Ketika Nenek Sihir Melayang di Langit Pantai Balekambang

Tidak hanya nenek sihir, di langit Pantai Balekembang pun melayang-layang Batman dan gurita. Lho kok bisa?

diperbarui 12 Nov 2017, 05:06 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2017, 05:06 WIB
Gurita dan Nenek Sihir Melayang di Langit Pantai Balekambang
Gurita dan Nenek Sihir Melayang di Langit Pantai Balekambang. (Liputan6.com/JawaPos.com/Tika Hapsari)

Malang - Gurita warna ungu cerah melayang di langit Pantai Balekambang, Kabupaten Malang, Sabtu, 11 November 2017. Bukan hanya gurita, kapal laut tradisional dengan banyak layar juga tampak melayang di atas pantai berpasir putih itu.

Adapula nenek sihir dengan warna kelabu. Si nenek sihir melayang ditemani si jagoan kelelawar, Batman. Benda yang melayang di langit itu tentu bukan gurita atau nenek sihir sungguhan. Melainkan aneka layang-layang yang meramaikan Festival Layang-Layang 2017.

Total ada 150 layang-layang diterbangkan dalam serangkaian pembukaan Malang Beach Festival (MBF) itu. Pesertanya tidak hanya datang dari Malang. Ada yang berasal dari Surabaya dan Jakarta. Selain itu, juga datang dari berbagai negara. Seperti dari Malaysia, Swedia, dan Polandia. Nah, layang-layang nenek sihir tadi merupakan milik peserta dari Polandia.

Norzarisah, peserta eksebisi layang-layang dari Johor, Malaysia mengaku senang bisa mengikuti lomba ini di Pantai Balekambang. Kak Ros -begitu dia disapa- menyebut festival layang-layang di Malang tersebut berbeda dengan event yang sering diikutinya di Malaysia. Di Malaysia, eksibisi layang-layang disebutnya selalu digelar di tanah lapang, bukan pantai.

"Ini baru pertama ikut lomba layang-layang di Malang. Seronok (menarik, Red) sekali kita," kata Kak Ros yang pernah mengikuti eksibisi di India, Thailand, dan Swedia.

Dan layang-layang yang menghiasi langit Balekambeng tersebut ternyata harganya tak murah. Menurut salah satu peserta, Bagus, satu layang-layang bisa senilai Rp 25 juta. Bahkan, ada yang ratusan juta rupiah. "Bahannya seperti parasut terjun payung, sangat tipis. Harganya cukup mahal," kata peserta asal Surabaya itu.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Layang-Layang Garuda Pancasila Menghiasi Langit Bantul

Festival Layang-Layang
Festival Layang-Layang Nasional 2017 menggandeng Lanud Adisutjipto, Yogyakarta, untuk pertama kalinya. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Festival Layang-Layang Nasional 2017 menggandeng Pangkalan Udara TNI AU (Lanud) Adisutjipto, Yogyakarta, untuk pertama kalinya. Perhelatan yang diadakan di Pantai Parangkusumo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak kemarin hingga Minggu (9/7/2017), melibatkan 45 klub layang-layang dari seluruh Indonesia.

"Layang-layang termasuk dalam olahraga kerdigantaraan dan kami mengupayakan kegiatan ini menjadi embrio kegiatan yang bisa bernaung di Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) sebagai cabang olahraga kedelapan," ucap Marsma TNI Novyan Samyoga, Danlanud Adisutjipto, belum lama ini dalam jumpa pers di Media Center Lanud Adisutjipto.

Menurut dia, TNI AU perlu mengayomi kegiatan festival layang-layang. Sebab, layang-layang berasal dari Indonesia dan sebuah situs purbakala di Nusa Tenggara menggambarkan kebiasaan masyarakat bermain layang-layang.

Selain itu, layang-layang juga merepresentasikan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Artinya, layang-layang di satu daerah berbeda dengan layang-layang di daerah lain.

"Selama ini olahraga layang-layang belum ada yang mengayomi dan kami harap dari Jogja ini bisa diikuti pangkalan TNI AU lainnya di Indonesia," kata Novyan.

Adapun Ketua Perkumpulan Pekarya Layang-layang Indonesia (Perkalin) Harry Cahya menuturkan, acara tahun ini merupakan festival tingkat nasional kelima yang diselenggarakan oleh Perkalin dengan dukungan penuh Dinas Pariwisata DIY.

Harry menyebutkan, ada lima kategori lomba, yakni layang-layang tradisional, layang-layang dua dimensi, layang-layang tiga dimensi, layang-layang tren naga, serta rokaku challenge. Selain perlombaan dalam kategori tersebut, lanjut dia, juga akan dilombakan layang-layang bertema Burung Garuda.

"Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing, baik dari segi bentuk, warna, maupun hiasan lain dan aneka kreasi layangan dari daerah-daerah ini pada hari festival akan menyatu dalam satu langit, satu udara, satu angkasa satu dirgantara yang sama, yaitu dirgantara Indonesia," ujarnya.

Layang-layang bernuansa Garuda, tutur Harry, bertujuan sebagai simbol komitmen untuk terus menumbuhkan rasa kebangsaan dan meneguhkan Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya