Liputan6.com, Yogyakarta - Manusia punya kebutuhan spiritual di samping kebutuhan materi. Ada kerinduan atau minimal penasaran dengan sosok yang tak terbatas. Untuk itu laku tirakat pun dijalankan, mencari sekaligus minta pertolongan pada yang maha kuasa.
Galih Puspita, mahasiswi Pascasarjana Penciptaan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, meramu koreografi Tari Semelah Semeleh karena terinpirasi dari sang kakek yang gemar melakukan tirakat.
"Semeleh artinya seleh pasrah, manusia saat sudah tirakat harus selalu pasrah kepada Tuhan," jelasnya kepada Liputan6.com.
Advertisement
Baca Juga
Ia menjelaskan semelah berasal dari kata bismillah atau niat awal untuk tirakat. Ditunjukkan dengan gerakan berwudu menggunakan ratus atau wangi-wangian yang kerap digunakan putri raja untuk membersihkan diri. Sementara, semeleh merupakan representasi dari tokoh Semar yang muncul menjelang akhir pertunjukan.
Tarian ini menggambarkan proses manusia melakukan tirakat atau mencapai kemenangan hati. "Mencoba mencari esensi tentang tirakat, tentang bagaimana manusia mencari kemenangan hati, bagaimana mengalahkan ego, nafsu, mengendalikan keinginan," kata Galih.
Tari Semelah Semeleh ini sudah dipentaskan dengan sembilan penari perempuan di Sendang Mangunan, Bantul, Kamis sore, 11 Mei 2017. Pemilihan Sendang Mangunan sebagai lokasi pertunjukan karena mengandung unsur air dan mendukung kreasi air untuk bersuci.
Gerak dasar tarian itu berlandaskan tari tradisi Yogyakarta yang memiliki pola gerakan serupa seperti Serimpi, Bedoyo, dan sebagainya. Pementasan tari ini melibatkan komunitas kejawen Mantra Jawa. Mereka membacakan mantra-mantra yang bercerita tentang makna dari tari Semelah Semeleh.
Tidak mudah dan banyak tahap tirakat yang harus dilalui oleh manusia. Pertunjukan selama 90 menit ini juga sarat simbol terkait. Empat penari yang membawa kendi melambangkan kepercayaan Jawa tentang saudara yang melindungi manusia setiap hari, yakni getih (darah), ari-ari, pusar, dan kawah (air ketuban saat lahir). Sementara kendi menyiratkan empat unsur alam.
Kain putih yang dibentangkan di atas tangga dan melilit seorang penari perempuan menyimbolkan sulitnya proses menuju tirakat karena harus berusaha mencapai tahap hidup yang lebih baik. Saat sudah memantapkan hati untuk tirakat, batin masih kerap bergejolak.
Simbol pertentangan batin itu berupa munculnya sisi hewan manusia yang digambarkan dengan penari bergerak menyerupai hewan buas. Tantangan pun datang dari dalam. Laku tirakat memang tidak mudah.