Potret Ceria Bocah-Bocah di Tengah Duka Gempa Banjarnegara

Hidup di pengungsian gempa Banjarnegara lebih dari dua pekan tak membuat anak-anak kehilangan dunianya. Mereka tetap bermain, belajar bersama, dan tentu bertengkar.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 03 Mei 2018, 18:01 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2018, 18:01 WIB
Potret keceriaan anak-anak korban gempa Banjarnegara di pengungsian. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Potret keceriaan anak-anak korban gempa Banjarnegara di pengungsian. (Foto: Dok. BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Barangkali, bagi anak-anak, seluruh permukaan Bumi ini adalah tempat bermain. Hal ini juga terlihat pada betapa cerianya anak-anak korban gempa Banjarnegara, Jawa Tengah, walau hidup di pengungsian ketika bersenda gurau.

Hidup di pengungsian lebih dari dua pekan tak membuat anak-anak kehilangan dunianya. Mereka tetap bermain, belajar, dan tentu bertengkar.

Bagi para pengungsi, keceriaan anak-anak menjadi pelipur lara setelah dua pekan lebih mengungsi akibat gempa Banjarnegara. Tak jarang, orangtua pun turut terlibat dalam permainan anak-anak. Mereka hanyut dan sesaat melepas kesedihan akibat kehilangan harta benda.

Tetapi tak bisa dipungkiri, anak-anak ini adalah kelompok rentan dalam kondisi pengungsian yang serba terbatas. Di balik keceriaan anak-anak, tersimpan luka mendalam akibat trauma gempa.

Sebab itu, Tim Penanganan Korban Bencana Gempa Kalibening, Banjarnegara secara khusus melakukan penanganan trauma pasca-gempa (trauma healing) untuk anak-anak.

Beragam cara dilakukan, mulai permainan edukatif, bermain bersama, menonton video, belajar bersama, hingga mengajak anak-anak ke rungan terbuka di luar posko pengungsian. Relawan berupaya agar anak-anak tak tercerabut dari dunianya.

Khusus penanganan trauma pasca-gempa bagi anak-anak, tim kesehatan menggandeng relawan dari berbagai lembaga untuk mendampingi anak-anak pengungsi gempa Banjarnegara. Mereka, berada di 14 posko (sebelumnya 15 posko) pengungsian yang tersebar di empat desa.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Penanganan Trauma Pasca-Gempa Banjarnegara

Anak-anak bermain balap kelereng di lapangan desa, di luar area posko pengungsian gempa Kalibening, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Anak-anak bermain balap kelereng di lapangan desa, di luar area posko pengungsian gempa Kalibening, Banjarnegara. (Foto Dok. BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

"Trauma gempa dirasakan oleh semua golongan usia. Anak-anak sampai dewasa," ucap Koordinator Lapangan Penanganan Korban Bencana Kalibening Bidang Kesehatan, Ristiyono kepada Liputan6.com, Selasa, 1 Mei 2018.

Anak-anak yang masih bersekolah pun diupayakan tetap memperoleh pembelajaran, meski hanya menggunakan ruang-ruang kelas darurat di bawah tenda. Kendati tak senormal pembelajaran di kelas reguler, setidaknya anak-anak tak kehilangan haknya untuk belajar.

Kebutuhan bayi dan balita diperhatikan khusus. Susu dan biskuit untuk bayi hingga pembalut pun disediakan khusus. Anak-anak menjadi satu kelompok yang diperhatikan khusus bersama dengan kelompok rentan lainnya, seperti orang lanjut usia dan penyandang disabilitas.

Ristiyono mengakui, kondisi tempat tinggal yang kurang layak serta mental yang masih terguncang akibat trauma gempa mudah memicu munculnya penyakit. Tak hanya anak, orang dewasa pun dalam kondisi ini mudah terserang penyakit.

Sebab itu, tim medis intensif memeriksa kondisi kesehatan para pengungsi. Selama 24 jam per hari, mereka melayani keluhan berbagai penyakit, baik di posko kesehatan maupun dengan mendatangi posko-posko pengungsian.

Hak Anak-Anak Korban Gempa Banjarnegara

Anak-anak korban bencana gempa pun tetap semangat belajar, meski di ruang kelas darurat beratapkan tenda. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Anak-anak korban bencana gempa pun tetap semangat belajar, meski di ruang kelas darurat beratapkan tenda. (Foto: Dok. BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Anis Hamidi menjamin, pada hari ke-14 tanggap darurat gempa Banjarnegara, seluruh kebutuhan pengungsi telah terpenuhi.

Kebutuhan makanan untuk para pengungsi dipenuhi dari 12 dapur umum yang tersebar di empat desa, meliputi Desa Kertosari, Plorengan, Kasinoman dan Sidakangen.

"Kalau ada masalah, ya sedikit lah. Biasa di lapangan," Anis mengklaim.

BPBD Banjarnegara juga masih membersihkan dan mengevakuasi puing-puing rumah dan bangunan lain yang rusak akibat gempa. Sebanyak 223 relawan dari berbagai lembaga terlibat dalam pembersihan ini.

Selain mengandalkan tenaga manusia, BPBD juga mengerahkan alat berat untuk mempercepat agar rumah segera bisa dihuni pemiliknya. Pasalnya, pengungsi sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing.

Jumlah pengungsi yang tercatat 4.481 jiwa pada Sabtu, 28 April 2018, pada Selasa, 1 Mei, 2018, sudah berkurang menjadi 3.786 jiwa. Para pengungsi yang pulang adalah korban bencana gempa asal Kalibening yang rumahnya hanya rusak ringan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya