Cerita Kampung Inggris Purwokerto yang Lahir dari Pesantren Pinggir Kali

Konsep Kampung Inggris ini secara garis besar adalah membangun sebuah kampung yang warganya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 27 Mei 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2019, 12:00 WIB
Diskusi antara jurnalis, santri dan peserta Unique Course di Kampung Inggris Pesantren El Fira 3 Purwokerto. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Diskusi antara jurnalis, santri dan peserta Unique Course di Kampung Inggris Pesantren El Fira 3 Purwokerto. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purwokerto - Gemericik air kali kecil di Kampung Tanjlig Kelurahan Kedungwuluh Kecamatan Purwokerto Barat, Banyumas, menengahi kesibukan santri Pondok Pesantren Modern El Fira 3 Purwokerto. Ini lah Kampung Inggris Purwokerto.

Pesantren ini masih berbenah. Di sisi barat kompleks misalnya, calon taman yang baru dibangun. Bunga-bunga itu tengah disiram oleh seorang santri yang sekaligus pengurus pondok.

Pepohonan di kanan dan kiri gedung pondok bertingkah dengan gemericik air membuat nyaman siapa pun yang singgah di Kampung Inggris ini. Suasananya, benar-benar khas pedesaan, meski bangunannya telah berkonsep modern.

Sejak dibangun tahun 2017 lalu, pesantren ini terus berbenah. Dan kini, pengelola pesantren membuat program baru berbahasa Inggris, Unique Course atau Usee, sebuah kursus bahasa Inggris untuk pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum.

Kendati berada di pinggiran kota, Kampung Inggris ini berlokasi cukup strategis. Hanya kisaran satu kilometer dari gedung IAIN Purwokerto, dan mudah mengakses pusat Kota Purwokerto.

Pengasuh Pondok Pesantren Modern El Fira, KH Fathul Amin Aziz mengatakan pesantren El Fira tidak hanya menitikberatkan pada keilmuan agama. Zaman terus berkembang dan mesti direspon dengan penguasaan teknologi dan bahasa.

"Kita konsentrasinya mengembangkan bahasa Arab dan Inggris. Kalau di pesantren lain hanya bahasa Arab, kita justru banyak ke bahasa Inggrisnya," ucapnya, Sabtu, 25 Mei 2019.

Kepala Program Kampung Inggris Pesantren El Fira, Yuni Anjarwati mengatakan konsep Kampung Inggris ini secara garis besar adalah membangun sebuah kampung yang warganya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama.

 

Membiasakan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Sehari-hari

Kegiatan santri dan peserta Unique Course di Kampung Inggris Pesantren El Fira 3 Purwokerto. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).
Kegiatan santri dan peserta Unique Course di Kampung Inggris Pesantren El Fira 3 Purwokerto. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).

Dari Pesantren pinggir sungai ini, ia berharap agar bahasa Inggris bisa menjadi bahasa utama pesantren yang kemudian beranjak menjadi bahasa warga kampung Tanjlig.

"Sesuai namanya, unique course itu akan membuat Kampung Inggris di Purwokerto, mudah-mudahan, kita bisa menjadi influencer, dari kampung pinggir kali, bank of the river ini kita membuat kursusan-kursusan," Yuni menjelaskan.

Kampung Inggris di Pesantren Elfira 3 ini tak berbeda jauh dengan Kampung Inggris Pare, Kadiri, Jawa Timur. Sebab Yuna adalah salah satu inisiator Kampung Inggris, Pare yang kini berhijrah ke Purwokerto.

Latihan berbahasa Inggris dititikberatkan pada membiasakan siswa atau santri untuk bercakap Inggris tiap hari atau conversation. Harapannya, lama kelamaan, santri dan masyarakat akan terbiasa dengan bahasa yang kerap dinilai sulit ini.

"Sebenarnya, konsepnya tak jauh berbeda dari Pare. Kami mendidik orang awam, pelajar atau pun mahasiswa yang zero Inggris agar memiliki soft skill, tentang Inggris itu sendiri," ucapnya.

Menurut dia, terpenting dilakukan untuk membiasakan bahasa Inggris adalah dengan cara menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama saat bercakap. Dengan demikian, peserta dan santri akan terbiasa menggunakan bahasa ini.

Warga di Kampung Inggris tak dibebani dengan aturan berbahasa. Pengenalan bahasa, sesuai dengan standar baku baru akan dikenalkan setelah peserta terbiasa berbahasa Inggris.

 

Peserta Usee Kampung Inggris

Peluncuran Kampung Inggris dengan programnya, Unique Course atau Ucee. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).
Peluncuran Kampung Inggris dengan programnya, Unique Course atau Ucee. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).

"Kampung Inggris yang sekarang sudah terkenal itu kan di Pare, Kediri. Warga Purwokerto sekitarnya dulu, mungkin anak-anak SMA, lulusan SMA dan sebagainya," dia menerangkan.

Sementara ini, jumlah peserta yang mengikuti program Kampung Inggris secara intensif berjumlah 25 orang. Mereka berasal dari kalangan santri dan siswa di sekitar Purwokerto dan Cilacap.

Di luar 25 orang itu, ia menyebut bahwa seluruh santri Elfira yang berjumlah 400 orang lebih juga diwajibkan untuk mengikuti program meski tak seintensif 25 peserta khusus itu. Pasalnya, santri El Fira juga masih memiliki kewajiban lainnya, yakni bahasa Arab dan pelajaran agama.

"Belajar secara bertahap. Sekarang masih di bahasa Arabnya dulu. Nanti bahasa Inggrisnya kita intensifkan," dia menegaskan.

Yuni optimis Kampung Inggris Pesantren El Fira ini akan cepat berkembang. Pasalnya, sebagian besar santri di El Fira adalah mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi Purwokerto, terutama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.

Mahasiswa relatif mudah menyerap bahasa Inggris lantaran berasal dari kalangan terpelajar. Program berbahasa Inggris pun lebih mudah diterapkan.

"Dari santri mahasiswa yang terbiasa berbahasa Inggris nanti harapannya akan berpengaruh kepada masyarakat sekitar," dia menerangkan.

Kampung Inggris ini resmi diluncurkan dengan ditandai diskusi dan buka bersama santri El Fira, peserta Unique Course atau Usee Kampung Inggris, serta para jurnalis di Purwokerto. Tema diskusi adalah teknologi informasi dan pemanfaatan media sosial.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya