Nasib Tempe Lamongan Tergerus Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Melemahnya rupiah membuat produsen tempe harus mengatur siasat agar usahanya tetap berjalan lancar.

diperbarui 06 Sep 2018, 08:03 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2018, 08:03 WIB
Produsen Tempe Lamongan Terkena Imbas Melemahnya Rupiah
Aktivitas pembuatan tempe di Kelurahan Sukomulyo, Kecamatan Lamongan, Rabu, (5/9/2018).(MFA Rohmatillah/TIMES Indonesia)

Lamongan - Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga turut dirasakan para produsen tempe di Lamongan. Ini karena sebagian besar kebutuhan kedelai untuk bahan baku tempe masih impor.

"Harga kedelai memang naik, sebelumnya Rp 6.800, sekarang menjadi Rp 7.500 per kg," kata Rokhim, salah seorang pengusaha tempe di Kelurahan Sukomulyo, Kecamatan Lamongan, Jawa Timur, Rabu (5/9/2018).

Kondisi ini membuat produsen tempe harus mengatur siasat agar usahanya tetap berjalan lancar. "Ya terpaksa ukuran tempe saya kecilkan untuk menyiasati naiknya harga kedelai," ujarnya kepada Times Indonesia.

Rokhim mengaku, dia lebih memilih mengecilkan ukuran daripada menaikkan harga. Itu karena konsumen akan merasa keberatan jika harga tempe dinaikkan.

"Masalahnya kan di pasaran itu enggak mau kalau harganya dinaikkan, susah kalau harganya dinaikkan," ujarnya.

Saat ini, Rokhim juga terpaksa mengurangi produksinya, karena selain harga kedelai impor naik, daya beli di pasar juga sedang sepi.

"Kalau biasanya saya bisa menghabiskan hingga 2 kuintal kedelai, sekarang hanya habis sekitar 1,5 kuintal per harinya," ucap Rokhim, produsen tempe di Lamongan.

 

Baca berita menarik lainnya dari Times Indonesia di sini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya