'Mobil Sakti' yang Bikin Pembakar Hutan di Konawe Insaf

Ide mereka membuat kendaraan Giat Belajar ternyata berpengaruh besar terhadap berkurangnya jumlah lahan hutan yang terbakar.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 26 Mei 2018, 21:09 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2018, 21:09 WIB
Kebakaran Hutan
Mobil belajar Manggala Agni yang kerap membantu mengantar dan menjemput puluhan pelajar di Kecamatan Tinanggea, Konawe Selatan. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Liputan6.com, Konawe Selatan - Dahulu, setiap kali akan memasuki musim tanam, langit di sejumlah wilayah di Konawe Selatan dan Bombana dipenuhi kabut asap. Tanda terbakarnya ratusan bahkan ribuan hektare lahan hutan karena ulah petani.

Data dari Dinas Kehutanan, ada puluhan hingga ratusan titik api setiap tahun di wilayah itu. Malah, hampir setiap pekan, ada kebakaran meskipun dalam skala kecil.

Kebakaran juga diduga mengakibatkan berkurangnya jumlah mamalia langka di wilayah itu. Hingga saat ini rusa dan anoa sudah nyaris tak terlihat lagi.

Kemudian Sejak akhir 2017 lalu, kondisi perlahan berubah. Sebuah kelompok kecil yang rela bekerja gratis, memiliki ide cemerlang mengurangi jumlah kebakaran hutan.

Kelompok Manggala Agni atau pengendali kebakaran hutan namanya. Ide mereka membuat kendaraan Giat Belajar ternyata berpengaruh besar terhadap berkurangnya jumlah lahan hutan yang terbakar.

Setiap hari, puluhan pelajar SD dan SMP dari tiga desa di Kecamatan Tinanggea Konawe  Selatan, diantar mobil ini. Mereka kebanyakan anak petani padi yang beberapa orang tua mereka, kerap terlibat pembakaran hutan di wilayah Konawe Selatan.

"Lama-kelamaan, ide kecil ternyata bisa baik hasilnya di kalangan keluarga petani Konawe Selatan," ujar Kepala Kantor Operasi daerah Manggala Agni Sulawesi Tenggara, Yanwar Panca Kusuma, Sabtu (26/5/2018).

 

 

Berawal dari Prihatin

Kebakaran Hutan
Mobil belajar Manggala Agni yang kerap membantu mengantar dan menjemput puluhan pelajar di Kecamatan Tinanggea, Konawe Selatan. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Panca mengisahkan, puluhan pelajar SD dan SMP yang tinggal di pedalaman akan kesulitan jika musim hujan tiba. Jalan berlumpur menyebabkan mereka susah mendapatkan akses transportasi.

"Kalau hujan, banyak lumpur, saat itu mereka sering terlambat sekolah," ujar Panca.

Saat sementara sibuk mengantar siswa itulah, ada ide besar untuk mendoktrin puluhan siswa itu. Dalam benak Panca, dari puluhan bocah itu mungkin bisa memutus generasi perusak hutan di wilayah Konawe Selatan.

"Kita kemudian ajar mereka seluk beluk hutan diatas mobil, saat mereka diantar atau dijemput," ujar Panca.

Panca mengatakan, tim Manggala Agni kerap menceritakan tentang bahaya kebakaran hutan, manfaat hutan dan cara menyelamatkan ekosistem hutan.

Cerita ini, diulang-ulang dan didiskusikan di atas mobil kepada puluhan siswa setiap hari.

"Kami tak sangka ilmu yang mereka dapatkan ternyata pengaruhnya sampai kepada orang tua mereka juga," jelas Panca.

Beberapa orang tua kini mengaku mulai malu membakar lahan hutan. Sebab, pernah saat baru saja akan membakar, langsung dtegur anak-anak mereka.

"Saya malu pak, karena sekarang saya sudah diajari anak saya bahkan dia marah kalau saya ditahu saya bakar hutan," ujar Toding, salah seorang petani di Kecamatan Tinanggea.

Data dari Kantor Opsda Manggala Agni Sulawesi Tenggara, jumlah kebakaran hutan di Konawe Selatan mencapai 240 hektar pada Januari-November 2017. Memasuki akhir 2017 hingga Mei 2018, jumlah kebakaran hutan hanya sekitar 50 hektare saja.

"Jumlah kebakaran lahan pertanian dan hutan berkurang, mungkin masyarakat yang sudah sadar, Tapi sejak kami giatkan sosialisasi melalui mobil belajar ini,  jumlahnya makin berkurang," ujar Panca.

Mobil dari Bahan Sederhana

Kebakaran Hutan
Mobil belajar Manggala Agni yang kerap membantu mengantar dan menjemput puluhan pelajar di Kecamatan Tinanggea, Konawe Selatan. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Kendaraan belajar yang dibuat Kantor Manggala Agni, mampu menampung 10-15 orang pelajar SD setiap hari. Kendaraan yang ditarik mobil operasional Kantor Mangga Agni itu, sampai tiga kali bolak-balik sekali mengantar.

Untuk sementara, hanya tiga desa yang mampu dilayani mobil belajar ini. Ketiganya yakni, Desa Tatangke Lanowulu dan Desa Roraya Kecamatan Tinanggea.

"Kami buat dari bahan-bahan bekas dan kayu-kayu. Rangkanya juga dari bahan bekas," ujar Panca.

Meskipun tak memiliki biaya banyak, namun pihak Manggala Agni rajin merawat kendaraan. Hampir setiap minggu, kendaraan dicek dan diperbaiki kekurangannya.

Dilengkapi tempat duduk yang saling berhadapan di bak belakang mobil,

kendaraan ini menjadi incaran para pelajar. Sebab, pelajar tak perlu lama menunggu mobil angkutan yang kadang membuat mereka telat ke sekolah.

"Sekarang, siswa-siswa itu sudah tak terlambat lagi masuk sekolah, kasian mereka, apalagi kalau hujan," ujar Ibu Nyai, salah satu kepala sekolah di Kecamatan Tinanggea.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya