Tragedi Longsor Purbalingga, Pengantin Kehilangan Adik Sehari Jelang Pernikahan

Rencananya, pengantin tersebut akan menyelenggarakan ijab kabul bersamaan dengan selamatan khitanan sang adik sebelum longsor di Purbalingga menimbun lokasi hajatan.

oleh Muhamad RidloGaloeh Widura diperbarui 24 Feb 2018, 10:02 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2018, 10:02 WIB
Kisah Pengantin Kehilangan Adik dalam Tragedi Longsor Purbalingga
Pelepasan jenazah korban longsor Purbalingga. (dok. Dinkominfo Purbalingga/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Sejak jauh-jauh hari, keluarga Solikhin memilih Jumat, 23 Februari 2018, sebagai hari yang bersejarah. Ia berniat menikahkan anak lelakinya, Puji Safaat (20), dengan kekasihnya, Nur Azizah (18).

Jumat juga dipilih menjadi menjadi momentum bersejarah bagi adik Puji, Sifaul Umam (9) yang hendak dikhitan dan segera memasuki masa akil baligh. Warga sekampung di RW 04 Desa Jingkang, Karangjambu, Purbalingga turut berbahagia.

Segenap keluarga begitu menanti-nanti hari penuh kebahagiaan ini. Selayaknya, keluarga yang hendak menggelar hajat, mereka mengundang sanak famili dan tetangga sekampung untuk turut mendoakan sekaligus berbagi kebahagiaan.

Namun, rencana baik tinggal cerita. Pada malam selamatan itu, suka cita yang baru saja dimulai berubah menjadi hiruk pikuk panik. Kebahagiaan keluarga yang hendak menikahkan dan mengkhitankan dua anak lelaki itu sirna.

Sifaul Umam dan tiga kawan sepermainannya meninggal dunia lantaran tertimbun longsor yang tiba-tiba menerjang rumah Solikhin pada Kamis malam, 22 Februari 2018. Solikhin pun batal mengkhitankan anaknya.

Akad Nikah di Tengah Duka

Kisah Pengantin Kehilangan Adik dalam Tragedi Longsor Purbalingga
Keluarga korban longsor di Desa Jingkang, Purbalinga. (Liputan6.com/Galoeh W/Muhamad Ridlo)

Meski sedih, ia mengaku sadar bahwa manusia hanya bisa berencana dan berupaya. Hanya Tuhan lah yang menentukan, baik jodoh, rezeki, dan kematian. Ia pun berusaha tabah.

"Saya terima musibah ini karena sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa," ucapnya, Jumat.

Sebab itu pula, ia tak mau lama larut dalam duka. Meski masih dalam suasana berkabung, acara akad nikah putranya, Puji dengan Nur Azizah, calon menantunya, tak boleh gagal.

Sebelumnya, Solikhin sempat membahas pengunduran jadwal ijab kabul pernikahan dengan keluarga besan untuk waktu yang tak ditentukan. Belakangan, dua keluarga ini berketetapan melangsungkan pernikahan pada Jumat.

Hanya saja, suasananya berbeda. Keceriaan yang biasanya meruap dari pernikahan, tenggelam oleh duka mendalam keluarga yang baru saja kehilangan adik terkasihnya.

Tak Ada Tanda Sebelum Longsor

Kisah Pengantin Kehilangan Adik dalam Tragedi Longsor Purbalingga
Calon pengantin lelaki, Puji Syafaat, yang juga kakak kandung Sifaul Umam (9) yang tewas tertimbun longsor bersama tiga kawannya. (Liputan6.com/Galoeh W/Muhamad Ridlo)

Seorang korban luka yang dirawat di RSUD Goeteng Tanudibrata, Syafik (29) berkisah, saat longsor, sebagian tetangga sudah pulang seusai tahlilan. Namun, ia beserta sekitar 30-an orang lainnya, masih berada di rumah Muslikhin.

Suhu saat itu dingin lantaran Desa Jingkang diguyur hujan sejak siang. Tiga hari belakangan, curah hujan memang meningkat.

Tiap hari, selalu turun hujan lebat dalam durasi yang cukup lama. Bahkan pada Rabu malam, atau sehari sebelum peristiwa longsor, turun hujan nyaris sepanjang malam.

Pemilik rumah dan tetangga tak menyadari ada bahaya mengancam. Tak ada tanda-tanda rekahan tanah yang menjadi tanda-tanda longsor di tebing belakang rumah Solikhin.

"Ada yang mencari rumput ke atas sorenya, tapi tidak ada yang melihat ada retakan," ucap Syafik.

Tiba-tiba, bongkahan material tanah dan kayu menerjang bagian belakang rumah Solikihin dan menembus ruang utama yang dipenuhi tamu. Mereka sontak lari menyelamatkan diri.

Syafik sedikit terlambat. Tanah longsor yang menjebol tembok dan kayu menerjang tubuhnya. Ia menderita luka-luka lantaran sebagian tubuhnya tertimbun material. Beruntung, Syafik selamat dan hanya menderita lecet ringan.

Tetapi tidak dengan Sifaul Umam dan ketiga temannya yang saat itu berada di kamar. Mereka ditemukan meninggal dunia dalam timbunan longsor. Tiga lainnya adalah Abdul Rouf (10), Al Taromi (7), dan Safangatun Isnain (4).

Adapun yang terluka adalah Sahrudin (55), Sokhimun (38), Ruslan (25), Ojan (16), Sarif (35) dan Karsun (16). Mereka ditemukan di ruang tamu yang tertimbun.

Warga Ingin Direlokasi

Kisah Pengantin Kehilangan Adik dalam Tragedi Longsor Purbalingga
Ibu seorang korban meninggal dunia menangis histeris ketika dijenguk oleh Bupati Purbalingga, Tasdi. (Liputan6.com/Dinkominfo Purbalingga/Muhamad Ridlo)

Syafik trauma dengan kejadian yang menimpa saudaranya. Ia selalu dihinggapi kekhawatiran mengingat kejadian tersebut.

Apalagi, tebing yang longsor dan merenggut empat nyawa itu masih terlihat labil. Ia takut, waktu-waktu tebing yang bagian atasnya merupakan makam itu akan longsor dan menimbulkan korban lebih banyak.

"Inginnya, saya ingin segera direlokasi," tuturnya.

Menanggapi keinginan korban longsor tersebut, Bupati Purbalingga, Tasdi berjanji akan segera menindaklanjuti. Ia pun mengungkapkan duka mendalam atas musibah yang melanda Desa Jipang.

"Saya sampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga bapak Solikhin sekeluarga yang ditinggalkan. Semoga keluarga diberikan ketabahan atas cobaan dari Yang Maha Kuasa ini," ucap Tasdi saat pelepasan jenazah.

Tasdi pun berjanji akan segera melakukan langkah-langkah penanganan pasca-bencana. Pasalnya, wilayah RT 03 RW 04 Desa Jingkang diketahui memang rawan longsor. Salah satu opsi adalah relokasi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya