Warga Kampung Naga: Saha Wae Anu Mimpin, Kami Mah Tunduk

Bagi masyarakat adat Kampung Naga, siapa pun mereka yang memimpin negeri, wajib hukumnya untuk dihormati.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 04 Mar 2019, 22:01 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2019, 22:01 WIB
Dua pengurus Himpana KAmpung Naga Kabupaten Tasikmalaya
Dua pengurus Himpana KAmpung Naga Kabupaten Tasikmalaya (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Tasikmalaya Jika Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih bingung dengan angka partisipasi warga saat pencoblosan, lain halnya dengan penduduk Kampung Naga, di Desa Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat ini.

"Setiap pemilu 100 persen warga kami yang berhak nyoblos pasti ke TPS, memberikan hak pilihnya," ujar Ucu Suherlan (53), Ketua Himpunan Pramuwisata Kampung Naga (Himpana), Sabtu (2/3/2019). 

Menurutnya, kesetiaan dan kepatutan warga Kampung Naga terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), telah terpatri sejak lama. Bagi masyarakat adat Kampung Naga, siapapun mereka yang memimpin negeri, wajib hukumnya untuk dihormati.

"Buktinya dulu kampung kami dibakar gerombolan DI/TII, karena kami lebih memilih pemerintah," ujarnya.

Tak ayal akibat sikap setianya itu, sikap pemberontak Darul Islam/Tentara Islam Indonesaia (DI/TII) semakin membuncah.

"Dasarnya buat kami adalah ‘Ngumawula,  atau melayani dan mengabdi ke negara," ujar Ucu menambahkan.

Khusus pelaksanaan pesta demokrasi pemilihan umum atau Pemilu, sejak lama angka partisipasi warga Kampung Naga selalu menunjukan angka partisipasi hingga 100 persen.

"Kecuali sakit, warga pasti mencoblos, kalau soal pilihan terserah mereka," ujar dia sambil tersenyum hangat.

Menggunakan penutup kepala berikat Parekos Jengkol, khas Kampung Naga, tampilan lelaki setengah abad lebih ini nampak lebih berwibawa, tak ayal setiap intruksinya langsung diikuti warga Kampung Naga.

"Untuk pilpres saat ini hak pilih sekitar 150-200 warga dari total jumlah penduduk 294 orang," papar dia.

Agar aktfitas bertani warga Kampung Naga tetap berlangsung, selama proses pencoblosan berlangsung, mereka kerap melukan jadwal bergiliran untuk menyalurkan asirasinya  ke TPS.

"Biasa pengalaman lalu pertama orang dewasa laki-laki dulu, kemudian siangnya gantian perempuan," ujarnya.

Dengan pola dan pemahaman pentingnya kesetiaan kepada negara, tak mengherankan dalam setiap gelaran pemilu sejak lama, seluruh warga Kampung Naga kerap berpartisipasi secara optimal.

Bahkan dalam filsafat warga Kampung Naga, kepentingan negara di atas seluruh kepentingan yang lainnya.

"Istilahnya katali kumaula ka pamerantah (Keterikatan adaya upaya untuk melayani bagi pemerintah)," ujar Endut Suganda, pengurus Himpana lainnya menambahkan.

Dengan pola jati diri seperti itu, sejak lama seluruh warga Kampung Naga ogah meminta bantuan apapun kepada pemerintah dalam berbagai program yang mereka lakukan.

"Makanya kami dilarang membuat proposal, pamarentah sanes tempat menta tapi pengabdian (Pemerintah bukan tempat meminta tetapi mengabdi)," ujar dia menegaskan komitmennya.

Harapan Pemilu Damai

Para pengunjung tengah menuruni tangga menuju pemukiman penduduk ampung Naga Tasikmalaya
Para pengunjung tengah menuruni tangga menuju pemukiman penduduk ampung Naga Tasikmalaya (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Untuk itu di tengah proses sosialisasi dan kampanye yang tengah berlangsung, ia berharap seluruh tahapan demokrasi bisa berlangsung dengan damai dan lancar.

"Kudu ciis ceuli herang mata, ulah ngagorengkeun batur, kami anti hoaks (kondisi yang menggambarkan ketenangan, jangan senang menjelekkan orang lain, kami semua anti hoaks)," papar dia.

Selain itu, seluruh pihak yang berkepentingan agar menjaga ego dirinya masing-masing, dan lebih mengedepankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. "Kudu apa l kana purwadaksina (Mesti mengetahui asal usul), biar negara aman," ujarnya meminta.

Terakhir, harapan warga Kampung Naga yang mesti diperhatikan pemerintah adalah agar senantiasa saling menhormati, dan menjauhi sikap dan sifat saling menjatuhkan. "Yang menang harus amanah, yang kalah jangan jadi oposisi," ujarnya sambil tersenyum. 

Menurutnya, seluruh warga negara Indonesia memiliki hak untuk menyampaikan kritik, namun hal itu tetap mengedepankan sikap sopan santun sebagai adat khas sunda.

"Saha wae anu mimpin kami mah tunduk, (Siapa pun yang memimpin negeri, warga Kampung Naga siap mengikuti)," ujarnya.

Terakhir, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, ia berharap seluruh tahapan pemilu 17 April mendatang bisa berlangsung dengan damai dan lancar.

"Moto kami adalah ‘panyaur ganjang tamonan, pamundut gancang caosan, parentah gancang lakonan, saumpami teu aya pauduran agama sareng dari gama,’ (Pengumuman segera laksanakan, ajakan segera penuhi, perintah segera lakukan, sekiranya tidak ada halangan baik dari agama ataupun dari (peraturan) umum," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya