Liputan6.com, Garut - Deretan replika patung satwa dilindungi nan lucu dengan warna menarik, bakal menyambut pengunjung yang datang di area taman satwa di Garut ini. Tempat konservasi sekaligus area bermain warga Garut, Jawa Barat ini, memang menyuguhkan hiburan tersendiri.Â
"Istilahnya bermain sambil mendapatkan pengetahuan baru bagi anak-anak," ujar pengelola Taman Satwa Cikembulan Rudy Arifin, saat ditemui Liputan6.com, Sabtu, 28 April 2018.
Menurut Rudy, sejak pertama kali dibuka 2007 lalu, area Taman Satwa Cikembulan memang didesain memberikan hiburan baru bagi warga. Selain mendapatkan pengetahuan baru dari seluruh satwa yang dikelola saat ini, penyediaan fasilitas area bermain bagi anak-anak dan pengunjung lainnya, memberikan kepuasan tambahan bagi mereka.
Advertisement
"Sekarang kami juga sediakan spot kuliner, tapi bagi pengunjung membawa makanan sendiri silakan," kata dia.
Berada di kaki Gunung Haruman, Kampung Jati di Desa Cikembulan, Kadungora, Garut, area taman satwa yang memiliki koleksi 402 koleksi hewan ini memang mempunyai pemandangan alam cukup asri untuk dinikmati bersama keluarga.
Hamparan sawah nan hijau yang baru ditanam saat ini, memberikan kesan adem bagi siapa pun yang akan berlibur di taman seluas tiga hektare ini. "Istilahnya sambil mengantar anak mengenal hewan baru, Anda pun bisa menikmati pemandangan alam yang asri," dia menambahkan.
Rudy menyatakan, melihat koleksi satwa yang dikelola saat ini, Taman Satwa Cikembulan tidak kalah beda dengan kebun binatang atau Taman Safari sekalipun. Persoalan luasan lahan yang saat ini dihadapi, menjadi pangkal yang membedakan hal itu.
Kebun binatang minimal menyediakan lahan 50 hektare dengan koleksi tiga kelas hewan berbeda. Sedangkan Taman Safari lahan yang disiapkan di atas 100 hektare dengan koleksi satwa di atas tiga kelas jenis hewan yang berbeda.
"Jika taman seperti kami (Taman Cikembulan) minimal hanya satu hektare dengan dua jenis hewan berbeda," ujar dia, membeberkan perbedaan tiga pengelolaan satwa yang ada di Indonesia saat ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Wisata Edukasi Plus Hiburan Anak
Dengan tiket seharga Rp 12 ribu bagi orang dewasa dan anak-anak hanya Rp 6 .000, area Taman Satwa Cikembulan memang terbilang ramah dan murah. Ratusan koleksi satwa dilindung dengan pemandangan alam yang asri, jelas bukan hambatan untuk memperkenalkan jenis satwa baru bagi anak.
Deretan kandang aves atau burung menjadi etalase pertama yang bisa dinikmati pengunjung di pintu masuk taman. Selanjutnya, saat memasuki area dalam, deretan kandang rusa tutul, kijang, dan beruang madu, bakal dijumpai di sana.Â
Bagi penyuka satwa jenis reptil, ada dua buaya besar dan beberapa ular di sana. "Totalnya ada delapan jenis ular, yang tiga dilindungi, sisanya tidak," ujar Rudy.
Sedangkan jenis primata diwakili orangutan, wau-wau, siamang, kera jawa, lutung merah yang ditempatkan di atas beberapa kolam besar yang ada di dalam kawasan taman.
Khusus jenis aves atau burung dengan koleksi terbanyak, pengunjung bisa menikmati hampir di seluruh sudut taman. Dimulai dengan kandang angsa putih dan hitam, kasuari, burung unta yang berada dekat pintu utama, kemudian pelikan, elang, burung rangkong, belibis di deretan kandang berikutnya.
"Ada juga harimau, singa, macan tutul untuk satwa buasnya," tutur dia.
Meskipun terbilang mini, fasilitas lainnya yang disediakan pengelola cukup membantu liburan akhir pekan. Sebut saja gazebo, restoran, area mainan anak, kuda tunggang, ATV dan masih banyak fasilitas lainnya. "Ada juga juga ruang pertemuan atau gathering sampai 100 orang," kata dia.
Â
Advertisement
Koleksi Satwa Naik Tiga Kali Lipat
Sejak pertama kali dibuka satu dekade lalu, keberadan Taman Wisata Satwa Cikembulan di Kota Intan Garut ini, memang menjadi tujuan hiburan baru bagi warga Priangan Timur yang berada di Jawa Barat bagian selatan. Penambahan koleksi satwa, termasuk arena hiburan anak-anak, menjadi penarik minat pengunjung yang datang.
Awalnya jumlah koleksi satwa hanya sekitar 112 koleksi campuran antara satwa dilindungi dan tidak, tetapi kini jumlah itu naik hingga tiga kali lipat lebih menjadi 402 koleksi. Rinciannya, sekitar 215 satwa dilindungi, sedangkan sisanya 187 tidak dilindungi negara. "Sekitar 70 persen di antaranya masih didominasi jenis aves atau burung," kata dia.
Rudy menyatakan pula, sebagian besar koleksi satwa yang dilindungi saat ini merupakan titipan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang berada di bawah pengawasan ketat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sedangkan sisanya satwa tidak dilindungi merupakan koleksi pribadi.
Tidak mengherankan, bila kemudian pemeliharaan seluruh satwa pun terbilang teratur dan ketat dengan pengawasan langsung dokter hewan. "Memang standarnya begitu, kami pun punya dokter hewan tersendiri," ujarnya.
Terapi Ikan Spot Pilihan Warga
Kandang harimau sumatera dan singa afrika selalu menjadi primadona pengunjung untuk berswafoto. Namun, spot lain yang saat ini tengah digemari warga adalah area terapi ikan untuk kesehatan.
"Enak saja, apalagi lumayan banyak manfaatnya," ujar Agus, pengunjung asal Majalaya, Kabupaten Bandung ini.
Diteman putri kecilnya, kedua kaki Agus yang dicelupkan dalam kolam kecil itu, tampak dikerubungi ratusan ikan kecil di sekitar jari jemari kaki bapak paruh baya itu. "Tapi kadang geli juga sih, ikannya kan kecil-kecil gitu," ungkap dia, disambut gelak tawa anak dan istrinya yang menemani dia.
Memang ratusan ikan kecil yang ditampung dalam sebuah bak besar bangunan permanen itu cukup menarik pengunjung. Selain menikmati pijatan alami dari ratusan ikan, letaknya yang berada di samping hamparan sawah sehingga bisa sekaligus melakukan relaksasi sambil menghirup udara segar.
"Silakan jika mau mencoba," ujar dia, mempersilakan pengunjung lainnya yang sebelumnya menunggu giliran.
Perlu Dukungan Fasilitas Jalan
Naiknya jumlah kunjungan membawa berkah sendiri bagi warga sekitar taman, tetapi sempitnya akses jalan masuk ke area taman yang dimulai dari jalan raya Kadungora, sekaligus menjadi ancaman dan hambatan bagi pengunjung dan warga sekitar. Kemacetan dengan antrean kendaraan menjadi pemandangan sehari-hari bagi mereka.
"Kami tidak bisa mengelak memang itu hambatan kami saat ini, tapi bagaimana lagi, mungkin nanti pemerintah Garut segera memberikan solusi," ujar dia.
Rudy tidak menyangka jika taman yang awalnya ditujukan sebagai konservasi burung yang dilindungi ini, mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat Garut dan Jawa Barat. Alhasil, kemacetan yang kerap dikeluhkan saat ini, diharapkan menjadi perhatian pemerintah.
"Alhamdulillah tidak sedikit juga PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari kami, semoga (pemda) bisa memberikan solusi," ujar dia sambil tersenyum.
Saat ini, akses jalan masuk hanya satu melalui jalan desa Cikembulan. Dengan kondisi itu, saat musim liburan tiba, antrean kendaraan dari dua belah arah pun, tidak terhindarkan lagi.
"Beruntung Karang Taruna sekitar bisa membantu pengunjung untuk mengurai kemacetan, kalau tidak bagaimana nasib pengunjung," kata dia, memuji peran warga sekitar.
Dengan semakin naiknya jumlah kunjungan tiap tahun, Pemerintah Kabupaten Garut diharapkan bisa memberikan solusi pelebaran jalan atau pembangunan jalan baru agar kunjungan lebih optimal.
"Apalagi ada jalan baru Kadungora mungkin pemerintah bisa membuatkan jalan baru di sekitar itu," pinta dia.
Â
Advertisement