Liputan6.com, Kendari - Syafruddin Ottong dan Dempore, dua pemilik rumah di Desa Pulau Mataha, Sulawesi Tenggara, terbangun kaget pada Jumat (22/12/2017) sekitar pukul 02.00 Wita dini hari. Rumah keduanya yang berada di bibir pantai tiba-tiba berguncang bak diterjang gempa hebat.
Setelah 10 penghuni rumah berhamburan keluar, ternyata dua rumah yang terbuat dari kayu bakau itu ditabrak sebuah kapal tongkang. Kapal tongkang yang diketahui bernama AME VI itu kehilangan kendali karena mati mesin dan angin kencang.
Akibatnya, kedua rumah yang terbuat dari papan itu hancur. Rumah milik Syafruddin Ottong yang kerusakannya paling parah, sebab nyaris hancur semua. Sementara, rumah milik Dempore hancur bagian belakangnya. Beruntung, tidak ada korban jiwa saat kapal menabrak rumah mereka.
Advertisement
Baca Juga
Selain menabrak dua buah rumah, kapal yang bekerja untuk PT Tambang Bumi Sulawesi (TBS) di Kabupaten Bombana itu, juga ikut menyeret 10 buah sampan nelayan. Sampan yang parkir di bibir dermaga itu sehari-hari digunakan untuk menangkap ikan di perairan sekitar.
Setelah diselidiki polisi, ternyata kapal tongkang yang kerap memuat barang tambang nikel itu berlayar dalam keadaan kosong. Sekitar sejam sebelum menabrak rumah, kapal diketahui berada di sebuah pulau yang berjarak 5 mil laut dari lokasi terjadinya tabrakan.
"Kapal itu parkir di Pulau Motaha, salah satu pulau kecil di sekitaran Pulau Kabaena, tabrakan terjadi karena tali kapal yang ditarik tugboat itu putus," ujar Kapolsek Kabaena Barat, Iptu Yudhi Widhia Sarono, Jumat (22/12/2017).
Sarono kini mengawasi kapal tongkang tersebut. Ia juga memeriksa kapten kapal. "Ada empat orang ABK yang ikut bersama Yamsuri pada saat itu, mereka kita mintai keterangan," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Nelayan Terancam Gagal Panen
Kepala Desa Sikeli, Andi Matrani Jaya SE mengatakan, kapal tongkang yang kerap melintasi perairan Desa Sikeli itu juga menghancurkan enam petak keramba ikan milik warganya. Tiga petak tambak di antaranya, akan dipanen beberapa minggu lagi.
Menurut Andi Matrani Jaya, tiga petak keramba yang siap panen, ikan di dalamnya semua kabur ke laut bebas. Sehingga, nelayan dipastikan mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.
"Ikannya berton-ton yang hilang, kemudian ada perahu-perahu hancur semua itu, jadi memang banyak warga yang harus puasa melaut karena kecelakaan ini," ujar Andi Matrani Jaya, Jumat (22/12/2017).
Dijelaskan Andi Matrani Jaya, puluhan ton ikan jenis kerapu dan lobster yang dipelihara di keramba, habis disapu kapal tongkang. Padahal, ikan jenis ini menjadi andalan nelayan dan berharga cukup mahal.
Advertisement
Diminta Ganti Rugi
Dikatakannya, pihaknya sudah meminta pihak PT TBS untuk melakukan ganti rugi. Sebab, warga perlu kepastian secepatnya agar bisa kembali beraktivitas.
"Kita masih tunggu karena nahkoda kapal sementara diperiksa, kasian warga ini sebenarnya dua pemilik rumah yang rusak sudah susah, tapi nelayan ini yang lebih susah," ia menambahkan.
Selain perahu, alat tangkap nelayan yang ada di atas belasan perahu juga ikut hancur. Karena itu, otomatis nelayan mengalami kerugian hingga tak bisa melaut.
Hingga saat ini, pihak PT BTS belum bisa dikonfirmasi. Namun, sejumlah pihak sudah dihubungi polisi untuk diperiksa.