Nelayan-Nelayan Itu Akan Terusir dari 'Surga' di Halmahera

Sejumlah nelayan mendiami sebuah pulau di Kepulauan Widi, Halmahera yang disebut seperti surga. Kampung nelayan kecil itu menuju senjakala.

oleh Hairil Hiar diperbarui 29 Mar 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2017, 18:00 WIB
Kampung Nelayan di Halmahera Selatan
Kepulauan Widi akan menjadi tuan rumah kegiatan lomba mancing internasional yang mengancam keberadaan kampung nelayan. (Liputan6.com/Hairil Hiar).

Liputan6.com, Halmahera Selatan - Sebuah kampung nelayan terselip di Pulau Daga Kecil, salah satu pulau dari 99 gugusan pulau yang tersebar di Kepulauan Widi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. 

Di samping kanan dermaga terdapat empat rumah panggung kayu. Di sisi kiri dermaga terdapat dua rumah dan satu rompong berbahan kayu peninggalan warga Korea yang pernah memiliki usaha tangkapan ikan.

La Siani, salah satu warga yang mendiami Pulau Daga Kecil, sudah 15 tahun bersama istri menetap di pulau yang berhadapan langsung dengan Daga Besar atau yang populer dikenal dengan nama Pulau Widi.

Lelaki asal Buton, Kabupaten Bau-Bau, Sulawesi Tenggara itu menghidupi istri dan anak-anaknya dari hasil tangkapan ikan di kawasan gugusan kepulauan Widi.

Aktivitas sebagai nelayan menjadi pilihan utama lelaki 67 tahun itu. Kala kondisi laut kurang bersahabat, La Siani memanfaatkan waktu yang kosong untuk menanam pohon kelapa.

Menurut La Siani, di pulau Daga Kecil hanya tanaman kelapa dan sukun yang bisa tumbuh. Dia pernah menanam piang dan kasbi (ubi kayu) namun tidak tumbuh. Demikian juga buah pepaya.

"Yang bisa hanya kelapa dan sukun. Alhamdulillah bisa tumbuh dan sudah bisa dinikmati,” katanya kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Kisah awalnya La Siani merantau dari Buton, Sulawesi Tenggara untuk mencari hidup di Maluku Utara. Sampailah ia di daratan Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Kala itu, dia bertemu dengan perempuan bernama Hani. Perkenalan dengan Hani berlanjut hingga ke pelaminan.

Setelah setahun menikah, pada 1999 dia mengajak sang istri tinggal di pulau Daga Kecil. Awalnya sang istri keberatan karena gugusan kepulauan Widi selama ini diketahui tidak berpenghuni.

Namun karena cinta dan desakan masa depan yang lebih baik, sang istri mau ikut bersamanya. Selanjutnya mereka berdua meniti hari bersama hingga memiliki buah hati.

Pulau Surga

Kampung Nelayan Daga
Kampung nelayan Daga kecil Halmahera (Liputan6.com / Hairil Hiar)

Gugusan-gugusan pulau di Kepulauan Widi begitu cantik. Panorama alam dan air laut di sekitarnya sangat mempesona. Di setiap laut pada gugusan kepulauan Widi terdapat ribuan jenis ikan.

Kekayaan laut dan panoramanya yang cantik dan masih asri itu makin membulatkan tekad La Siani untuk hidup dan menetap di sana. “Tempat ini sudah seperti surga,” kata La Siani.

Lambat laun La Siani dan keluarganya mendapat teman. Pada 2010, warga Kecamatan Gane Timur lainnya yang berprofesi nelayan kemudian ikut terpanggil mendiami pulau Daga Kecil.

"Lama-lama sesama nelayan yang lain ikut (tinggal di pulau itu). Mereka bawa istri dan anak-anak,” kata La Siani.

Kini ada 11 kepala keluarga di Daga Kecil. Mereka menggantungkan hidup di laut, mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Di pulau itu warga bisa menikmati air bersih dari sumur yang digali, dan bisa menanam beberapa jenis tanaman seperti kelapa dan buah sukun.

Gugusan Kepulauan Widi tentu tidak datang tiba-tiba. Menurut La Siani, para pendahulu setempat pernah mengisahkan hadirnya gugusan-gugusan pulau di Widi.

“Kalau Pulau Widi, orang sini bilang itu Daga Besar. Yang dulu itu hanya ada Daga Besar, setelahnya baru ada pulau-pulau lain muncul di sekitar Daga Besar,” katanya.

“Salah satunya Daga Kecil ini (yang berpenghuni). Karena selain pulau Daga Kecil itu semuanya tidak bisa ditumbuhi pohon lain (kecuali mangrove)."

Nama Daga Besar kemudian dipopulerkan oleh pemerintah daerah dengan nama Pulau Widi. Di kepulauan Widi, terdapat 99 gugusan pulau yang cantik dan menyatu kala air surut.

Gugusan pulau itu nampak jelas disatukan oleh pasir putih halus kala air laut surut, lalu dikelilingi air berwarna hijau dan biru menyerupai birunya langit.

Ikan-ikan dan keanekaragaman lainnya yang terdapat di laut kepulauan Widi terlihat jelas dari atas air tanpa harus menceburkan kepala dan menyelam ke dalamnya.

Senjakala Kampung Nelayan

Kampung Nelayan di Halmahera Selatan
Kepulauan Widi akan menjadi tuan rumah kegiatan lomba mancing internasional yang mengancam keberadaan kampung nelayan. (Liputan6.com/Hairil Hiar).

Kehidupan para nelayan itu sepertinya menuju senjakala. Warga di pulau itu mulai khawatir karena akan dipindah oleh pemerintah kabupaten setempat, ke Desa Joronga, Kecamatan Gane Timur.

Para nelayan itu memang belum mendengar kepastian rencana itu dari pemerintah setempat. Menurut mereka, Bupati Halmahera Selatan Bahrain Kasuba sudah empat kali mengunjungi Widi. Namun selama kunjungan tidak pernah bertatap muka dengan warga.

“Setahu kami dengan kedatangan ini (bupati) sudah empat kali. Tidak pernah bercerita. Kadang hanya duduk-duduk sendiri. Kami tidak berani,” kata salah satu nelayan, di lokasi dermaga Daga Kecil.

Menurut Bupati Halmahera Selatan, Bahrain Kasuba, kawasan gugusan pulau di Kepulauan Widi tidak berpenghuni. Soal 11 KK nelayan yang mendiami pulau Daga Kecil, kata Bahrain, mereka hanya nelayan dari daratan Halmahera yang tinggal dan berteduh sesaat.

“Kawasan gugusan di Pulau Widi ini tidak berpenghuni. Di sini kosong. Kalau memang ada rumah dan orangnya itu cuma sementara saja. Mereka rata-rata tinggal dari desa Jorjoga (daratan Kecamatan Gane Timur) yang datang mencari ikan saja,” ucapnya.

Keponakan gubernur Abdul Gani Kasuba itu mengemukakan beberapa lokasi yang didiami oleh para nelayan tersebut akan ditata rapi untuk pengembangan pariwisata di Pulau Widi. Sehingga para nelayan itu akan dikembalikan ke tempat asal mereka.

Di lokasi yang terdapat rumah-rumah warga akan dibangun homestay. Selain itu pada areal belakangnya akan dibuat tempat pendaratan helikopter. "Itu untuk kepentingan festival mancing (di Widi),” katanya.

Di calon lokasi pendaratan helikopter itu kini terdapat puluhan pohon kelapa yang besar. “Pohon kelapa itu sudah ada sejak dulu,” kata Bahrain..

Meski begitu, Bahrain akan memberikan upah ganti rugi dari tanaman kelapa yang akan ditebang. “Jadi kita tetap ganti rugi kalau sudah ditebang,” katanya.

Senang Ada Jokowi 

Kampung Nelayan di Halmahera Selatan
Kepulauan Widi akan menjadi tuan rumah kegiatan lomba mancing internasional yang mengancam keberadaan kampung nelayan. (Liputan6.com/Hairil Hiar).

La Siani bersama 10 KK lainnya tidak mengetahui adanya rencana lomba mancing Piala Presiden di Widi, atau yang populer dikenal dengan sebutan Widi International Fishing Tournament (WIFT) yang akan berlangsung pada 25 hingga 29 Oktober 2017.

“Saya tara (tidak) tahu. Tara pernah dengar. Baru tahu dari ngana (Anda),” ucap La Siani.

Menurut pemerintah provinsi Maluku Utara, pada kegiatan lomba mancing Internasional itu akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo. La Siani saat dimintai tanggapannya, mengaku senang jika pada kegiatan itu berlangsung akan dibuka dan dihadiri presiden.

“Ooh bagitu (begitu), saya baru tahu. Kalau sampe (sampai) bapak presiden datang, bagus, biar bisa lihat dari dekat kan,” ucap La Siani

Pada pelaksanaan kegiatan itu, La Siani merasa senang karena selain melihat Presiden Jokowi secara langsung, juga istrinya akan mendapat teman.

Kegembiraan sang istri, kata La Siani, karena kepulauan Widi akan ramai dari kehadiran banyak orang. Selama ini, sang istri hanya sendiri ketika La Siani sedang melaut mencari ikan. Juga setelah anak-anak mereka tumbuh dewasa dan tinggal di daerah Buton.

Hal senada dikemukakan beberapa warga Desa Babang, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, mengaku tidak tahu sama sekali rencana ivent mancing di Widi.

“Tidak tahu. Belum ada informasi,” kata Ramli mewakili beberapa rekannya yang sedang bersantai di lokasi pariwisata Dermaga Biru, Desa Babang.

Bupati Halmahera Selatan Bahrain Kasuba membenarkan kalau pelaksanaan Widi International Fishing Tournament itu belum dilakukan sosialisasi. Dia beralasan karena festival lomba mancing itu masih jauh waktu pelaksanaannya.

“Karena itu dalam waktu dekat baru kita sosialisasi,” kata Bahrain.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya