Liputan6.com, Purwakarta - Seorang pedagang tahu bernama Tarmidi (50), warga Sukatani, Purwakarta, Jawa Barat, tertangkap tangan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat berjualan di area terlarang di taman kota kompleks Sribaduga Maharaja di Jalan Siliwangi Purwakarta, Minggu, 25 Desember 2016.
Taman tersebut merupakan daerah steril dari pedagang karena peruntukannya hanyalah sebagai tempat berolahraga bagi masyarakat.
Karena berjualan di zona terlarang, Tarmidi kemudian dijemput staf Dedi untuk menemui Bupati di rumah dinas. Mendapat panggilan Bupati, pria asal Brebes, Jawa Tengah, itu langsung pucat ketakutan dan bahkan gemetar.
"Aduh Pak, saya takut maafkan saya. Saya enggak berani bertemu Kang Dedi. Saya salah," kata Tarmidi sambil memohon kepada staf Bupati yang mengajaknya.
"Saya juga baru sekarang jualan di taman, biasanya juga tidak pernah masuk taman," ujar Tarmidi.
Namun setelah dibujuk oleh staf Bupati Dedi, Tarmidi kemudian menyanggupinya untuk bertemu Dedi. Dengan wajah memalas dan hampir menangis, ia kemudian menemui Dedi yang telah menunggunya di halaman rumah Dinas.
"Bapak ke sini, Pak. Bapak kenapa berjualan di areal taman, kan, sudah tahu tidak boleh. Bapak sudah melanggar," kata Dedi memanggil pedagang tahu itu.
"Pak, saya minta maaf, saya baru sekarang jualan di taman, Pak. Maafkan saya," jawab Tarmidi kepada Dedi.
Dedi kemudian mengajak pedagang tahu itu untuk duduk bersama di halaman. Ia melayangkan sejumlah pertanyaan kenapa sang pedagang sampai nekat berjualan di areal taman, termasuk makanan yang dijual selain tahu serta penghasilan dari usahanya itu.
Baca Juga
"Biasana sok meunang duit sabaraha tina jualan tahu, harga tahu sabaraha? Anu sorangan atawa ngajual boga batur? (Biasanya mendapat uang berapa dari berjualan tahu, harga tahu berapa? Jualan punya sendiri atau menjualkan dagangan orang lain?)" tanya Dedi.
"Mung icalan gaduh batur Pak, abdi kabagean Rp 150 rebu. Icalan mah aya tahu, sareng leupeut. Janten upami sadayana seep abdi kabagean sakitu (hanya menjualkan punya orang Pak, saya kebagian Rp 150 ribu. Kalau jualan ada tahu, leupet. Jadi kalau semua habis hanya kebagiannya segitu)," jawab Tarmidi dengan wajah masih ketakutan.
Setelah mendapat jawaban itu, Dedi kemudian terdiam dan sesaat kemudian mengeluarkan sejumlah uang dan diberikannya kepada pedagang tahu tersebut.
"Sekarang tahunya belum laku, kan, karena saya panggil ke sini. Ini uang Rp 2 juta, saya ganti barang dagangan yang belum laku. Ayo terima," ujar Dedi sambil memberikan pria itu uang.
Tarmidi sesaat hanya terdiam. Wajahnya terlihat seolah tidak percaya dengan apa yang dia alami karena sebelumnya sangat ketakutan akan diberi teguran atau sanksi oleh Dedi.
"Sudah, ayo terima dan Bapak pulang ke rumah. Berikan uang ini sama pemilik dagangan. Sisanya berikan sama anak istri bapak," ucap Dedi.
Tarmidi yang terdiam kemudian tertunduk dan berusaha merangkul Dedi sambil menitikkan air mata. Bahkan, dia menangis tersedu-sedu saat Dedi berusaha menenangkannya.
"Sudah Pak, Bapak jangan menangis begitu," kata Dedi.
"Bapak hatur nuhun. Hapunten abdi Pak. (Bapak terima kasih. Maafkan saya, Pak)," ujar Tarmidi sambil berpamitan.