Ritual Unik Warga Perbatasan Datangkan Hujan di Tanah Kering

Dalam ritual itu, warga perbatasan dilarang menoleh ke belakang.

oleh Ola Keda diperbarui 16 Jan 2017, 14:02 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2017, 14:02 WIB

Liputan6.com, Kefamenanu - Warga perbatasan RI - Timor Leste mempunyai kebiasaan unik meminta hujan. Tradisi itu dilakukan warga saat mengalami gagal panen akibat hujan tak kunjung datang.

Kebiasaan itu dilakukan warga dengan memberi sisa hasil panen seperti, padi dan jagung ke Raja Usfinit. Warga setempat menyebutnya dengan istilah Tatam Maus.

"Jika tidak pernah hujan, kami punya kepercayaan hanya raja saja yang mampu datangkan hujan. Setiap rumah wajib kumpulkan hasil panen untuk diserahkan ke raja," ujar Dominikus Usolin (83), tua adat suku Usolin kepada Liputan6.com, Senin (16/1/2017).

Usolin menuturkan, hasil panen yang sudah dikumpulkan, ditaruh dalam sebuah tempat dan dipikul seorang wanita dan diikuti warga lain sambil arak-arakan menuju rumah warga. Dalam perjalanan menuju rumah raja, warga dilarang menoleh ke arah belakang.

"Semua warga wajib jalan kaki dan dilarang melihat ke belakang saat mengantar hasil panen ke rumah raja. Dalam arak-arakan seseorang sebagai pemandu meneriakan bahasa adat, "Pallate" yang berarti seruan kebersamaan dan diikuti dengan serempak seluruh warga," kata Dominikus.

Tiba di rumah raja, warga akan disambut dengan ritual adat oleh sang raja. Usai ritual penerimaan, warga disuguhkan makan bersama di Lopo milik raja.

"Biasanya saat makan bersama raja selesai, hujan langsung datang. Kami benar-benar percaya sehingga apa yang kami lakukan akan terwujud," ujar Usolin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya