Nelayan Takalar Arungi Ganasnya Lautan dengan Perahu Jollorok

Mayoritas masyarakat pesisir Kabupaten Takalar, Sulsel, bergantung hidup dari hasil laut.

oleh Eka Hakim diperbarui 26 Apr 2017, 17:05 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2017, 17:05 WIB
Perahu Jollorok
Perahu kecil berbahan kayu berbentuk sederhana ini dikenal dengan sebutan Jollorok oleh masyarakat pesisir Kabupaten Takalar, Sulsel. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Liputan6.com, Takalar - Perahu kecil berbahan kayu berbentuk sederhana dan dikenal dengan sebutan Jollorok oleh masyarakat pesisir Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), ternyata punya peranan utama.

Salah satunya bagi masyarakat pesisir di Desa Bonto Kanang, Kecamatan Galesong Selatan (Galsel), Kabupaten Takalar. Mereka yang mayoritas bergantung hidup dari hasil laut itu menjadikan perahu jollorok sebagai harta yang mahal.

"Karena hanya dengan perahu jollorok kami mencari nafkah di laut lepas. Jika perahu jollorok kami rusak dipastikan akan berimbas pada asap dapur rumah kami," ucap Mansyur (52), nelayan Desa Bonto Kanang saat ditemui Liputan6.com di sela-sela memperbarui warna cat perahu jolloroknya, Minggu, 16 April 2017.

Ia mengaku perahu jollorok miliknya sudah 10 tahun digunakan mencari ikan di laut lepas. Hanya bermodal doa dan peralatan tradisional seadanya, ia pun bersama perahu jolloroknya bertarung melawan gelombang tinggi demi menjaga asap dapurnya tetap mengepul.

"Kadang sampai di perbatasan Kalimantan, kami mencari ikan. Setelah itu, ikan hasil tangkapan saya bawa ke pelelangan untuk dijual dan hasilnya buat keluarga di rumah," tutur Mansyur.

Perahu kecil berbahan kayu berbentuk sederhana ini dikenal dengan sebutan Jollorok oleh masyarakat pesisir Kabupaten Takalar, Sulsel. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Namun sebaliknya, jika perahu mengalami kerusakan, ia terpaksa tak melaut karena harus fokus memperbaiki perahunya tersebut.

"Yang dijaga itu ada kebocoran di sela-sela dindingnya karena terbentur karang dan biasa juga karena memang kondisi kayu yang sudah tua dan mulai usang setelah bertahun-tahun terkena air laut dan kadang hujan di tengah laut," katanya.

Ketakutan di laut apalagi hanya menggunakan perahu kecil jollorok bagi Mansyur dan nelayan lainnya sudah tak ada. Sebab, bagi dia persoalan ajal adalah takdir Illahi.

Perahu kecil berbahan kayu berbentuk sederhana ini dikenal dengan sebutan Jollorok oleh masyarakat pesisir Kabupaten Takalar, Sulsel. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Tantangan apa pun akan dilalui, termasuk ancaman di tengah laut. "Tapi bagi kami yang sudah jadi pekerjaan tak pernah lagi takut soal itu. Semua kami serahkan kepada Sang Pencipta," ujar dia.

Ia bersama hampir semua nelayan dari Bonto Kanang punya prinsip yang sama, yakni pantang pulang sebelum membawa hasil. "Kami hanya berdoa dan bersihkan hati ketika hendak melaut dan itu sudah menjadi ritual kami," nelayan Takalar itu memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya