Liputan6.com, Indramayu - Nasib nahas tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Indramayu yang menjadi korban kekerasan oleh majikan kembali terjadi. Tidak sedikit TKI Indramayu korban kekerasan majikan menangis dan minta segera dipulangkan.
Seperti yang dialami Titin Umiyati, warga Blok Karanganyar, Desa Santing, kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Ia menangis dan berulang kali meminta untuk segera dipulangkan.
Advertisement
Baca Juga
"Saya komunikasi dengan Titin lewat Whatsapp mengadukan semua permasalahannya selama bekerja di Irak dan sekarang dia minta pertolongan pemerintah untuk segera dipulangkan," kata Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Indramayu Juwarih, Senin, 18 September 2018.
Titin direkrut oleh sponsor bernama Asna, warga Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, lewat media sosial Facebook. Titin diiming-imingi akan dipekerjakan ke Turki dengan gaji USD 700 per bulan.
Tawaran tersebut membuat Titin tergoda. Pada 7 November 2017, Titin dibawa Asna ke Jakarta untuk diproses menjadi calon TKI.
"Korban dikenalkan sama Wawan dan hanya mengikuti proses satu minggu di penampungan. Kemudian, Titin berdua bersama temannya dibawa oleh Wawan ke Surabaya, melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada 15 November 2017," kata dia.
Dia mengungkapkan, dari Bandara Juanda, kedua TKI tersebut diantar oleh Yasin ke Malaysia. Mereka sempat transit di Qatar hingga melanjutkan perjalanan ke Turki.
Lima Kali Ganti Majikan
Tiba di Turki, Titin dijemput oleh perwakilan dari agency Farmoo Manpower Co. Ltd. Oleh agensi, Titin dibawa ke Erbil Kurdistan, Irak, pada 26 November 2017.
Sepuluh bulan bekerja di Irak, Titin sempat lima kali ganti majikan. Terakhir diketahui, Titin bekerja selama tiga bulan pada majikan bernama Karwan dan istrinya bernama Aisyah. Dia memutuskan untuk kabur dari rumah majikan lantaran sering diperlakukan tidak manusiawi.
"Dari majikan pertama sampai di majikan terakhir, Titin mengaku selalu diperlakukan kasar layaknya budak oleh majikannya. Ketika mengadu ke agensi pun malah ia dicaci-maki dan dipukul, serta dipekerjakan lagi," ungkap Juwarih.
Setelah menerima aduan dari korban, pihaknya akan segera meneruskan pengaduan ke Kementerian Luar Negeri agar Titin secepatnya dapat perlindungan dari perwakilan pemerintah yang ada di Irak.
"Titin sudah tidak punya apa-apa lagi karena sudah dua bulan tidak kerja dan bertahan hidup dari belas kasihan temannya dari Bandung. Kami berharap semoga KBRI Baghdad langsung tanggap dan menangani masalah TKI karena harus mengedepankan korban," tutur Juwarih.
Saksikan video pilihan berikut ini:Â
Advertisement