Liputan6.com, Sangihe - Wilayah kepulauan Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud dihantam gelombang tinggi sejak, Senin, 11 Februari 2019. Hal ini membuat sejumlah nelayan enggan melaut.
"Sudah sejak Minggu malam gelombang tinggi. Kami khawatir situasi di laut tidak menguntungkan, sehingga untuk sementara tidak turun melaut," ungkap Jantje Takasihaeng, salah satu nelayan di Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Jantje tidak sendirian. Dia bersama sejumlah nelayan lainnya memilih untuk 'memarkir' perahu mereka sambil menunggu situasi di laut lebih kondusif untuk mencari ikan. "Kalau sudah mulai mereda gelombang, baru kami akan ke laut," ujar Butje Jangkobus.
Advertisement
Baca Juga
Situasi hampir sama juga terjadi di Kabupaten Kepulauan Talaud. Sejumlah nelayan enggan mencari ikan dan memilih menepi ke darat. "Mudah-mudahan kondisi laut kembali normal agar kami bisa kembali mencari ikan," ujar Jansen Parapaga, warga Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meluncurkan peringatan dini tinggi gelombang untuk tiga hari ke depan, Senin hingga Kamis, 14 Februari 2019. Warga di beberapa daerah, seperti Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara diminta waspada.
BMKG mengimbau kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi serta wilayah pelayaran padat agar tetap selalu waspada.
Dalam siaran pers yang disampaikan BMKG, wilayah yang berpotensi terkena gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter, yaitu Laut Natuna Utara Perairan Utara Kepulauan Natuna, Perairan Utara Sulawesi, Laut Sulawesi, Perairan Kepulauan Sangihe - Kepulauan Talaud. Selain itu, Laut Maluku Bagian Utara, Perairan Utara Halmahera, Laut Halmahera, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera hingga Papua Barat.
Simak video pilihan berikut ini: