Pelaut Mandar Pancing Ikan Terbang Pakai Mantra Berbau Porno

Mantra berbau porno untuk memancing ikan terbang muncul itu biasa diucapkan pelaut Mandar sebelum melaut.

oleh Eka Hakim diperbarui 07 Jul 2017, 05:01 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2017, 05:01 WIB
Kisah Mantra Berbau Porno Pemancing Ikan Terbang
Mantra berbau porno pemancing ikan terbang itu biasa diucapkan pelaut Mandar sebelum melaut. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Liputan6.com, Makassar - Terkenal sebagai pencetak pelaut ulung, kehidupan pelaut asal Sulawesi Selatan ternyata tak lepas dari tradisi mistis saat mencari ikan di laut lepas. Salah satunya adalah mengucap mantra khusus saat hendak berburu ikan terbang . Masyarakat Sulsel menyebutnya dengan sebutan ikan tuing-tuing.

Nelayan Mandar, salah satu etnis terbesar di Sulsel, hingga saat ini masih melestarikan tradisi peninggalan nenek moyang dalam berburu ikan terbang di laut lepas yang berjarak jauh dari pesisir pantai. Tradisi leluhur itu dikenal dengan nama tradisi Mappeusul.

Sebelum berangkat melaut mencari ikan terbang, para nelayan Mandar terlebih dahulu menggelar ritual baik sebelum hingga selama proses mendeteksi ikan terbang di laut.

"Laut kan sangat identik dengan hal-hal yang sakral dan mistis, sehingga kemungkinan ini yang menjadi dasar nenek moyang melakukan ritual mappeusul," kata Pak Darwis, salah seorang masyarakat pesisir Pantai Somba, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Kamis, 6 Juli 2017.

Prosesi Mappeusul, ujar Darwis, terdiri atas tahapan melihat bintang di langit dilanjutkan dengan membaca mantra atau dikenal dengan nama Paissangang dengan harapan mendapatkan hasil yang banyak.

Agar ikan terbang muncul, kata Darwis, para melayan beramai-ramai masuk ke dalam buaro atau bubu yang disertai dengan membaca mantra. Hal itu agar ikan terbang yang mayoritas berukuran kecil itu dengan semangatnya muncul di bubu. Kalimat di mantra itu kental dengan makna porno.

"Jadi, mantra tersebut identik dengan seruan penyemangat tuing-tuing untuk melakukan hubungan seks. Sedang buaro sebagai alat tangkap digambarkan sebagai sebuah gendang yang diumpamakan sebagai alat kelamin perempuan dan ikan terbang diibaratkan sebagai raja. Atau masyarakat Mandar mengistilahkan dengan panggilan Maraqdia," tutur Darwis.

Seingat Darwis sedikit penggalan kalimat dalam mantra yang berbau porno tersebut yakni "Mai nasammoo sirumung, dinimi tuu ganrammu nitannang-gasami tama ganrang sossorammu daeng, irappang bulu ipui butir, itomaressa malolo".

"Arti yang terkandung dalam bait kalimatnya semuanya berbau seksual," ucapnya.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya