Fakta-Fakta Lubang Raksasa di Sukabumi

Lubang raksasa sempat muncul di Sukabumi, di lokasi yang berdekatan dengan lubang baru ini.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 29 Apr 2019, 14:30 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2019, 14:30 WIB
Lubang Raksasa
Foto: Jenal Abidin

Liputan6.com, Sukabumi - Lubang berukuran besar tiba-tiba muncul di area persawahan di Kampung Legoknyenang, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Minggu 28 April 2019. Awalnya berdiameter sekitar 16 meter dengan kedalaman 12 meter. Orang-orang menyebutnya lubang raksasa.

Sebelum muncul lubang raksasa itu, warga mendengar suara gemuruh dan dentuman sekitar pukul 04.00 WIB. Suara gemuruh yang diduga proses terjadinya lubang itu juga didengar warga lainnya yang jaraknya sekitar 150 meter dari lokasi kejadian.

"Kami meyakini pasti akan muncul lagi lubang seperti yang terjadi pada tahun lalu, dan ternyata benar," kata seorang warga, Cece Sudirman, di Sukabumi seperti dikutip Antara.

Lubang raksasa kali ini lebih besar dibandingkan lubang misterius yang muncul tahun lalu. Lubang baru ini lokasinya sekitar empat meter dari lubang lama yang sudah ditutup warga.

Warga lainnya, Yogi Prayogi, mengatakan sebelum terbentuknya lubang itu wilayah Kadudampit sempat dilanda hujan deras.

"Warga di sini tidak berani mendekat karena khawatir luasnya melebar apalagi yang sekarang cukup dalam," katanya.

Sementara, Kepala Pusat Pengendalian dan Operasi (Pudalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna mengatakan petugasnya memantau aktivitas lubang tersebut, khawatirnya bertambah luas dan berbahaya.

"Tidak menutup kemungkinan luasnya akan membesar apalagi curah hujan cukup tinggi. Kami mengimbau kepada warga untuk selalu waspada apabila mendengar suara gemuruh dari lokasi untuk pergi menjauh," katanya

Benar saja. Dalam sehari, luas lubang bertambah hingga nyaris dua kali lipat. Ketua RW 02 Deni Rahayu Hamzah menyebutkan, awalnya diameternya hanya 16 meter, sekarang sudah sekitar 30 meter.

"Karena terus terjadi longsor pada dinding lubang itu," katanya.

Bahkan getaran pun masih terasa sehingga warga khawatir lubang raksasa itu meluas hingga ke permukiman dan memutus jalan penghubung yang jaraknya dari lubang itu sekitar 10 meter. Aliran listrik sempat padam di sebagian wilayah karena tiangnya ikut amblas yang mengakibatkan beberapa kabel terputus.

Dugaan Sementara

Lubang Raksasa
Lubang besar berdiameter 16 meter dengan kedalaman mencapai 12 meter, tiba-tiba muncul lagi di area persawahan penduduk di Sukabumi. (Rahmawan/ BPBD Sukabumi)

Hasil kajian sementara Tim Tanggap Darurat Pergerakan Tanah Badan Geologi Jawa Barat pembentukan lubang raksasa di Kampung Legoknyenang, Kabupaten Sukabumi akibat aktivitas sungai bawah tanah.Sebelum tertimbun tanah karena aktivitas gunung berapi, di lokasi lubang yang berada di Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit terdapat aliran sungai.

"Namun karena tertimbun tanah akhir sungai itu hilang dan ternyata aktif lagi dengan mengeluar air banyak sehingga terjadilah pembentukan lubang itu," kaya Kepala Tim Tanggap Darurat Pergerakan Tanag Badan Geologi Jabar Edy Mulyadi

Karena adanya pegerakan air dari sungai bawah tanah yang usianya sudah tua tersebut akhirnya tanah menjadi amblas karena air terus menekan dinding-dinding tanah di daerah tersebut. Namun, proses geologi ini merupakan hal biasa yang dikarenakan proses alam.

Dia mengatakan, pihaknya juga sudah melakukan pengkajian dan mengambil beberapa foto yang ternyata bisa disimpulkan bahwa ada sungai bawah tanah yang airnya kembali meluap. Sehingga karena alirannya tertutup tanah tetapi volume di sungai bawag tanah air banyak akirnya tanah menjadi amblas.

Selain itu, kondisi air yang terus mendesak tanah tersebut akhirnya tercipta kembali aliran sungai yang awalnya sempat hilang karena tertimbun tanah dari aktivitas gunung berapi. Lokasinya memang di bawah Gunung Gede Pangrango yang saat ini masih aktif.

"Kemungkinan besar luasan lubang ini akan terus bertambah, maka dari itu warga yang tinggal di sini untuk selalu waspada. Makanya warga diimbau jangan terlalu dekat apalagi kami mengkhawatirkan keberadaan rumah warga yang jaraknya cukup dekat karena bencana ini bisa dikatakan bahaya," tambahnya.

Edy mengatakan, di lokasi pun terdapat kerikil-kerikil yang merupakan abu vulkanik. Sehingga kemungkinan di lokasi ini pernah terdapat awan panas yang tidak terkonversikan. Sehingga melalui celah batu kerikil air bisa merembes, karena jika batuannya berupa abu akan mudah tererosi.

Air tersebut sumbernya bisa dari atas atau rembesan dari sawah tersebut, sehingga bisa terlihat awan panasnya basah sekali dan lekat sekali ditambah terdapat kerikil sehingga air dengan mudah merembes dan terbentuklah lubang ini.

Lubang Lama Tahun Lalu

Lubang Raksasa
Foto: Jenal Abidin

Kemunculan lubang besar di Sukabumi tahun lalu terjadi sekitar pukul 11.30 WIB, Kamis, 6 September 2018 itu berbentuk oval dengan dimensi panjang 6.5 meter, lebar 4 meter dengan kedalaman 6 meter.

Tahun lalu, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sudah menerbitkan hasil tinjauan amblesan tanah yang membentuk lubang raksasa di Kampung Legoknyenang, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

Menurut Rustam,, ketua tim peninjauan tanah ambles dari PVMBG, lokasi titik elevasi permukaan tanah lokasi amblesan 774.3 mdpl, terletak di atas terowongan tanah yang dialiri air. Terowongan tersebut berukuran panjang 50 meter, dengan mulut outlet terowongan tinggi 3,2 meter dan memiliki lebar 2,5 meter.

"Melintas dari arah barat laut menuju tenggara yaitu Sungai Cigalunggung, kedalaman pada ujung barat laut (tempat masuknya air) 6 meter, sedangkan kedalaman pada ujung tenggara (tempat keluarnya air) kurang lebih 10 meter di bawah permukaan tanah," kata Rustam di Bandung, Senin (10/9/2018).

Rustam menjelaskan dengan terjadinya lubang raksasa itu aliran air pada terowongan tanah tersebut agak tertahan, sehingga terjadi genangan pada ujung barat laut tempat masuknya air. Jika dilihat dari morfologinya, lokasi amblesan terletak pada lereng selatan bagian bawah Gunung Gede.

Lokasi tersebut memiliki kemiringan lereng sekitar 15 persen. Lokasi tersebut merupakan lahan persawahan produktif di Sukabumi. Berdasarkan peta geologi regional lembar, lokasi amblesan berada pada formasi batuan gunung api Gede (Qvg).

"Tersusun dari litologi breksi tufan dan lahar, andesit dengan oligoklas-andesin, piroksen, dan banyak sekali hornblende, tekstur seperti trakhit, umumnya lapuk sekali," ujar Rustam.

Rustam menambahkan, pengamatan di lapangan lokasi kejadian berada pada tanah lapukan batuan gunung api berupa pasir tufan, dengan karakteristik tanah lapuk berwarna kuning kecokelatan, kurang padu, agak gembur. Karena penggunaan lahan di atasnya berupa sawah, tanah tersebut jenuh air.

Penyebab terjadinya amblesan, kata Rustam, adanya terowongan tanah (tanpa konstruksi penguat pada dinding dan atapnya) yang melintas tepat di bawah lubang amblesan.

Dinding dan atap terowongan tanah tersebut, kata Rustam, sedikit demi sedikit tergerus oleh aliran air sehingga menyebabkan adanya rongga bawah tanah yang semakin membesar dan tidak kuat menahan beban tanah di atasnya. Apalagi, tingkat kejenuhan tanah bertambah akibat mulai turunnya hujan.

"Perlu dilakukan pembersihan sumbatan tanah amblesan dan sampah pada terowongan agar aliran air pada terowongan tetap terjaga, sehingga tidak terjadi akumulasi dan luapan air pada bagian tempat masuknya air. Harus adanya penguatan pada dinding dan atap sepanjang terowongan tanah tersebut, agar tanah di atasnya tetap stabil (tidak ambles)," jelas Rustam.

Rekomendasi PVMBG

Lubang Raksasa
Foto: Jenal Abidin

Kepala PVMBG Kasbani mengatakan faktor lainnya sifat fisik batuan penyusun yang kurang kompak, mudah meluluskan air, dan mudah luruh jika kena air.

"Sistem drainase yang kurang baik. Tata guna lahan berupa sawah yang jenuh air. Saluran air alami tidak mengikuti kontruksi teknis yang sesuai," paparnya.

Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Sukabumi, daerah bencana, termasuk zona kerentanan gerakan tanah menengah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

PVMBG merekomendasikan agar dibuat batas batas pengaman di sekitar terjadinya amblasan. "Saluran air yang masih tersisa agar dibuka atau dibuat kontruksi yang memadai," jelasnya.

Ia pun mengimbau nasyarakat yang tinggal di sekitar lokasi amblasan agar selalu waspada, apabila amblesan meluas agar mengungsi ke tempat yang lebih aman. Masyarakat juga diminta agar selalu mengikuti arahan aparat pemerintah daerah setempat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya