Bahagianya Warga Desa Keluar dari Zaman Kegelapan

Selama puluhan tahun hidup di perkampungan terpencil, baru hari ini mereka bisa mendapatkan pasokan listrik.

oleh Fauzan diperbarui 13 Mar 2017, 15:31 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2017, 15:31 WIB
Tiang Listrik Sudah Dibangun di Desa Mangepong Sejak Akhir Tahun Lalu.
Tiang Listrik Sudah Dibangun di Desa Mangepong Sejak Akhir Tahun Lalu. (Liputan6.com/Ahmad Yusran).

Liputan6.com, Makassar - Bagi sekitar 700 kepala keluarga di Dusun Aung, Desa Mangepong, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, zaman kegelapan itu sudah berlalu. Kini hidup mereka lebih bercahaya dan benderang karena sudah ada pasokan listrik.

Perasaan bahagia yang tak terkira itu dirasakan mereka. Betapa tidak, selama puluhan tahun mereka hidup di perkampungan terpencil, baru hari ini mereka bisa mendapatkan pasokan listrik.

Kepala Desa Mangepong, Safaruddin, mengungkapkan rasa syukurnya karena harapan seluruh warga desanya mendapatkan aliran listrik akhirnya terwujud.

"Alhamdulillah, aliran listrik di kampung Aung sudah menyala, dan sudah dinikmati oleh sekitar 700 KK. Terima kasih kepada seluruh unsur yang ikut terlibat memperjuangkan masyarakat Aung," kata Safaruddin, Senin (13/3/2017) .

Safaruddin juga menjelaskan bahwa pengerjaan jaringan listrik agar bisa masuk ke desanya dikerjakan sejak akhir tahun 2016. Baru hari ini aliran listrik di kampung itu dapat berfungsi dan digunakan oleh seluruh masyarakat.

"Pengerjaannya sejak Desember tahun lalu. Hari ini baru difungsikan," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dusun Aung, Marzuki, beberapa waktu lalu mengatakan, selama ini Dusun Aung menjadi daerah yang belum pernah merasakan pasokan listrik. Menurut dia, sudah beberapa mantan kepala desa yang mengusulkan agar Dusun Aung dapat dialiri listrik.

Namun harapan itu tak pernah terwujud. Bahkan sejak Indonesia merdeka, baru hari ini harapan dan impian itu terwujud.

"Di sini tidak ada listrik sejak pertama kali Indonesia merdeka dan saat ini kami bersyukur karena semua itu bisa terwujud," ucapnya.

Selama ini, ucap Marzuki, penerangan yang digunakan oleh warga menggunakan pelita dengan bahan bakar minyak tanah. Namun, karena kelangkaan minyak tanah, warga sempat beralih menggunakan solar.

"Selama ini, sebelum listrik ada, warga cuma pakai lampu (pelita) minyak tanah, karena minyak tanah langka warga sempat juga pakai solar untuk menerangi aktivitas mereka dimalam hari," tuturnya.

Tak jarang, menurut Marzuki, warga mengeluhkan kepulan asap di rumahnya akibat pelita berbahan bakar minyak tanah maupun solar itu. Apalagi mengingat asapnya mengganggu dan menyebabkan penghuni rumah sesak nafas, sehingga mengganggu aktivitas belajar anak-anak saat malam hari.

"Semoga tidak ada lagi keluhan sesak nafas akibat kepulan asap hitam lampu minyak dan anak-anak dapat belajar dengan baik di malam hari," ucapnya.

Terpisah, Kepala Ranting PLN Cabang Jeneponto, Suwardi, menjelaskan lambatnya aliran listrik masuk ke Dusun Aung karena adanya persyaratan jumlah KK di lokasi yang akan mendapatkan jaringan listrik harus memenuhi syarat.

"Tiang listrik beton kami drop ke lokasi itu sejak Desember lalu dan perampungan pemasangan jaringannya baru rampung minggu ini. Keterlambatan Dusun Aung untuk dialiri listrik karena memang dalam pemasangan ada persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya jumlah KK pada lokasi tersebut," ucap Suwardi.

Dusun Aung, kata Suwardi, hanyalah salah satu kampung yang ditargetkan mendapat aliran listrik. Suwardi menyebutkan seluruh kampung yang ada di Kabupaten Jeneponto yang masih berada di zaman kegelapan akan segera mendapat pasokan listrik secara merata.

"Itu hanya salah satunya. Ada banyak perkampungan di Kabupaten Jeneponto yang belum menikmati aliran listrik, dan kami akan usahakan semuanya bisa mendapatkan aliran listrik," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya