Para Petani Berhamburan Begitu Bom Militer Jatuh di Ladang

Warga Desa Kaibon Petangkuran, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dibuat geger oleh jatuhnya bom militer yang jatuh di ladang

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 15 Sep 2017, 20:04 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2017, 20:04 WIB
Bom Militer
Seorang petani mendekati bom militer yang jatuh di ladang warga kebumen. (Foto: Liputan6.com/Panji/Muhamad Ridlo).

Liputan6.com, Kebumen - Warga Desa Kaibon Petangkuran, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dibuat geger oleh jatuhnya bom militer yang jatuh di ladang warga.

Penggarap lahan, Seniman mengatakan, bom itu jatuh pada Kamis, 14 September 2017, sekira pukul 10.00 WIB, di tanah desa yang terletak di Blok Ngalur, Dukuh Karangjiad. Tanah desa itu merupakan tanah bengkok istrinya yang perangkat desa di Kaibon Petangkuran.

Menurutnya, bom itu tiba-tiba terjatuh dari langit dan berputar-putar di ladang jagung yang baru bemurur 7 hari. Untung saja, bom itu tak meledak. Jika meledak, entah nasib apa yang menimpa petani yang tengah bekerja di sekitar lokasi.

Saat itu, kata Seniman, ada delapan petani yang tengah bekerja di ladangnya. Saat ditemukan, bom itu tanpa hulu ledak dan kincir belakang.

"Saya mendapat laporan dari Pak RT Paimun. Ada roket bom jatuh di ladang yang saya garap. Saya kemudian ke sana," kata Seniman, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 15 September 2017.

Seniman menduga, bom itu berasal dari tembakan artileri latihan militer yang melenceng jauh dari sasaran. Sebab, jarak antara pagar batas tanah pelatihan militer (zona aman) dengan lokasi jatuhnya bom berkisar 800 meter.

Menurutnya, bom itu melampaui tiga zona, yaitu batas bagar, ladang, dan Trans Jalan Lintas Selatan-Selatan (JLSS). Bahkan, dari perkampungan warga, lokasi jatuhnya bom itu hanya berjarak 120 meter.

“Cuma yang jatuh di lahanku itu kan tidak meledak. Ladangku itu kan jauh mas. Bicara soal zona aman, itu jauh ke utara, sekitar 800 meter. Kalau dari perkampungan itu jaraknya tinggal 120 meter. Di utara mega proyek proyek JLSS, sekitar 200 meter kalau dari JLSS,” ujarnya.

Pekerja yang saat itu berada di lokasi lantas melaporkan ke Ketua RT dan Bayan (Kepala Dusun) setempat. Laporan itu, kemudian, diteruskan ke pihak Koramil yang kemudian mengamankan sekitar lokasi.

"Jadi pelurunya itu langsung, begitu kita ke sana, tentara mengambil pelurunya," dia menjelaskan.

Soal kerusakan tanaman yang dialaminya, Seniman hanya mengatakan bahwa bom itu hanya merusak sedikit tanaman jagung berumur tujuh hari. Namun, dia pun khawatir jika bom itu berhulu ledak akan mencelakai warga sekitar lokasi latihan militer.

"Ya kan tidak meledak. Kalau meledak berbahaya. Kalau kemarin-kemarin itu, ada suara ledakan bom di tempat latihan militer," ucap Seniman.

Saksikan video pilihan berikut ini!

Klarifikasi TNI

Bom Militer
Petani menyaksikan tentara mengevakuasi bom. (Foto: Liputan6.com/panji/Muhamad Ridlo)

Sebuah bom dari latihan militer dilaporkan melenceng dari sasaran dan jatuh di ladang penduduk Desa Kaibon Petangkuran, Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis, 14 September 2017.

Bom itu jatuh sekira pukul 10.00 WIB, di tanah desa yang terletak di Blok Ngalur, Dukuh Karangjiad. Saat itu ada delapan pekerja di ladang. Beruntung, bom itu tak meledak.

Komandan Kodim 0709/Kebumen, Letkol Kav Suep mengkonfirmasi  kejadian ini.  Namun, dia membantah bahwa benda yang jatuh di ladang warga adalah bom, melainkan kanon.

"Itu bukan roket bom ya, itu kanon dari latihan menembak kavaleri," kata Suep, Jumat sore, (15/9/2017).

Dia menjelaskan, kanon itu berasal dari tembakan Batalyon Kavaleri 2, Turangga Seta, TNI AD, yang menggelar pelatihan menembak di hari terakhir latihan militer, antara Senin-Kamis (11-12/9/2017). Kanon itu rekolset atau melenceng, lantaran terpental dari sasaran aslinya. Namun secara pasti, dia mengaku tak mengetahui benda apa yang menyebabkan kanon bisa memental sejauh itu.

"Itu informasi awal kan hanya rekolset. Rekolset itu, artinya harusnya jatuh di titik yang ditentukan, itu mental, mental gitu lho,” Suep menerangkan.

Suep juga membantah bahwa kanon itu melenceng sejauh 800 meter dari zona aman. Menurutnya,  jarak dari batas daerah latihan militer hanya sekira 100 meter. Tetapi, dia membenarkan bahwa antara titik sasaran dengan titik jatuh memang lumayan jauh, yakni antara 700-800 meter.

"Jadi harusnya ujungnya kena sasaran, tetapi ini kena sasaran tapi karena ada sesutau di situ, kemudian mental,” ujarnya.

Menurut Suep, kanon jenis 105, yang jatuh di ladang warga itu tanpa hulu ledak. Menurutnya, dalam pelatihan militer, tidak setiap kanon atau amunisi yang digunakan dalam pelatihan militer membawa hulu ledak. Sebab, bisa jadi pelatihan militer hanya untuk melatih akurasi.

"Kan ada yang untuk personil, ada yang untuk melumpuhkan tank. Macam-macam. Jadi tidak meledak. Mental ke sekitarnya," ucapnya.

Suep menerangkan, pihaknya juga telah memfasilitasi pertemuan antara warga dengan penanggungjawab latihan militer, Litbang TNI AD. Dalam pertemuan itu, telah disepakati ganti rugi atas kerusakan yang terjadi akibat jatuhnya kanon. Pihaknya juga telah menjelaskan kepada warga soal kronologi insiden itu.

"Intinya sudah selesai. Dengan warga juga sudah selesai. Kerugian dan sebagainya, sudah," dia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya