Liputan6.com, Cilacap - Di masa lalu, wilayah Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah, dikenal dengan nama Pejagan atau Bejagan, yang berarti tempat untuk berjaga. Nama ini terhubung dengan sejarah berdirinya Kampung Laut sebagai salah satu benteng pertahanan para prajurit Kerajaan Mataram untuk menghalau para bajak laut di masa lalu.
Berdasarkan cerita turun-temurun, warga Kampung Laut asli adalah para keturunan Jaga Resmi dan Jaga Laut. Dua dari empat perwira Mataram yang ditugaskan menjaga perairan dan pesisir Cilacap dari para perompak.
Advertisement
Baca Juga
Kala itu, permukiman penduduk Kampung Laut berupa rumah-rumah panggung yang berdiri di atas air pasang surut Laguna Segara Anakan. Rumah panggung itu dengan tiang yang terbuat dari kayu api-api.
Namun, kini rumah panggung itu tinggal kenangan. Rumah penduduk sudah berdiri di daratan yang terbentuk akibat sedimentasi. Seiring waktu, perkampungan bertambah ramai, hingga akhirnya terbagi menjadi empat wilayah desa. Kampung Laut pun berkembang menjadi kecamatan.
Namun, lantaran tanah sedimen, teksturnya lempung berpasir dan tak solid. Tanah hasil endapan itu amat labil. Sebab itu pula, ketika gempa 6,9 Skala Richter (SR) mengguncang Pulau Jawa, pada 15 Desember 2017, Kampung Laut menjadi salah satu wilayah yang terdampak paling parah.
Di empat desa menjadi wilayah Kecamatan Kampung Laut, yakni Ujung Alang, Ujung Gagak, Panikel, dan Klaces, puluhan rumah roboh atau rusak berat. Adapun ratusan lainnya rusak sedang hingga berat.
Oleh sebab itu, Kampung Laut pun menjadi wilayah yang diprioritaskan memperoleh bantuan dampak gempa.
Distribusi Bantuan Harus Melalui Perairan Laguna Segara Anakan
Mulai Rabu, 3 Januari 2018, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Jawa Tengah, mulai mendistribusikan bantuan bahan pembangunan rumah (BBR) ke Desa Panikel, Kecamatan Kampung Laut.
Gempa menyebabkan 15 rumah di desa ini roboh, 15 rumah rusak berat, dan seratus lebih lainnya rusak sedang dan ringan.
Tak mudah mencapai Kampung Laut. Pasalnya, sebagian besar wilayahnya berada di Laguna Segara Anakan. Dua desa benar-benar terpisah dari daratan Cilacap. Adapun dua lainnya hanya dihubungkan oleh jembatan kecil yang melintas ratusan kanal.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Martono, menerangkan pengiriman bantuan di wilayah Kampung Laut mesti menggunakan perahu. Sebab, daerah yang terdampak dipisahkan perairan laguna.
Mengingat dampak bencana yang begitu besar, bantuan bahan bangunan sementara ini diprioritaskan hanya untuk korban yang rumahnya mengalai kerusakan kategori roboh atau rusak berat. Adapun lainnya masih menunggu titah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Jenis bahan bangunan yang diberikan kepada para korban antara lain asbes, tripleks dan semen,” ucapnya.
Bantuan tersebut berasal dari Pemerintah Kabupaten Cilacap, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), perusahaan swasta, serta elemen masyarakat lainnya.
Advertisement
Cilacap Rugi Rp 8,9 Miliar Akibat Gempa Jawa
Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy, mengatakan wilayah yang terdampak gempa hampir merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Cilacap. Dampak kerusakan terjadi di 88 desa pada 21 kecamatan di Cilacap.
Gempa Jawa pada 15 Januari 2017 menyebabkan 1.198 bangunan di Cilacap rusak. Sebanyak 74 rumah roboh rata dengan tanah, 171 rumah rusak berat, 166 rusak sedang, dan 761 bangunan rumah lainnya rusak ringan.
Selain rumah, infrastruktur lain yang rusak terdampak gempa meliputi tiga gedung sekolah, dua bangunan pasar, dan 19 infrastruktur lainnya. Kerugian materi yang diderita pun amat besar, mencapai Rp 8.974.688.000.
BPBD Cilacap juga mengajukan bantuan untuk penanggulangan dampak gempa kepada BNPB. Dia berharap, semester awal tahun 2018 ini, bantuan telah turun dan bisa didistribusikan.
"Assesment sudah. Kami akan mengajukan bantuan untuk korban gempa," Tri Komara menerangkan.
Saksikan video pilihan di bawah ini: