Lewati Jejak Majapahit, Bagaimana Nasib Tol Malang-Pandaan Selanjutnya?

Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCP) Jatim akan terus mengawasi proyek penggeseran ruas tol Malang-Pandaan ke Sungai Amprong.

oleh Zainul Arifin diperbarui 27 Mar 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2019, 14:00 WIB
Ruas Tol Malang Pandaan, Sungai Amprong dan Jejak Pra Majapahit yang Terpendam
Ruas Tol Malang-Pandaan di Seksi V bakal digeser ke Sungai Amprong usai penemuan situs pra Majapahit (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur bakal mengawasi penggeseran ruas Jalan Tol Malang–Pandaan seksi V ke bantaran Sungai Amprong. Sebab tidak menutup kemungkinan masih banyak situs peninggalan pra-Majapahit di kawasan itu.

Kebijakan menggeser ruas tol 8 meter dari titik tengah ke arah bantaran Sungai Amprong itu setelah penemuan Situs Sekaran peninggalan pra-Majapahit di kilometer 37. BPCB Jawa Timur dan PT Jasa Marga Tol Malang–Pandaan sudah bertemu membahas rencana itu.

"Jasa Marga sepakat ikut melestarikan situs dan mengalihkan ruas jalan tol. Kami akan ikut mengawasi pengerjaan pengalihan itu," kata Kepala BPCB Jawa Timur, Andi Muhammad Said dikonfirmasi di Malang, Selasa (26/3/2019).

Pengawasan juga melibatkan perwakilan Pemerintah Kabupaten Malang dan para penggiat cagar budaya. Lokasi proyek yang masuk wilayah Desa Sekarpuro, Kabupaten Malang itu diduga masih banyak artefak maupun struktur bata kuno terpendam di bawah tanah.

"Jadi bila ada temuan lagi saat pengerjaan penggeseran ruas tol itu, maka seketika itu juga harus dihentikan," ujar Andi.

BPCB menerima banyak informasi dari masyarakat tentang berbagai temuan lepas benda purbakala di area proyek itu. Misalnya arung (saluran air kuno) maupun artefak dan sudah diidentifikasi oleh tim arkeolog. Serta masih mengkaji temuan batu bata kuno di sisi selatan.

"Harus dicek apakah itu bagian dari temuan awal yang tergeser atau berbeda. Prinsipnya, jika itu baru sudah pasti proyek dihentikan karena perjanjiannya begitu,” ucap Andi.

Kapan pelaksanaan penggeseran ruas tol itu sendiri belum bisa dipastikan. Sebab masih menunggu hasil kajian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) selaku otoritas proyek.

"Kapan pembangunan baru itu ya diputuskan dan ditentukan oleh Kementerian PUPR," ucap Andi.

Terkait penelitian serajah, Balai Arkeologi Yogyakarta kan melakukan penelitian lanjutan di Situs Sekaran peninggalan pra-Majapahit itu. Penelitian lebih pada penilaian kesejarahan untuk pengetahuan. Sedangkan tugas BPCB hanya pada pelestarian, seperti ekskavasi atau penggalian.

Potensi Temuan

Ruas Tol Malang Pandaan, Sungai Amprong dan Jejak Pra Majapahit yang Terpendam
Struktur bata kuno peninggalan pra Majahit di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kabupaten Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono berpendapat lokasi temuan Situs Sekaran di Desa Sekarpuro berada di sisi utara Gunung Buring, kawasan perbukitan Malang sejak masa kuno. Sebuah peradaban lama tidak jauh dari Sungai Amprong.

Di kawasan itu terdapat beberapa desa kuno seperti Ngadipuro, Sekarpuro, Lesanpuro maupun Madyopuro. Peradaban ini sudah ada sejak masa Mpu Sindok di abad 10 sampai masa akhir Majapahit abad 14. Seperti ditulis dalam Prasasti Pamitihan tahun 1434 Masehi.

"Peradaban lama, sebuah permukiman yang dikeliling benteng pertahanan," kata Dwi.

Masyarakat pada masa itu biasa bermukim di sepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas seperti Sungai Amprong. Indikasinya, terdapat arung atau saluran air kuno. Ada juga punden tak jauh dari temuan situs, maupun Lingga dan Yoni di pemakaman umum.

Kuat dugaan, temuan lepas itu masih terhubung antar satu dengan lainnya. Bisa jadi pula tidak hanya ada di tanah perbukitan, tapi juga di lembah sungai. Proyek tol Malang–Pandaan berpotensi menghantam berbagai jejak peradaban kuno.

"Seharusnya sejak kali pertama proyek tol digagas, harus didahului dengan analisis sosial budaya. Saya curiga ada banyak jejak budaya di dekat sungai yang tergaruk," katanya menambahkan.

Simak video pilihan berikut:

Menunggu Kajian

Ruas Tol Malang Pandaan, Sungai Amprong dan Jejak Pra Majapahit yang Terpendam
Alat berat Jasa Marga Malang - Pandaan membersihkan tebing di lokasi penemuan situs pra Majapahit (Liputan6.com/Zainul Arifin)

PT Jasa Marga Pandaan–Malang endirimasih menunggu kajian Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR. Terutama tentang rancangan dan potensi penambahan konstruksi penggeseran ruas jalan tol tersebut.

"Proyek sudah pasti digeser, tapi kami masih menunggu Bina Marga," kata Direktur Utama PT Jasa Marga Pandaan–Malang, Agus Purnomo.

Lebar jalan tol atau right of way (ROW) di Kilometer 37 Pandaan-Malang adalah selebar 60 meter. Lokasi temuan Situs Sekaran di Desa Sekarpuro ada di ruas tol sisi barat dan sudah diberi garis batas. Jasa Marga juga mempersilakan ada yang mengawasi proses penggeseran.

"Iya, silakan saja mengawasi penggeseran," ucap Agus.

Target penyelesaian pengerjaan seksi V Tol Pandaan-Malang sudah pasti mundur dari jadwal. Semula ditarget awal Juni, tapi karena ada perencanaan ulang maka penyelesaiannya harus lebih lama.

Sebelumnya, struktur bata kuno ditemukan saat pengerjaan proyek tol oleh para pekerja pada Februari silam. Namun temuan itu baru dilaporkan awal Maret lalu. Setelah itu digelar ekskavasi untuk menyelamatkan situs. Termasuk menghentikan sementara proyek itu.

Sejauh ini tanah yang bisa disingkap para arkeolog seluas 25x25 meter. Situs pra-Majapahit ini diduga berupa kompleks bangunan kuno maupun tempat peribadatan. Di kawasan itu banyak temuan artefak berupa gerabah, koin kuno Tiongkok, hingga perhiasan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya