Liputan6.com, Malang - Pihak Stasiun Geofisika Karangkates, Malang, Jawa Timur, menyebut sepanjang tahun 2016 terekam 399 kejadian gempa bumi di wilayah Jawa Timur. Namun, dari ratusan kejadian itu hanya ada 13 kali gempa bumi berkekuatan signifikan yang bisa dirasakan guncangannya.
Kepala Stasiun Geofisika Karangkates, Malang, Musripan memaparkan, ratusan gempa bumi yang terekam itu memiliki minimal berkekuatan 2 skala Richter (SR).
"Di antara ratusan kejadian gempa bumi itu, hanya ada 13 kejadian gempa yang bisa dirasakan guncangannya karena berkekuatan minimal 3.6 SR," ucap Musripan di Malang, Jumat (30/12/2016).
Advertisement
Secara keseluruhan, sambung dia, dari ratusan kejadian gempa bumi itu jika dipilah berdasarkan kekuatannya, maka 391 gempa bumi kekuatan ringan atau di bawah 5 SR. Kemudian ada tujuh gempa bumi kekuatan sedang dengan kekuatan 5-6 SR. Serta, satu kali gempa bumi kuat dengan kekuatan di atas 6 SR.
Baca Juga
Titik kedalaman lokasi kejadian gempa juga dibagi menjadi tiga. Yakni, 365 gempa bumi dangkal atau pada kedalaman kurang lebih 60 kilometer, 32 gempa bumi menengah atau kedalaman 60–300 kilometer, serta dua gempa bumi dalam pada lokasi lebih dari 300 kilometer.
Sepanjang tahun ini pula, satu di antara kejadian gempa paling kuat adalah saat gempa 6.2 SR pada Rabu, 16 November lalu. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, gempa itu menyebabkan 44 rumah rusak dan beberapa warga mengalami luka. Bahkan, beberapa rumah di Puger, Jember, turut mengalami kerusakan.
"Aktivitas gempa merusak terjadi pada zona subduksi yaitu hasil interaksi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia," Musripan menjelaskan.
Ia menambahkan, frekuensi gempa bumi terjadi secara fluktuatif dan tidak ada polanya. Misalnya, gempa bumi di wilayah Jawa Timur pada tahun 2015 hanya terekam sebanyak 194 gempa bumi dengan tujuh di antaranya bisa dirasakan.
Namun, seluruh kejadian gempa selama tahun ini tak menimbulkan bencana tsunami. Sistem deteksi dini di seluruh wilayah Jawa Timur dilengkapi 14 alat tsunami early warning system, empat sensor sirine, dan tiga tsunami gauge. Jumlah itu, jauh lebih baik dibanding pada tahun 2004 yang hanya terpasang empat alat.
"Kalau ditanya berapa idealnya, ya lebih banyak lebih baik. Tapi kan semua bergantung kemampuan anggaran. Setidaknya sekarang sudah lebih baik dibanding dulu," Kepala Stasiun Geofisika Karangkates, Malang itu memungkasi.