2 Nelayan Selamat tapi Masih Terapung di Laut Kampung Zumi Zola

Korban nelayan hilang dilaporkan selamat, tetapi masih terapung di lautan dekat kampung Zumi Zola. Dua lainnya sudah di daratan.

oleh Bangun Santoso diperbarui 14 Jan 2018, 17:01 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2018, 17:01 WIB
Nelayan Hilang Jambi
Enam nelayan di perairan timur Jambi dikabarkan hilang usai tiga kapal diterjang ombak besar disertai angin kencang. (Liputan6.com/B Santoso)

Liputan6.com, Jambi - Keberadaan empat nelayan di kampung keluarga besar Gubernur Jambi, Zumi Zola tepatnya di pesisir timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) yang hilang mulai menemui titik terang.

Keempat nelayan yang hilang usai diterjang ombak pada Jumat, 12 Januari 2018, tersebut dilaporkan dalam keadaan selamat.

Bahkan, menurut Camat Nipah Panjang, Kabupaten Tanjabtim, Kamarudin, satu orang nelayan hilang bernama Ridwan sudah berhasil dievakuasi oleh tim Basarnas, kepolisian, dan TNI angkatan laut pada Minggu pagi hari ini (14/1/2018).

"Atas nama Ridwan sudah berada di kediaman bapak Agus Rama, anggota DPRD Provinsi Jambi di Desa Sungai Itik," ujar Kamarudin, Minggu (14/1/2018).

Sementara dua orang nelayan lainnya yakni Yasiman dan Johana Satar dilaporkan selamat. Namun, masih terapung di perairan Desa Labuhan Pering. Satu orang korban lainnya yakni Rusdi dilaporkan berenang ke arah pantai saat ombak menerjang kapalnya.

"Saat ini tim bersiap melakukan penjemputan ke lokasi," imbuh Kamarudin.

 

Kapal Hancur Diterjang Badai

Nelayan Hilang di Jambi
Sebuah kapal melintas di perairan sungai Batanghari, Jambi. (Liputan6.com/B Santoso)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari warga, gelombang besar disertai angin kencang menerjang sedikitnya tiga unit kapal di pesisir timur Jambi. Pada Jumat pagi, 12 Januari 2018 sekitar pukul 05.30 WIB, tepatnya di perairan Kecamatan Nipah Panjang, Kabupaten Tanjabtim.

Saat itu, ada tiga kapal nelayan yang tengah melaut. Diduga karena terjangan gelombang tinggi, dua unit kapal hancur dan tenggelam. Sementara satu unit kapal lainnya terdampar.

Ada enam nelayan yang dinyatakan hilang. Mereka adalah Yasiman, Ridwan, Rusdi, Rusli, Johana Satar, dan Darno. Keenamnya adalah warga Kecamatan Nipah Panjang. Hingga Sabtu pagi, 13 Januari 2018 baru dua orang yang berhasil ditemukan yakni Rusli dan Darno.

Perairan Rawan Badai

Nelayan Hilang di Jambi
Para nelayan di Jambi memilih libur melaut akibat cuaca ekstrem di perairan. (Liputan6.com/B Santoso)

Pesisir timur Jambi yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan memang dikenal rawan badai laut. Sejak akhir 2017 hingga awal 2018 ini, sejumlah nelayan memilih libur melaut karena cuaca ekstrem di perairan.

"Kalaupun berani harus lihat kondisi dulu. Itu pun tidak berani jauh ke tengah laut, bahaya," ujar Samsudin, salah seorang nelayan di Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjabtim.

Menurut dia, hampir setiap tahun kondisi perairan di timur Jambi kerap dilanda gelombang tinggi. Kondisi itu menyebabkan ia bersama sejumlah nelayan lainnya memutar otak untuk mencari usaha lain.

"Paling cari ikan di rawa, atau jadi buruh. Ada juga yang milih ngojek. Sementara menunggu cuaca membaik," imbuh Samsudin.

Tak hanya membahayakan nelayan, Samsudin mengatakan, beberapa kapal ekspedisi yang biasa mengangkut barang-barang ekspor hingga hasil laut juga terganggu. Bahkan, kata dia, baru-baru ini ada kapal ekspor yang rusak dan terdampar akibat gelombang tinggi dan angin kencang.

Peringatan BMKG

Kampung nelayan Jambi
Suasana kampung nelayan di pesisir timur Provinsi Jambi. (Liputan6.com/B Santoso)

Kondisi gelombang tinggi disertai angin kencang di pesisir timur Jambi sebelumnya sudah diingatkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Kepala BMKG Jambi, Nurangesti Widyastuti mengatakan, sebagian besar wilayah Jambi umumnya cerah berawan untuk satu pekan ke depan.

Cuaca tersebut berpotensi hujang ringan hingga sedang di sebagian wilayah pada malam dan dini hari. Peringatan juga disampaikan agar warga waspada terhadap potensi angin kencang di seluruh wilayah Provinsi Jambi. Kecepatan angin bertiup dari barat hingga timur laut mencapai 40 kilometer per jam.

Dari hasil pantauan BMKG, potensi angin kencang akibat tekanan tinggi di utara khatulistiwa serta siklon tropis 'Joyce'. Pusat tekanan rendah 990 hPa di perairan barat Australia. Kondisi itu menimbulkan perbedaan gradien tekanan yang mengakibatkan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian barat.

"Untuk masyarakat dan nelayan di sekitar pesisir timur Jambi waspadai kenaikan tinggi gelombang laut antara dua sampai tiga meter di Selat Berhala dan Perairan Kepulauan Lingga," ujar Nurangesti di laman BMKG Jambi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya