Dalam Pelarian, Kernet Pembacok Guru SD Tanyakan Kondisi Korban

Tersangka pembacok guru SD itu juga sempat menyebut akan bunuh diri jika korbannya meninggal dunia.

oleh Felek Wahyu diperbarui 28 Nov 2016, 17:02 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2016, 17:02 WIB

Liputan6.com, Grobogan - Usai membacok Endang Listyowati (40) yang berprofesi sebagai guru SD, Tugiyono yang bekerja sebagai kernet angkot --sebelumnya disebut kernet bus-- langsung melarikan diri lewat pintu belakang. Selama pelariannya, tersangka yang menyabetkan gobang --sejenis golok-- tiga kali ke tubuh istrinya itu sempat menanyakan kondisi korban.

"Pelaku sempat menelpon tetangga dan keluarganya menanyakan kondisi istrinya," kata Kasat Reskrim Polres Grobogan AKP Eko Adi Purwanto menirukan keterangan salah satu saksi, Senin (28/11/2106).

Dalam percakapan telepon itu pula, Tugiyono sempat mengatakan akan bunuh diri jika istrinya itu meninggal. "Katanya, jika istri saya mati, saya juga akan ikut mati," kutip Kasat Reskrim lagi.

Menghadapi ancaman itu, keluarga yang dikontak Tugiyono mengaku jika kondisi korban baik meski masih dalam perawatan. Inisiatif jawaban itu, lanjut Kasat Reskrim, adalah untuk menghindarkan ayah dua anak tersebut berbuat nekat lebih jauh.

Tugiyono juga sempat menanyakan keberadaan polisi di rumahnya di Dusun Bebes, Desa Mayahan, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kepada keluarganya, ia juga mengaku membawa serta senjata yang digunakan untuk membunuh Endang pada Minggu malam, 27 November 2016.

"Mungkin tersangka yang lari tidak bawa modal hendak pulang untuk mengambil modal atau pakaian sehingga mengecek keberadaan petugas di lapangan," ujar Eko.

Endang Listyowati (40), guru SDN 1 Putatsari, Kecamatan Grobogan, Jawa Tengah, tewas di tangan Tugiyono (43), suaminya sendiri setelah dibacok tiga kali. Saat itu, Endang baru pulang dari pelatihan di Kota Solo dan langsung didamprat suaminya yang berprofesi sebagai kernet angkutan umum.

Korban tewas dengan tiga luka di bagian perut, paha, dan kepala. Nahas, pembunuhan sadis tersebut dilakukan di depan dua anak perempuan korban. Akibatnya, kedua anak mengalami trauma dan perlu pendampingan khusus.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya