Liputan6.com, Kupang - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata melakukan kajian bisnis wisata. Mereka tengah merencanakan wisata menonton ikan paus dan lumba-lumba di perairan NTT.
"Wisata menonton ikan paus dan lumba-lumba ini guna menarik minat wisatawan Eropa dan Australia," kata Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Jelamu kepada Liputan6.com, belum lama ini.
Menurut Marius, NTT dikenal dengan budaya menangkap ikan paus yang dilakukan secara tradisional oleh warga Lamalera, Kabupaten Lembata. Namun, budaya tersebut masih ditentang oleh dunia internasional, terutama para pemerhati lingkungan hidup.
Baca Juga
"Rata-rata wisatawan dari Eropa dan Australia tidak mau ada pembunuhan terhadap hewan atau darah," ujar Jelamu.
Wisata menonton ikan paus ini, kata dia, karena perairan NTT sering menjadi daerah transit ikan paus, terutama di perairan Lembata, Flores Timur, dan Alor. Perairan NTT memiliki habitat laut dalam dan pelintasan 18 jenis paus, termasuk dua jenis paus karismatik, yakni paus biru (Balenoptera mausculus) dan paus sperma (Physter macrocephalus).
Dia mengatakan, menonton ikan paus dan lumba-lumba (Setasea) di alam liar adalah industri yang berkembang pesat dengan keuntungan mencapai US$ 1,5 juta setiap tahunnya.
Karena itu, pihaknya mulai melakukan sosialisasi draf rencana pengembangan dan rencana bisnis wisata menonton ikan puas dan lumba-lumba kepada semua stakeholders.