Liputan6.com, Pekanbaru - Ular piton di perkebunan sawit Desa Belimbing, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, ternyata sudah lama meneror warga sekitar. Meski menyerang manusia baru satu kali dengan korban Robert Nababan karena ingin ditangkap, selama ini ular serupa disebut sering berkeliaran di perkebunan hingga permukiman untuk memangsa ternak.
‎Tak hanya ular, ternyata buaya juga kerap meneror warga sekitar. Masyarakat perlu kehati-hatian tingkat tinggi bila menyeberang sungai ataupun mencari ikan serta mandi. Buaya sering terlihat di sungai di Desa Belimbing, meski selalu diusir warga jika ke darat.
"Tak hanya ular, bang, di sini ada buaya juga. Ada dua hewan yang membahayakan di desa ini," ucap Bhayangkara Pembina Keamanan serta Ketertiban Masyarakat Desa Belimbing, Rahmansyah, saat dihubungi Liputan6.com dari Kota Pekanbaru, Riau, Selasa, 3 Oktober 2017.
Advertisement
Baca Juga
Rahmansyah menyebutkan, ular cepat berkembang biak di desa itu bukan karena lokasinya berada di hutan. Namun, kebun sawit dan semak-semak menjadi tempat favorit ular bersarang, terutama jenis piton.
"Kalau di perkebunan sawit emang begitulah, banyak terdapat ular dengan ukuran berbeda," ujar Rahmansyah.
Sejak bertugas di desa itu, Rahmansyah tidak tahu pasti apakah ular yang ditangkap korban Robert Nababan bersama tiga rekannya adalah yang paling besar. Dia hanya menyebutkan memang banyak ular piton di perkebunan di sana.
"Enggak tahu juga itu paling besar atau bagaimana, tapi di sini memang banyak ular," katanya.
Terkait buaya sendiri, Rahmansyah menyebut pernah ada warga yang diserang buaya di kecamatan tersebut. Warga itu kemudian ditemukan tewas berada di mulut buaya. "Kejadiannya dulu, sudah lama. Di Kecamatan Batang Gansal juga," ia menambahkan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Serangan Balik Ular Piton Raksasa
Sebelumnya, keberadaan ular piton sepanjang tujuh meter meresahkan warga dan karyawan di sekitar perkebunan PT SSK, Desa Danau Rambai, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Rencana penangkapan lalu disusun oleh empat warga yang sudah terbiasa menangkap ular.
Dalam peristiwa itu, seorang karyawan perusahaan tersebut, Robert Nababan, terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Dia kritis setelah bertarung dengan hewan pelilit itu dan membutuhkan darah golongan O untuk transfusi.
"Saat ini, kondisi abang saya (Robert) masih dirawat di ruang ICU RSUD Indrasari Pematangreba," ujar Anas, adik korban dihubungi dari Pekanbaru, Senin, 2 Oktober 2017.
Anas menjelaskan, kejadian bermula ketika korban bersama tiga rekannya masuk ke kawasan perkebunan pada Sabtu, 30 September 2017, sekitar pukul 19.00 WIB. Tujuannya untuk menangkap ular karena sering terlihat di jalanan dan perkebunan.
Anas menambahkan, ular piton itu sejak sebulan belakangan meresahkan warga karena kerap ternak peliharaan. Ketiga kawan korban mengaku tidak sanggup untuk menjinakkan ular itu, kalau korban tidak ikut.
"Makanya abang saya diajak oleh tiga temannya karena sudah sering menangkap ular," ucap Anas.
Korban dan tiga rekannya kemudian mengintai ular ini di salah satu ruas jalan. Ketika itu, beberapa warga berhenti karena ular dimaksud melintas. Penangkapan dilakukan dengan berbekal tali dan karung goni.
Salah seorang rekan korban sudah memegang tubuh ular. Selanjutnya, korban diminta memegang kepala ular untuk kemudian dimasukkan ke dalam karung. "Tiba-tiba ular tadi melawan dan langsung mengigit tangan kiri abang saya yang sedang pegang karung goni," ucap Anas.
Robert yang menjadi incaran ular piton itu langsung menarik tangan kirinya dari mulut ular dan berhasil lepas. Namun, urat nadi tangan kiri korban putus, akibat digigit ular.
Meski demikian, ular piton tersebut akhirnya berhasil ditangkap korban dan rekannya. Ular kemudian dibawa ke tempat keramaian dan mati di tangan warga. "Saat ini korban masih trauma dan butuh transfusi darah golongan O," kata Anas.
Advertisement