Liputan6.com, Cirebon - Terasi udang menjadi salah satu bumbu masak yang khas dari Pantura Cirebon, Jawa Barat. Pada perjalanannya, Terasi Cirebon tidak hanya menjadi salah satu bumbu masakan yang melezatkan makanan.
Dari catatan yang ada, terasi jadi sala satu simbol perlawanan Cirebon ke Padjadjaran. Ada kisah tentang diplomasi dan proses penyebaran Islamdi balik terasi.
Filolog asal Cirebon Opan Rachman Hasyim mengatakan, terasi saat itu upeti wajib kepada kerajaan Padjadjaran.
Advertisement
Seiring berkembangnya pemberian upeti tersebut, penguasa kerajaan Singapura yakni Pangeran Cakrabuana melantik Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati menjadi raja Cirebon secara sepihak.
"Terasi dan garam jadi upeti untuk Padjadjaran karena keluarga kerajaan Padjadjaran sangat menyukai Terasi Cirebon," kata Opan.
Baca Juga
Setelah bertahta, Sunan Gunung Jati memutar akal bagaimana caranya agar Cirebon bisa merdeka dari Padjadjaran. Ia lalu memutuskan untuk menghentikan pengiriman upeti berupa garam dan terasi.
Upeti garam dan terasi biasanya dikirim ke Desa Balerante, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon. Saat itu, Desa Balerante masih termasuk wilayah Padjadjaran.
"Tindakan Sunan Gunung Jati menghentikan upeti Terasi Cirebon memancing reaksi dari kerajaan Padjadjaran," kata Opan.
Kerajaan Padjadjaran mengirim pasukan ekspedisi khusus pertama ke Cirebon. Pasukan yang berjumlah 40 orang itu dipimpin langsung Tumenggung Jagabayan.
Pasukan Khusus
Dalam ekspedisi tersebut, Tumenggung Jagabayan menggelar dialog bersama Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati untuk meminta penjelasan terkait penghentian upeti mereka kepada Kerajaan Padjadjaran.
Sunan Gunung Jati menegaskan diri menolak konsep upeti lantaran masyarakat Cirebon belum sejahtera. Sunan Gunung Jati menerapkan konsep upeti diubah menjadi zakat.
"Karena sebelum rakyat makmur, Cirebon tidak akan memberikan upeti. Dari yang dulu masyarakat miskin harus memberi upeti kepada yang kaya atau pejabat kerajaan, kini yang kaya harus membayar zakat kepada masyarakat miskin," tutur Opan.
Penjelasan Sunan Gunung Jati menarik hati pasukan ekspedisi khusus tersebut pada konsep Islam. Mereka akhirnya masuk Islam.
"Walhasil pengiriman ekspedisi khusus yang pertama tidak jadi perang malah masuk Islam," ucap dia.
Tak terima, Kerajaan Padjadjaran kembali mengirim pasukan ekspedisi khusus kedua yang dipimpin langsung Tumenggung Jagasatru. Kedatangan pasukan ekspedisi khusus pimpinan Tumenggung Jagasatru juga diawali dengan dialog.
Namun, saat mendengar penjelasan konsep Islam yang dipaparkan Sunan Gunung Jati, Tumenggung Jagasatru bersama pasukannya pun kembali menyatakan diri masuk Islam.
Belum menyerah, Padjadjaran kembali mengirimkan pasukan khusus yang dipimpin langsung Tumenggung Lembu Sastra. Ekspedisi ketiga itu akan menggelar serangan fajar.
"Nah saat serangan fajar yang dilakukan di Gunung Sembung, pasukan khusus Tumenggung Lembu kaget melihat saat fajar mereka sudah beraktivitas (Salat Subuh) sehingga penyerangan berhasil digagalkan dan Tumenggung Lembu Sastra bersama pasukannya juga masuk Islam," kata Opan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement