Lenggok 1.000 Penari Geol di Alun-Alun Banjarnegara

Para penari geol terus berlenggak-lenggok hingga lambang panji memasuki Pendapa Dipayuda Banjarnegara.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 27 Agu 2018, 08:31 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2018, 08:31 WIB
1.000 penari geol menyambut panji daerah dan kirab di Hari Jadi Banjarnegara ke-187. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
1.000 penari geol menyambut panji daerah dan kirab di Hari Jadi Banjarnegara ke-187. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Matahari begitu terik ketika sebanyak 1.000 penari geol Banjarnegara, Jawa Tengah berlenggak-lenggok ritmis di alun-alun menyambut panji daerah dan ribuan peserta kirab Hari Jadi ke-187 Kabupaten Banjarnegara.

Tari ini merupakan cerminan seni budaya Banjarnegara, dengan banyak gerakan yang terfokus pada bagian pinggul. Karenanya tarian ini disebut, Tari Geol.

Para penari geol terus berlenggak-lenggok hingga lambang panji memasuki Pendapa Dipayuda Banjarnegara yang menggambarkan perpindahan pusat pemerintahan dari Banjarkulon ke Banjarnegara.

Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono mengenakan pakaian adat Jawa lengkap saat memimpin kirab dengan menumpang kereta kuda. Para kepala dinas atau pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan DPRD mengiring dengan menumpang 50 dokar hias.

"Peringatan hari jadi ini kita atur untuk mendukung promosi wisata dan potensi daerah," ucapnya, Sabtu, 25 Agustus 2018.

Sebelumnya, kirab atau arak-arakan itu menempuh perjalanan sekitar tujuh kilometer. Perjalanan yang lamban memungkinkan para pucuk pimpinan Banjarnegara menyapa langsung ribuan masyarakat yang berdesakan di pinggir jalan.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini

Ada Gunungan Buku, Apa Maksudnya?

7 gunungan hasil bumi dan buku dikirab sebelum diperebutkan oleh masyarakat Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
7 gunungan hasil bumi dan buku dikirab sebelum diperebutkan oleh masyarakat Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Luapan jumlah massa bahkan lebih banyak di Alun-Alun Banjarnegara. Selain menyaksikan akhir kirab, ada satu lagi prosesi yang ditunggu, gunungan.

Sebanyak tujuh gunungan turut diarak. Masing-masing dipikul oleh empat orang.

Gunungan setinggi kurang lebih 1,5 meter itu disusun dengan buah dan sayuran khas Banjarnegara. Gunungan adalah perlambang kemakmuran sekaligus doa-doa dan ungkapan syukur kepada yang kuasa.

Saat yang ditunggu pun tiba. Ribuan masyarakat telah ambil ancang-ancang untuk berebut gunungan dengan mengambil posisi paling strategis. Begitu dimulai, mereka langsung menyerbu tiap gunungan untuk menghabisi isinya.

Di antara tujuh gunungan yang diperebutkan, ada satu yang cukup mencuri perhatian. Biasanya, gunungan berisi hasil bumi. Namun sebuah gunungan ini disusun dengan seribu buku bermacam jenis.

Gunungan buku ini pun tak luput dari incaran warga. Tak sampai hitungan menit, seribu buku ludes tak berbekas.

Dwi Suryanto, Kepala Dinas Pariwisata Banjarnegara menerangkan, gunungan menyimbolkan potensi Kabupaten Banjarnegara. Buah-buahan dan sayuran yang digunakan untuk menyusun gunungan tersebut merupakan hasil bumi.

Sedangkan, gunungan buku memiliki makna tersendiri. Dengan gunungan buku ini, pemerintah mendorong budaya literasi masyarakat Banjarnegara sebagai sumber ilmu pengetahuan.

"Gunungan ini untuk memotivasi masyarakat untuk meningkatkan budaya baca," Dwi Suryanto menerangkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya