Ada Gajah Asyik Berendam di Belakang Pasar Tradisional Riau

Kawanan gajah liar masuk ke pemukiman dan memakan pohon sawit milik warga di Riau.

oleh M Syukur diperbarui 13 Jun 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2019, 10:00 WIB
Kawanan gajah yang terekam petugas masuk ke kebun milik warga di Riau.
Kawanan gajah yang terekam petugas masuk ke kebun milik warga di Riau. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Konflik antara manusia dengan kawanan gajah kembali terjadi di Riau. Satwa bongsor itu mendekati pemukiman masyarakat di Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, dan memakan tanaman sawit milik warga setempat.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau sudah menurunkan tim untuk mengatasi hal ini. Pantauan di lapangan, petugas melihat beberapa gajah berada di belakang pasar tradisional.

"Ada tiga ekor gajah berendam di belakang pasar tradisional di sana, gajah ini juga memakan pohon sawit berusia dua sampai lima tahun," kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono, Rabu (12/6/2019) siang.

Menurut Suharyono, kawanan gajah dewasa ini berasal dari kantong gajah kawasan Tesso Nilo. Lokasi kantong gajah yang masuk ke perkebunan dan mendekati pemukiman itu berjarak sekitar 15 kilometer dari kawasan hutan lindung tersebut.

Untuk menangani masalah ini, BBKSDA Riau juga melibatkan World Wide Fund for Nature (WWF), kepolisian dan pemerintah setempat. Wakil Bupati Indragiri Hulu juga turun membahas konflik ini bersama petugas di lapangan.

"Tak hanya Peranap, Kecamatan Kelayang juga dimasuki gajah yang sama. Setidaknya ada empat desa dan dua kelurahan yang didatangi gajah ini," sebut Suharyono.

Untuk menggiring satwa berbelalai dan bergading ini, BBKSDA berencana menurunkan gajah jinak. Tim Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan WWF sudah mengirimkan dua gajah jinak dari Lubuk Kembang Bungo.

Suharyono berharap gajah terlatih bisa menggiring kawanan gajah liar ini ke tempat asalnya. Masyarakat diharap tidak bertindak sendiri karena bisa membahayakan, baik dari satwa maupun dari warga.

"Mohon doanya agar gajah ini bisa digiring ke kantongnya lagi," imbuh Suharyono.

Kelompok Sebelas

Kawanan gajah sumatra yang dikenal dengan kelompok sebelas masuk ke kebun warga di Kota Pekanbaru.
Kawanan gajah sumatra yang dikenal dengan kelompok sebelas masuk ke kebun warga di Kota Pekanbaru. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Sebelumnya, gajah masuk ke kebun dan pemukiman warga juga terjadi menjelang dan saat masyarakat Kota Pekanbaru merayakan Lebaran Idul Fitri. Hal ini membuat tim BBKSDA merayakan lebaran di lapangan agar gajah menjauh dari pemukiman.

Menurut Humas BBKSDA Riau Dian Indriarti, penanganan konflik di Kelurahan Rantau Panjang dan Kelurahan Agrowisata, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru itu, melibatkan pawang dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas.

"Di saat yang lain sibuk mempersiapkan dan merayakan lebaran, tim masih harus berjibaku melakukan penanganan gajah liar," terang Dian.

Dian menerangkan, kawanan gajah di Pekanbaru berjumlah 11 ekor. Kawanan yang disebut kelompok sebelas ini dilaporkan masuk ke perkebunan dan mendekati pemukiman sejak 30 Mei 2019.

"Kawanan ini kerap masuk areal perkebunan di Kecamatan Minas (Siak), Rumbai (Pekanbaru) dan Tapung (Kampar)," ucap Dian.

Selama masuk perkebunan dan pemukiman, kawanan ini memakan pohon sawit. Gajah juga dilaporkan merusak bagian dapur rumah warga yang terbuat dari papan.

"Gajah merusak dapur warga itu pada 1 Juni 2019, saat ini kondisinya sudah kondusif," ucap Dian.

Faktor Mudik

Dapur rumah warga di Pekanbaru yang dirusak gajah sebelum Lebaran Idul Fitri.
Dapur rumah warga di Pekanbaru yang dirusak gajah sebelum Lebaran Idul Fitri. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Menurut Dian, meningkatnya aktivitas gajah liar di areal perkebunan setiap tahun, khususnya menjelang lebaran, karena banyak kebun yang ditinggal penjaganya untuk pulang ke kampung halaman.

"Buruh kebun mudik merayakan lebaran, sehingga gajah merasa bebas dan tidak terganggu melakukan aktivitasnya," kata Dian.

Adanya petugas, tambah Dian, sangat dirasakan oleh masyarakat ataupun pemilik kebun yang tidak mudik. Mereka saling bahu membahu menghalau gajah agar kembali ke perlintasannya.

Untuk mengatasi konflik ini, petugas PLG tidak mengerahkan gajah terlatih. Pasalnya gajah ini masih bisa diusir dengan bunyi-bunyian yang dibuat masyarakat dan petugas.

"Juga digunakan petasan agar gajah ini menuju areal aman yaitu Tahura Minas," kata Dian.

Dian menjelaskan, dua kelurahan tersebut memang sering dimasuki kawanan gajah liar dari Tahura Minas. Masyarakat dihimbau waspada dan segera melapor ke petugas jika gajah kembali masuk ke pemukiman.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya