Liputan6.com, Gorontalo - Hari itu, Kapal Pinisi kembali menjelajahi teluk Tomini yang terletak diperairan Sulawesi. Dari dermaga desa Torosiaje, kapal tradisional khas masyarakat Bugis itu akan melanjutkan perjalanan mengarungi samudera menuju titik selanjutnya ke pelabuhan Gorontalo.
Mendapat kesempatan ikut dalam rombongan pelayaran pun menjadi pengalaman tak terlupakan. Apalagi bersama 6 aktivis lingkungan dan peneliti dari Jaring Advokasi Sumber Daya Alam (Japesda).
Di tangga kapal dengan lebar 25 meter itu rombongan disambut anak buah kapal (ABK) tim Eksepedisi Pinisi Bakti Nusa. Ekpedisi yang digagas oleh Ikatan Sarjana Kelautan dan Yayasan Makassar Skalia itu akan menempuh menempuh pelayaran selama 17 jam ke kota Gorontalo.
Advertisement
Baca Juga
"Kapal Pinisi ini awalnya dibuat tahun 2016. Ini pertama kali kapal melakukan pelayaran jauh keliling Indonesia," kata Idham, nahkoda kapal Pinisi kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, sejak berangkat dari pantai Losari, Makassar, kapal Pinisi Nusa Bakti telah bersandar di 10 titik di sepanjang perairan Sulawesi. Dalam setiap persinggahan, para tim melihat berbagai kearifan lokal masyarakat termasuk potensi kelautan dan pesisir dengan berbagai masalah yang dihadapi.
Dalam pelayaran tim ekspedisi melewati kawasan Wisata Pulo Cinta di kabupaten Boalemo, Pantai Biluhu, Kabupaten Gorontalo dan Masjid Walima Emas yang berdiri kokoh dipuncak bukit menghadap perairan teluk Tomini.
"Di Torosiaje yang dihuni suku Bajo misalnya, kita lihat potensinya bagus karena desa wisata namun ketersedian air bersih masih menjadi masalah," kata Ade Suratmadja, pimpinan Tim Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa.
Menurut Ade, ada 74 titik pesisir Indonesia yang akan dijelajahi sebelum berakhir di Jakarta bertepatan dengan peringatan 74 kemerdekaan RI, 17 Agustus 2019. Seluruh hasil pelayaran itu akan dinarasikan dalam bentuk buku dan audio visual untuk disampaikan ke pemerintah pusat.
"Kita serahkan ke Presiden siapapun presidennya nanti," imbuhnya.
Salah seorang jurnalis di Mandar, Sulawesi Selatan, Abdi Latif menceritakan pelayaran kapal Pinisi bukan tanpa masalah. Gelombang tinggi terjadi saat melintas di perairan Bau Bau dan membuat tim memutuskan untuk berhenti.
"Sempat panik karena ombak tinggi waktu itu. Akhirnya kami tidak jadi singgah di kepulauan Togean karena jadwal sudah lewat dan harus segera ke Torosiaje," urainya.
Nurain Lapolo, yang menjadi wanita pertama yang ikut dalam ekspedisi mengungkapkan misi yang dibawa oleh tim ekspedisi penting untuk terus mengkampanyekan perlindungan terhadap wilayah pesisir dan laut di Indonesia.
"Semoga pelayaran kapal Pinisi ini memberikan kita ide-ide baru untuk perjuangan mengelola sumber daya laut dan pesisir," ia memungkasi.
Setelah berlabuh selama beberapa hari di Gorontalo, tim Ekspedisi akan melanjutkan penjelajahan ke Bitung, Sulawesi Utara pada 16 Januari 2019.
Saksikan video pilihan berikut ini: