Liputan6.com, Denpasar - Forum Peduli Ustaz Abdul Somad (FPUAS) secara resmi melaporkan beberapa pihak terkait pengadangan sang ustaz saat akan menggelar safari dakwah berkaitan Maulid Nabi Muhammad SAW di Bali, beberapa hari lalu. Adalah Ahmad Saifullah selaku Koordinator FPUAS yang bertindak melaporkan peristiwa pengadangan Ustaz Somad ke Polda Bali.
Kuasa hukum ‎FPUAS, Muhammad Zainal Abidin, menjelaskan dalam laporan bernomor TBL/549/XII/2017/SPKT Polda Bali itu ada beberapa pihak yang dilaporkan sesuai dengan perannya masing-masing atas insiden yang menimpa Ustaz Somad.
"Ada sembilan orang yang kita lakukan (laporkan) dan kita bagi dalam lima komponen," ucap Zainal di Polda Bali, Rabu (13/12/2017).
Advertisement
‎Pertama adalah I Gusti Ngurah Harta yang dilaporkan dengan Pasal 160 KUHP. Kedua, I Gusti Arya Wedakarna yang dilaporkan dengan Pasal 28 ayat 2 juncto Pasal 45A ayat 2 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) serta Pasal 156 dan Pasal 156A KUHP. Ketiga, I Ketut Ismaya, Jemima Mulyandari, Mocka Jadmika, Dwi Hermawan dan Made Kawi.
"Mereka ini terkait dugaan persekusinya. ‎Kita laporkan dengan Pasal 368 KUHP, Pasal 333 KUHP, dan Pasal 335 ayat 1 butir 1 KUHP," papar Zainal.
Baca Juga
"Keempat adalah Gus Yadi alias Agus Priyadi terkait persekusi dan penghasutannya. Kita laporkan dengan Pasal 368 KUHP, 333 KUHP dan pasal 335 ayat 1 butir 1 KUHP‎ ditambah dengan Pasal 160 KUHP," ucap Zainal.
Terakhir adalah Arif yang dilaporkan dengan Pasal 28 ayat 2 UU ITE dan Pasal 160 KUHP dan Pasal 368 KUHP, 333 KUHP dan Pasal 335 ayat 1 butir 1 KUHP.
Ia menjelaskan beberapa alasan pelaporan itu dilakukan. Pertama, ia ingin menegakkan supremasi hukum di Indonesia. Ia memaparkan, sesungguhnya kaum muslim di Bali sudah memaafkan insiden tersebut.
"Kalau umat di Bali sudah rukun, damai, dan sudah memaafkan. Cuma walaupun langit runtuh sekali pun, hukum harus ditegakkan. Jadi, permasalahan hati selesai, tapi permasalahan hukum terhadap Ustaz Somad kita kawal terus," katanya.
Alasan lainnya, jika insiden yang dialami Ustaz Somad tak ditindaklanjuti dengan penegakan hukum, ia khawatir aksi premanisme akan semakin merajalela di Indonesia, utamanya yang menimpa tokoh-tokoh agama.
"Makanya kita maunya supremasi hukum. Ketenangan dan keadilan kita cari dari proses hukum," tutur dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Laskar Bali Minta Maaf dan Sumpah Sakral
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP Laskar Bali, I Ketut Ismaya, menyampaikan permohonan maaf kepada umat Muslim di Indonesia atas insiden pengadangan Ustaz Abdul Somad beberapa waktu lalu di Hotel Aston, Denpasar.
Ismaya mengaku organisasinya terjebak dalam situasi tersebut. Dengan kerendahan hati, Ismaya meminta dibukakan pintu maaf atas tindakannya tersebut.
Sebelum menyampaikan permohonan maaf dan kronologi peristiwa sore itu, Ismaya bersumpah melalui ritual Hindu menggunakan pejati.
"Jika saya mengatakan kebohongan dan tidak tulus, para Dewa dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa akan menjatuhkan sanksi dan azab kepada saya dan keluarga," katanya sembari melakoni ritual sumpah menggunakan pejati di Denpasar, Selasa, 12 Desember 2017.
‎Ismaya mengaku dalam situasi kekhilafan saat peristiwa itu terjadi. Ia terprovokasi, sehingga situasi keruh itu terjadi. Untuk itu, ia meminta maaf kepada umat muslim di seluruh Indonesia, khususnya kepada warga Riau yang tersinggung dan Ustaz Abdul Somad secara langsung.
‎"Kami meminta maaf kepada seluruh umat muslim Indonesia. Ini tulus kami sampaikan. Jika saya berpura-pura, semoga para Dewa mengazab saya," ujarnya.
Ia juga meminta maaf kepada umat Hindu di Bali dan Riau atas situasi ini, sehingga timbul ketegangan yang terjadi.
"Kepada para ulama, ustaz, kiai, sesepuh, dan guru yang ada di seluruh Indonesia mohon dibukakan pintu hatinya, terimalah kami lagi, jangan caci lagi, karena ini kekhilafan. Ini pembelajaran bagi kami," ujarnya.
Khusus kepada Ustaz Abdul Somad, Ismaya meminta dibukakan pintu maaf. Bahkan, ia meminta bimbingan dari ustaz lulusan‎ S1 Mesir dan S2 Maroko tersebut.
"Saya mohon kebijaksanaan Pak Ustaz. Bukakan pintu maaf bagi kami. Bimbing kami Pak Ustaz. Semoga keridaan Allah selalu menyertai Pak Ustaz," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Ismaya membeberkan kronologi peristiwa tersebut. Ia mengaku terjebak dalam situasi tersebut. Awalnya, kata dia, pada 7 Desember sekitar pukul 19.00 Wita dia didatangi oleh sekelompok orang yang tergabung dalam Komponen Rakyat Bali (KRB).
Advertisement
Kronologi Insiden Ustaz Somad di Bali
Mereka menanyakan ketegasan sikap Laskar Bali terkait kedatangan Ustaz Abdul Somad ke Bali dalam rangkaian safari dakwah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Ismaya mengaku diberikan sejumlah gambar yang berkaitan dengan aktivitas Ustaz Somad dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibubarkan pemerintah.
Mengetahui demikian, Ismaya memutuskan untuk menggelar aksi demonstrasi yang dipusatkan di Monumen Bajra Sandhi Renon, Denpasar. Pagi hari, 8 Desember 2017 Laskar Bali turun ke jalan. Mereka menolak kehadiran Ustaz Somad yang dianggapnya bertentangan dengan NKRI.
Namun, kata Ismaya, pada pukul 11.00 Wita ia dihubungi oleh perwakilan dari Polda Bali. Dalam percakapan via telepon itu disampaikan jika Ustaz Somad tak seperti dituduhkan.
"Dijelaskan kalau Pak Ustaz NKRI. Kami akhirnya membubarkan diri," ujarnya.
Pukul 14.00 Wita, Ismaya mengaku kembali dihubungi oleh perwakilan dari perwakilan beberapa ormas yang tergabung dalam KRB. Dijelaskannya jika Ustaz Abdul Somad‎ sudah berada di Hotel Aston Denpasar.
Namun, Ismaya mengatakan kepada orang yang menghubunginya jika Ustaz Somad mengakui NKRI, bukan ustaz radikal. Tak lama berselang perwakilan dari Polda Bali menghubunginya dan menanyakan apakah akan menyusul ke Hotel Aston Denpasar untuk berunjuk rasa seperti yang dilakukan KRB.
"Saya katakan tidak. Untuk apalagi saya ke sana karena Pak Ustaz itu NKRI," tuturnya.
Sore hari sekitar pukul 17.00 Wita, Ismaya kembali dihubungi oleh perwakilan dari ormas yang tergabung dalam KRB. Disampaikan jika Ustaz Somad menolak mencium bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu "Indonesia Raya". Darahnya mendidih. Ismaya berkesimpulan jika Ustaz Somad ternyata benar seperti yang diduganya, yakni anti-NKRI.
"Akhirnya saya memutuskan untuk datang ke Hotel Aston menanyakan l‎angsung kepada Pak Ustaz," jelasnya.
Ismaya akhirnya tiba di Hotel Aston Denpasar. Ia merangsek masuk ke dalam hotel dan ruang pertemuan. Kapolresta Denpasar, Dandim Badung dan PWNU yang telah hadir menjelaskan jika Ustaz Abdul Somad tak seperti dituduhkan.
"Saya akhirnya meminta maaf sama Pak Ustaz Abdul Somad. Saya berpelukan dengan beliau. Saya jamin selama ceramah di Bali tidak akan ada yang mencolek Beliau. Kalau ada yang berani, saya yang paling depan membela," tegas dia.
Pada kesempatan itu, Ismaya juga mengklarifikasi jika ia sama sekali tak membawa senjata. Yang dibawanya adalah tongkat komando miliknya. Bahkan, Ismaya meminta rekan media untuk membuka tongkat tersebut.
"Isinya hanya isim. Nanti saya dibilang musyrik, nih," ucapnya berkelakar.