kondisi tersebut juga bisa terjadi di wilayah DIY lainnya. Mengingat anomali mengakibatkan cuaca tidak bisa diprediksi.

Ia mengungkapkan, hal itu memicu terjadinya bencana di titik-titik yang selama ini dirasa aman. "Ada pergeseran peta rawan bencana, walaupun tidak di semua daerah, tetapi tetap harus waspada," ucap Krido.

Terlebih, ia menambahkan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah merilis saat ini memasuki musim penghujan dengan cuaca ekstrem. Dia meminta seluruh BPBD kabupaten dan kota sampai relawan di tingkat kampung mempersiapkan diri.

"Kami tidak bisa bekerja sendiri, antisipasinya harus partisipatif," kata Krido.

Selain Bambanglipuro, bencana puting beliung di Bantul mengenai 42 titik di Kecamatan Pandak, Kretek, Sanden, dan Srandakan. Peristiwa itu menyebabkan 12 tiang listrik patah, satu rumah rusak berat, dan belasan rumah rusak sedang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya