Elpiji Bersubsidi Tak Lagi Terjangkau Warga Miskin Lebak

Harga elpiji bersubsidi di wilayah pedalaman Lebak mencapai Rp 25 ribu-Rp27 ribu per tabung, jauh dari HET yang hanya Rp 17 ribu per tabung.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2017, 14:01 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2017, 14:01 WIB
Tabung Elpiji 3 Kg "Hanya Untuk Rakyat Miskin" Resmi Beredar
Tabung tersebut merupakan tabung kosong yang telah digunakan masyarakat, kemudian di cat ulang.

Liputan6.com, Lebak - Warga pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, untuk keperluan memasak sehari-hari menggunakan kayu bakar menyusul harga elpiji bersubsidi menembus Rp 27.000.

"Kami sejak dua bulan terakhir terpaksa untuk keperluan memasak sehari-hari menggunakan kayu bakar," kata Sukatma (45), warga Desa Sindangwangi, Kabupaten Lebak, Sabtu, 21 Oktober 2017, dilansir Antara.

Masyarakat keberatan membeli elpiji kemasan tiga kilogram menembus harga Rp 27.000, yang bahkan terkadang sulit didapatkan. Mereka sebelumnya biasa membeli gas elpiji bersubsidi di warung pengecer.

Kini, sebagian besar masyarakat pedalaman Lebak terpaksa mencari kayu bakar maupun limbah kelapa sawit (brondo). Warga lebih mudah mendapatkan kayu bakar yang sudah mengering di kawasan hutan maupun ladang miliknya.

Begitu juga brondo atau sisa kelapa sawit, yang tidak layak dijual melimpah di perkebunan milik PTPN VIII. "Kami sangat terbantu kayu bakar itu karena tidak mampu membeli gas elpiji," kata Sukatma.

Sarmin (45), warga Desa Sidomanik, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, mengatakan dirinya selama dua pekan terakhir ini terpaksa memasak menggunakan bahan bakar kayu, setelah pasokan elpiji bersubsidi langka didapatkan.

Masyarakat kesulitan untuk mendapatkan elpiji tiga kilogram baik di tingkat pengecer maupun agen penyalur. Akibat kelangkaan itu, kata dia, harga elpiji kemasan tiga kilogram menembus Rp 27.000, padahal sebelumnya hanya Rp 17.000/tabung.

"Kami setiap hari terpaksa menyetok kayu bakar dari ladang untuk dijadikan bahan bakar memasak," katanya.

Begitu juga Ecin (50), seorang ibu rumah tangga warga Kampung Cimanggu, Desa Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak, mengaku dirinya bersama warganya menggunakan bahan bakar dari sisa pembuangan kelapa sawit.

Ia setiap hari bersama puluhan ibu-ibu mencari kayu bakar ke perkebunan maupun ladang yang jaraknya tidak begitu jauh dengan perkampungan warga tersebut.

"Kami bisa mengirit ekonomi jika mencari kayu bakar, terlebih harga gas mencapai Rp 25.000/tabung," katanya.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Orok Sukmana mengatakan sebetulnya harga elpiji sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) di tingkat agen Rp 14.700 dan pengecer Rp 16.000.

Namun saat ini, harga elpiji bersubsidi di atas HET sehingga pihaknya akan mengawasi pendistribusian gas elpiji tersebut. Selain itu, pihaknya mengimbau aparat sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkab Lebak tidak menggunakan gas elpiji bersubsidi yang dialokasikan khusus untuk masyarakat miskin.

"Kami minta ASN dan orang kaya membeli elpiji nonsubsidi dengan ukuran 5,5 kg dengan harga Rp 75.000/tabung," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya