12 Tahun Tsunami Aceh, Yasin Terlantun di Kuburan Ule Lhee

Duka itu masih ada meski para keluarga korban sudah bangkit dari musibah tsunami yang melanda Aceh 12 tahun silam.

oleh Windy Phagta diperbarui 26 Des 2016, 16:31 WIB
Diterbitkan 26 Des 2016, 16:31 WIB
12 Tahun Tsunami Aceh
Duka masih terasa bagi warga Aceh ketika mengenang musibah yang terjadi 12 tahun silam itu. (Liputan6.com/ Windy Phagta)

Liputan6.com, Banda Aceh - Sayup suara bacaan Yasin terdengar sesaat memasuki pintu masuk kuburan massal Ule–Lhee, Banda Aceh, Senin (26/12/2017). Di area ini kurang lebih 14.000 syuhada tsunami disemayamkan. Salah satunya adalah ibu dari Hafsah.

Hafsah telah hadir di kuburan massal ini sejak pukul 07.00 WIB. Dia duduk di tepian jalan yang membelah area kuburan masal. Ia melantunkan doa hingga tak kuasa menahan tetesan air mata.

Tsunami meluluhlantakan rumah dan membenamkan ibu, ayah, dan adiknya hingga jasadnya pun tidak ditemukan. Kini Hafsah tinggal bersama sang abang. Mereka berdua selamat dari amukan tsunami 12 tahun silam.

"Rumah kami di Ajun, kata orang, korban tsunami di daerah kami banyak yang dimakam di sini. Saya juga yakin keluarga saya ada di sini," ujar Hafsah pada Liputan6.com.

Tsunami memang telah berlangsung 12 tahun silam. Hafsah pun mengaku telah bangkit dari keterpurukan bencana terbesar di abad ini itu. Hari-harinya dilalui Hafsah layaknya remaja Aceh lain. Namun, memorinya mengenai tsunami kembali bangkit pagi hari ini.

"Sebangkit dan sekuat apa pun mental orang, kalau dia korban tsunami, apalagi berziarah ke kuburan massal ini pasti akan sedih. aSya kehilangan orang tua dan keluarga, karena itu saya menagis dan berdoa mengenang itu (tsunami)," ujar Hafsah sedih.

Warga Aceh yang berziarah di kuburan massal menggelar doa dan membaca Yasin bersama. (Liputan6.com/Windy Phagta)

Bagi Hafsah, tragedi tsunami tak bisa dia lupakan sepenuhnya, walau pada hari biasa dia bisa melewatinya dengan berbagai aktivitas. Namun, hari ini dirinya secara khusus menyisihkan waktu untuk memunajatkan doa bagi para keluarganya, juga sebagai bentuk mendekatkan diri dengan sang pencipta.

"Banyak pembelajaran dari tsunami bagi saya pribadi, selain pembelajaran bencana juga sebagai bentuk teguran Tuhan terhadap saya," ujar dia.

Selain Hafsah, ada ratusan warga lainnya yang berziarah ke kuburan massal Ule-Lhe ini. Mereka memanjatkan doa dan menaburkan bunga di atas gundukan tanah.

Warga Aceh melakukan ziarah ke kuburan masal Ule–Lhee, Banda Aceh. (Liputan6.com/Windy Phagta)

Hal serupa juga dilakukan Sarifah, warga Ule Kareng, Banda Aceh. Dia juga turut mengantarkan keponakannya yang kini berumur 12 tahun. Keponakan Sarifah kehilangan ibunya, hingga kini ia mengangkatnya sebagai anak.

"Mamaknya kena tsunami saat pergi berbelanja ke Lampulo. Jadi sekarang dia tinggal dengan saya, mamaknya adik kandung saya," ujar Sarifah.

Pemerintahan Aceh berharap meski hari ini masyarakat berbondong-bondong memanjatkan doa dalam duka bagi para korban tsunami, tetapi esok hari masyarakat dapat kembali bangkit menata kehidupan.

Meski demikian, masyarakat diharapkan bisa menjadikan musibah itu sebagai pembelajaran supaya masyarakat dapat lebih menjaga lingkungan dan waspada akan bencana.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya