Liputan6.com, Nasiriya - Setidaknya 60 orang tewas akibat dua serangan bom yang terjadi di Irak selatan, tepatnya di dekat Nasiriya, ibu kota Provinsi Dhiqar.
Sebuah serangan terjadi saat seorang bomber bunuh diri meledakkan bomnya di dalam sebuah restoran. Selain bomber, sejumlah pria bersenjata juga menembaki pengunjung tempat makan itu.
Beberapa saat kemudian, sebuah bom mobil meledak di dekat pos pemeriksaan di dekatnya. Kedua serangan tersebut terjadi pada Kamis, 14 September 2017 siang hari waktu setempat.
Advertisement
Baca Juga
"Seorang bomber meledakkan rompi bunuh dirinya di dalam restoran yang ramai itu, sementara sekelompok pria bersenjata lain mulai melempar granat dan menembak para pengunjung," ujar Kolonel Ali Abdul Hussain, seperti dikutip dari BBC, Jumat (1/9/2017).
Menurut pejabat kesehatan, setidaknya ada tujuh warga Iran yang menjadi korban tewas. Ia menambahkan, lebih dari 90 orang terluka akibat insiden tersebut.
Laporan yang belum dikonfirmasi menyebut bahwa sejumlah polisi tewas dalam serangan di pos pemeriksaan. Namun, jumlah korban tewas akibat insiden tersebut belum diketahui.
Tempat terjadinya dua serangan itu berada di jalan utama yang sering dikunjungi oleh peziarah, termasuk dari Iran, dalam perjalanan mereka ke kota-kota suci Najaf dan Karbala yang berada di utara.
ISIS mengklaim bahwa pihaknya yang melakukan dua serangan tersebut.
Kelompok militan itu mengalami kekalahan besar di garis depan Irak dan Suriah. Namun, mereka masih meluncurkan serangan pada target-target mudah, seperti warga sipil. Diyakini, ratusan pengikutnya siap melakukan serangan.
Â
Pejabat Irak: ISIS Balas Dendam Akan Serang Inggris dan Eropa
Seorang pejabat intelijen Irak memperingatkan bahwa pemimpin ISIS sedang berencana untuk melancarkan gelombang teror baru terhadap Inggris dan sejumlah negara Eropa.
Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, mengatakan bahwa dirinya akan mengorganisasi "serangan mutakhir" terhadap Barat. Hal itu dilakukan setelah kelompoknya mengalami kekalahan di beberapa tempat, seperti Mosul dan Raqqa.
Kepala intelijen Kurid, Lahur Talabani, yang terlibat dalam kampanye pembebasan Mosul dari ISIS, mengatakan bahwa sebuah kelompok teror baru dapat muncul di Irak jika reformasi politik secara radikal tak dilakukan.
"ISIS telah kehilangan banyak wilayah di Irak dan Suriah, tapi ini bukan akhir dari ISIS," ujar Talabani.
Dilansir dari The Telegraph, pria berusia 41 tahun itu mengatakan, ada sekitar 500 militan asal Inggris yang bertempur bersama ISIS. Namun, sebagian besar dari mereka tewas dalam kampanye koalisi militer pimpinan AS.
Akibatnya, al-Baghdadi yang menurut Talabani masih hidup dan kemungkinan bersembunyi di gurun pasir antara perbatasan Suriah dan Irak, berkeinginan kuat untuk meluncurkan gelombang serangan baru.
"Kita akan melihat lebih banyak serangan ke Barat yang dirancang untuk meningkatkan semangat juang para militan yang mengalami kerugian besar. Mereka mencoba melakukan serangan yang membuatnya diangkat ke media," ujar Talabani.
Advertisement