Gerak Warga Membendung Geliat Gunung Agung

Gunung Agung terakhir kali meletus pada 1963. Warga berharap erupsi itu tak terulang karena berdampak sangat besar

oleh Dewi Divianta diperbarui 21 Sep 2017, 19:01 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2017, 19:01 WIB
Gerak Warga Membendung Geliat Gunung Agung
Gunung Agung terakhir kali meletus pada 1963. Gubernur Bali Made Mangku Pastika berharap erupsi itu tak terulang karena berdampak sangat besar. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Karangasem - Gubernur Bali, Made Mangku Pastika beserta jajaran menggelar persembahyangan di Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung. Persembahyangan itu berkaitan dengan meningkatnya aktivitas Gunung Agung.

Selain Gubernur, persembahyangan juga dihadiri Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta, sejumlah pejabat eselon II Pemprov Bali, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumantri, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Wisnu Bawa Tenaya dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya.

Gubernur Pastika menjelaskan, persembahyangan ini digelar untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa agar semua pihak diberi keselamatan.

"Kita lihat perkembangannya seperti apa. Kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa secara sekala dan niskala. Semoga kita semua diberi keselamatan," kata Pastika saat ditemui usai persembahyangan, Rabu malam, 20 September 2017.

Ia berharap Gunung Agung tidak sampai erupsi karena akan menimbulkan akibat yang luar biasa. Itu sebabnya persembahyangan itu digelar untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kendati begitu, kata dia, Pemprov Bali tetap menyiapkan langkah antisipasi jikalau erupsi Gunung Agung tak dapat dibendung.

"Tapi kalaupun terjadi saya kira kita sudah cukup siap untuk meminimalisasi korban dan sebagainya, utamanya korban jiwa. Kita berusaha sekuat tenaga," tuturnya.

Pastika memastikan akan terus memantau perkembangan Gunung Agung. Berdasarkan laporan terakhir yang diterimanya, ia menyebut aktivitas gunung tertinggi di Pulau Dewata itu menunjukkan penurunan.

"Dibanding tanggal 18 dan 19 kemarin, jumlah getaran dan kekuatannya menurun," kata Pastika.

Ia berharap aktivitas gunung berketinggian 3.142 mdpl itu terus menunjukkan penurunan aktivitas. dengan begitu, situasi kegawatdaruratan bisa dihindari.

"Kalau sampai turun terus, situasi tenang kita tidak sampai pada situasi darurat. Kalau memang harus dan terus meningkat, apa boleh buat," tutur dia.

Walau begitu, Pastika mengatakan Pemerintah Provinsi Bali bersama instansi terkait lainnya telah siap mengantisipasi hal tersebut. Pastika mengaku telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se-Bali terkait aktivitas Gunung Agung.

"Saya sudah minta BPBD kabupaten lain se-Bali untuk bersiap, dan semua sudah siap. Kita sudah siap tenda dan logistik," ujar Pastika.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Bangkitkan Gotong Royong

Gunung Agung Siaga, Warga Bali Pilih Mengungsi
Petugas memantau gelombang seismik di stasiun pemantauan Gunung Agung di kecamatan Rendang, Bali, Kamis (21/9). Intensitas gempa Gunung suci umat Hindu Bali itu terus meningkat sejak Rabu malam hingga Kamis (21/9) pagi. (SONNY TUMBELAKA/AFP)

Sementara itu, masyarakat dan pengurus desa di daerah zona aman di Kabupaten Karangasem, di Desa Nongan, sudah siap untuk menampung pengungsi Gunung Agung dengan mempersiapkan sarana dan prasarana.

"Kami selaku prajuru (pengurus) desa adat dan warga masyarakat secara sukarela sudah mempersiapkan fasilitas untuk menampung warga yang melakukan pengungsian terkait antisipasi Gunung Agung meletus," kata Bendesa Pakraman (Ketua Adat) Nongan I Gusti Ngurah Wiryanata dilansir Antara di Denpasar, Kamis (21/9/2017).

Ia mengatakan warga masyarakat Nongan secara sukarela sudah melakukan gerakan kemanusiaan dengan membersihkan tempat penampungan pengungsi, antara lain balai banjar maupun rumah-rumah penduduk yang siap menampung pengungsi tersebut.

"Pengurus banjar dan warga Nongan sudah bergotong-royong mempersiapkan sarana umum yang ada di desa kami, yakni balai banjar di pasang perlengkapan seperti karpet, tikar, penerangan listrik hingga kamar mandi serta dapur umum," ucapnya.

Ngurah Wiryanata mengatakan pihaknya bersama pengurus desa dan berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk selalu siaga serta menyiapkan fasilitas penampungan warga pengungsi dari daerah rawan bencana Gunung Agung.

"Kami terus melakukan pemantauan bersama aparat dan warga masyarakat kami dalam upaya meringankan beban masyarakat pengungsi. Dengan cara menyediakan fasilitas penginapan di masing-masing banjar di wilayah Nongan, maupun dukungan komunikasi radio amatir," ujar mantan pengurus DPD Peradah dan DPD KNPI Provinsi Bali.

Ngurah Wiryanata mengatakan Desa Nongan pada prinsipnya sudah siap menampung warga pengungsian jika erupsi Gunung Agung terjadi. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat desa dan instansi terkait dalam tindakan kegawatdaruratan tersebut.

"Dari pemantauan, sejak tadi malam, beberapa banjar di desa kami sudah ada menampung pengungsi yang datang dari warga rawan bencana atau pada zona radius berbahaya yang ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral," ucapnya.

Dari pemantauan, puluhan warga masyarakat sudah melakukan pengungsian di Desa Menanga dan Rendang. Mereka bergerak dari zona daerah rawan bencana tersebut sejak Kamis dini hari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya