Jembatan Putus Bikin Senewen Petani Salak di Banjarnegara

Warga satu dusun yang mayoritas petani salak terisolasi karena putusnya jembatan Kali Mrawu.

oleh Galoeh Widura diperbarui 19 Okt 2017, 05:02 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2017, 05:02 WIB
Jembatan Kali Mrawu Putus, Ratusan Warga Dukuh Buana Terisolasi
Jembatan Kali Mrawu putus, ratusan warga Dukuh Buana terisolasi. (Liputan6.com/Galoeh Widura)

Liputan6.com, Banjarnegara - Hujan deras di kabupaten Banjarnegara mengakibatkan jembatan Kali Mrawu tergerus banjir. Runtuhnya jembatan penghubung Dusun Buana, Desa Sewidak, Kecamatan Wanayasa itu membuat 300 penduduk terisolasi, Senin, 16 Oktober 2017.

"Jembatan ambrol tengah malam tadi. Itu satu-satunya akses dari dukuh kami," ujar Kepala Dusun Buana, Bera pada Selasa, 17 Oktober 2017.

Semua jenis kendaraan tidak dapat melewati jembatan itu. Totalnya ada dua kendaraan roda empat, 1 truk, 1 cyclone, dan 50 unit roda dua yang terjebak di Dusun Buana. Warga terpaksa menyeberang sungai dengan berjalan kaki menerobos arus Kali Mrawu.

"Anak sekolah dan pekerja yang menuju luar dusun terpaksa jalan kaki, lalu disambung angkutan umum," kata Bera.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara, Arif Rahman mengimbau agar warga memperhatikan debit air saat menyeberang sungai.

Diperlukan pengawasan orang dewasa, terutama saat anak berangkat dan pulang sekolah. Atas kejadian itu, BPBD mengupayakan pembangunan jembatan darurat untuk mempermudah akses warga.

"Juga untuk menjaga keselamatan warga dari kemungkinan terjadi banjir secara tiba-tiba," ujarnya.Jembatan Kali Mrawu putus, ratusan warga Dukuh Buana terisolasi. (Liputan6.com/Galoeh Widura)Arif menambahkan, jembatan sepanjang 10 m x 3 m runtuh karena bahu jembatan tidak kuat menahan arus dan debit air Kali Mrawu yang meningkat drastis. Kondisi itu juga membuat retakan tanah selebar 4 meter di masing-masing pondasi jembatan. Nilai kerusakan diperkirakan mencapai Rp 150 juta.

"Penghitungan dari DPU bentangan kerusakan hingga bahu pondasi jembatan mencapai panjang 18 meter," katanya.

Sebelumnya, jembatan yang dibangun tahun 2004 itu juga dalam kondisi rawan, tetapi tak kunjung diperbaiki. Hanya BPBD mengeluarkan imbauan pada tahun 2016.

"Saat itu, kami meminta agar jembatan tidak dilalui roda empat karena bahu jalan erosi dan struktur tanahnya labil," ujar Arif.

Imbauan BPBD tidak mungkin dilakukan warga Dukuh Buana. Pasalnya, kendaraan roda empat sangata dibutuhkan untuk mengangkut hasi salak petani. Sebanyak 70 persen warga merupakan petani salak dengan total hasil sekitar satu ton per hari.

"Kami berharap jembatan segera dibangun, selain akses sulit, ada potensi kerugian juga dari salak yang terlambat dikirim," Bera menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya