UGM Terjunkan Tim Teliti Longsor Ponorogo

Tim Mitigasi UGM berangkat sehari setelah longsor Ponorogo yang diperkirakan merenggut nyawa 28 orang.

oleh Anri SyaifulDian KurniawanYanuar H diperbarui 04 Apr 2017, 00:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2017, 00:00 WIB
Longsor Ponorogo
Pencarian puluhan korban hilang tertimbun longsor Ponorogo, tepatnya di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jatim. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Ponorogo - Bencana longsor Ponorogo, tepatnya di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menjadi perhatian Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan mengirimkan tim mitigasi. Tim terdiri dari ahli berbagai bidang ilmu ini dipimpin langsung Rektor UGM Dwikorita Karnawati.

Dwikorita menjelaskan tim yang dipimpinnya ini berangkat sehari setelah kejadian longsor yang diperkirakan merenggut nyawa 28 orang. Saat ini, Rektor UGM bersama dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei, berada di lokasi longsor Ponorogo.

Menurut dia, tim ini nantinya bekerja untuk mengetahui penyebab utama longsor. Selain itu tim juga menganalisis dan mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya longsor susulan di lokasi ataupun wilayah lain di Ponorogo.

"Tim mitigasi langsung terjun ke lokasi bencana dengan tujuan untuk mencari fakta riil di lapangan," ucap Rektor UGM dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Senin, 3 April 2017.

Dwikorita mengungkapkan, tim mitigasi akan membantu pemetaan lokasi relokasi bagi warga yang terdampak bencana. Pemetaan dilakukan dengan menggunakan berbagai alat seperti drone.

"Kalau dilihat secara alamiah memang kondisi lerengnya labil, ditambah curah hujan yang tinggi. Struktur geologinya rapuh dengan adanya zona patahan," tutur dia.

Ilmu Titen

Longsor Ponorogo
Pencarian puluhan korban hilang tertimbun longsor Ponorogo, tepatnya di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jatim. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Rektor UGM menjelaskan timnya nanti juga akan menggalakkan perlunya menerapkan Ilmu Titen. Ilmu Titen ini untuk mengenali ciri-ciri lahan dan lereng yang rentan longsor ataupun tanda-tanda awal lereng akan longsor. Diharapkan dengan ilmu Titen korban jiwa akibat longsor dapat dihindari.

"Ilmu Titen ini diharapkan masyarakat akan semakin memahami peringatan dini longsor, sehingga dapat mencegah atau pun menghindari longsor," ia menguraikan.

Sementara itu, Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, pemerintah daerah sebenarnya sudah mengantisipasi terjadinya longsor tersebut. Hal itu terbukti dari warga yang sudah mengungsi pada malam hari. Namun pada saat kejadian mereka saat itu tengah kembali bekerja di ladang jahe.

"Sistem peringatan dini sebenarnya sudah berjalan. Tapi pada saat kejadian warga ada yang kembali ke ladangnya," Kepala BNPB memungkasi penjelasan seputar longsor Ponorogo.

Material Longsor Capai 80 Ribu Kubik

Longsor Ponorogo
Pencarian puluhan korban hilang tertimbun longsor Ponorogo, tepatnya di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jatim. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Proses evakuasi akibat bencana longsor di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, sejak 1 April hingga 3 April 2017 hanya menemukan tiga korban dari 28 korban yang dinyatakan hilang. Yakni, dua laki-laki dan satu perempuan.

Kendala proses evakuasi ini, menurut Deputi II Penanganan Tanggap Darurat BNPB Tri Budiarto, material longsor mencapai 80 ribu kubik. "Selain itu juga tiap pukul 14.00-17.00 WIB terjadi hujan, sehingga menyulitkan gerak kami," tutur Tri saat ditemui Liputan6.com di lokasi, Senin, 3 April 2017.

Ada delapan alat berat yang dikerahkan untuk mencari para korban yang tertimbun dan juga anjing pelacak serta penyemprotan air. "Semoga dengan adanya alat-alat tersebut bisa ada progres untuk pencarian korban," kata dia.

Fokus dari BNPB saat ini, selain menemukan para korban yang masih tertimbun juga menangani masalah para pengungsi yang sewaktu-waktu membutuhkan pertolongan. "Kami dibantu tim relawan dari GP Anshor, Muhammadiyah, Rumah Zakat, Basarnas, TNI dan Polri," ucap dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Ponorogo Rahayu Kusdarini menerangkan, tenaga medis serta obat-obatan bagi 200 pengungsi sudah disiapkan. Bahkan, ada 12 ambulans yang selalu disiagakan di lokasi bencana.

"Hari pertama bahkan ada 20 ambulans, tapi karena melihat situasi sepertinya cukup 12 ambulan saja yang selalu siap," ujar dia.

Tenaga medis sendiri, menurut Rahayu, sangat mencukupi. Ada 30 puskesmas yang ada di Ponorogo tiap hari digilir untuk menjaga tenda pengungsian. "Jumlah perawat, dokter dan obat cukup," Rahayu menambahkan.

PVMBG Akan Relokasi Korban Longsor Ponorogo

Longsor Ponorogo
Pencarian puluhan korban hilang tertimbun longsor Ponorogo, tepatnya di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jatim. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Warga Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo yang menjadi korban longsor, menurut Ketua Tim Tanggap Darurat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Heri Purnomo nantinya akan direlokasi ke tempat yang lebih aman. Sebab, daerah yang diterjang longsor pada Sabtu pagi, 1 April 2017, rawan terhadap longsor susulan.

"Proses relokasi sedang dicari dengan pemetaan menggunakan drone," ujar dia kepada Liputan6.com di lokasi bencana, Senin, 3 April 2017.

Proses relokasi, lanjut Heri, tidak bisa dilakukan asal-asalan. Sebab, harus melalui beberapa tahapan guna mendapatkan daerah baru yang cocok dan aman bagi warga meski berada di perbukitan.

"Pemetaan ini butuh waktu agak lama, karena sebagian besar kawasan perbukitan dan masih rawan longsor," Heri.

Kebutuhan relokasi harus disesuaikan dengan jumlah penduduk yang menjadi korban dan diperkirakan mencapai luasan satu hektare. "Ini mengingat ada 32 rumah yang tertimbun, belum lagi lahan milik warga yang juga ikut tertimbun," tutur dia.

Sementara itu, lahan bekas bencana longsor nantinya dibiarkan hingga kondisi tanah benar-benar stabil. "Mengingat sekarang masih musim hujan dan rawan bencana," ucap Heri Purnomo.

Jasad Korban Ketiga Teridentifikasi

Longsor Ponorogo
Pencarian puluhan korban hilang tertimbun longsor Ponorogo, tepatnya di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jatim. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Memasuki hari kedua pencarian, tim SAR gabungan kembali menemukan jasad seorang korban tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. Korban ditemukan di sektor C pada Senin, 3 April 2017, pukul 14.10 Wib. Korban langsung diidentifikasi oleh Tim DVI Biddokkes Polda Jatim. Korban atas nama Sunadi (47).

"Dengan demikian tiga orang korban meninggal dunia telah ditemukan, yaitu Katemi (70), Iwan Danang Suwandi (30) dan Sunadi (47). Korban telah dimakamkan. Ketiga korban beralamat di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Senin malam, 3 April 2017.

Menurut Sutopo, sebanyak 25 orang masih hilang tertimbun longsor.

Berikut daftar nama korban hilang tertimbun longsor Ponorogo:

1.Litkusnin (laki-laki, 60 tahun)
2. Bibit (perempuan, 55 tahun)
3. Fitasari (perempuan, 28 tahun)
4. Arda (laki-laki, 5 tahun)
5. Janti (perempuan, 50 tahun)
6. Mujirah (perempuan, 50 tahun)
7. Purnomo (laki-laki, 26 tahun)
8. Suyati (perempuan, 40 tahun)
9. Poniran (laki-laki, 45 tahun)
10. Prapti (perempuan, 35 tahun)
11. Cikrak (perempuan, 60 tahun)
12. Misri (perempuan, 27 tahun)
13. Anaknya Misri (perempuan, 3 tahun)
14. Katemun (laki-laki, 55 tahun)
15. Pujianto (laki-laki, 47 tahun)
16. Siyam (perempuan, 40 tahun)
17. Nuryono (laki-laki, 17 tahun)
18. Menik (laki-laki, 45 tahun)
19. Kateno (laki-laki, 55 tahun)
20. Muklas (laki-laki, 48 tahun)
21. Jadi (laki-laki, 40 tahun)
22. Suyono (laki-laki, 35 tahun)
23. Suroso (laki-laki, 35 tahun)
24. Tolu (laki-laki, 47 tahun)
25. Situn (perempuan, 45 tahun)

Sutopo menambahkan, proses evakuasi korban longsor Ponorogo dihentikan pada Senin siang pukul 14.30 WIB karena hujan deras. Hujan yang berintensitas tinggi menghambat proses pencarian korban longsor. Selain itu juga terkendala oleh luasnya lokasi terlanda longsor, terbatasnya peralatan, komunikasi, dan potensi longsor susulan.

Adapun personel yang terlibat dalam penanganan bencana tanah longsor ini melibatkan 1.640 personel, antara lain TNI 200, Polri 200, Basarnas 45, BPBD 100, Tagana 100, Pemkab dan Tim kesehatan 600, relawan 350, serta Perhutani 45 orang.

Penanganan pengungsi juga masih terus dilakukan. Berdasarkan pendataan dari BPBD Kabupaten Ponorogo ada 178 pengungsi yang tersebar di rumah-rumah penduduk.

"Tradisi orang Jawa saling tolong-menolong saudara atau tetangganya yang susah. Jadi korban untuk sementara tinggal di tempat warga lain yang aman lokasinya," ujar Kepala BPBD Kabupaten Ponorogo Sumani.

Ia pun menjelaskan mengenai penyebaran pengungsian. "Di rumah Pak Lurah Banaran ada 30 orang, rumah Pak Agus Suryono 9 orang, rumah Pak Endar 55 orang, di Dusun Gondangsari 12 orang. Sedangkan di Dukuh Tangkil antara lain di rumah Pak Kisut 12 orang, Pak Sumanto 15 orang, Pak Parwoto 25 orang, Pak Bibit 20 orang."

Sejauh ini, Sumani mengungkapkan, bantuan terus berdatangan untuk korban longsor Ponorogo. Kebutuhan dasar bagi para pengungsi juga mencukupi.

Untuk pelayanan kesehatan dibantu oleh 31 puskesmas dengan cara bergiliran. Pos pelayanan kesehatan di tiga lokasi, yaitu di Dusun Tangkil, posko utama dan rumah lurah. "Persediaan obat sampai saat ini masih cukup," Kepala BPBD Ponorogo memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya