Liputan6.com, Surabaya - Desa Sekarputih, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan menjadi salah satu daerah penghasil layang-layang terbesar se-Jawa Timur. Banyak perajin layang-layang di sini meraih kesuksesan di masa dulu.
Namun, kejayaan itu hanya masa lalu. Banyak para perajin layang-layang kini hanya bisa mengenang cerita sukses tempo dulu.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perajin layang-layang gulung tikar. Salah satu penyebab adalah semakin berkurangnya bahan baku untuk membuat layang-layang.
Kurangnya bahan baku itu membuat para perajin layang-layang yang berada di Desa Sukarputih ini memilih menjadi buruh tani.
Baca Juga
Advertisement
"Hampir empat tahun ini banyak yang gulung tikar para perajin layangan di sini, mungkin sekitar 40 persenan lah. Soalnya, bambu yang digunakan sebagai bahan pokok sudah mulai langka," kata Sekretaris Desa Sekarputih, M. Samsul A, Selasa (18/4/2017).
Ia menambahkan, faktor lain yang membuat banyak perajin di desanya gulung tikar adalah banyaknya bermunculan perajin layang-layang di desa lain.
"Kan biasanya mereka hanya kirim bambunya ke sini, tapi sekarang yang kirim bambu itu malah membuat sendiri layangan. Selain itu juga persaingan yang tidak sehat dari para pengepul," katanya.
Seperti halnya yang dialami M. Jaimi, salah seorang perajin layang-layang yang sempat sukses. Ia mengaku dulu pengiriman ke daerah lain per hari mencapai 25 ribu layang-layang.
"Kalau dulu saya tiap hari kirim 25 ribu layangan. Tapi saat ini kan sudah banyak perajin dari daerah lain jadi saya kirimnya per hari hanya empat ribu," kata Jaimi.
Jaimi mengaku semasa suksesnya, layangan di rumahnya sampai mengisi penuh ruangan. Hal itu sampai membuatnya merenovasi rumahnya menjadi lebih luas lagi agar bisa muat untuk menaruh layang-layang buatannya.
"Ini sampai tidak muat dan saya bangun rumah ini hanya agar bisa lebih luas untuk menaruh layangan," ujar dia.
*Ikuti Quick Count Pilkada DKI Jakarta dari tiga lembaga survei di Liputan6.com pada Rabu 19 April 2017.