Taman Nasional Way Kambas, Surga Konservasi Gajah di Ujung Selatan Sumatra

Hutan hujan tropis dataran rendah yang mendominasi kawasan ini menyediakan lingkungan yang ideal bagi keanekaragaman hayati yang luar biasa

oleh Panji Prayitno Diperbarui 24 Mar 2025, 07:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2025, 07:00 WIB
Taman Nasional Way Kambas, Surga Konservasi Gajah di Ujung Selatan Sumatra
Bayi gajah Sumatera jantan lahir di Taman Nasional Way Kambas Lampung, Sabtu, 11 November 2023. (dok. Biro Humas KLHK)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Taman Nasional Way Kambas (TNWK) adalah salah satu kawasan konservasi terpenting di Indonesia, terutama dalam upaya perlindungan dan pelestarian Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang semakin terancam.

Terletak di Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Lampung, taman nasional ini memiliki luas sekitar 1.300 km² dan dikenal sebagai pusat rehabilitasi serta pelatihan gajah liar yang mengalami konflik dengan manusia atau kehilangan habitatnya.

Selain di TNWK, pusat pelatihan gajah juga terdapat di Minas, Riau, yang memiliki tujuan serupa dalam upaya penyelamatan dan konservasi spesies ini. TNWK bukan hanya sekadar tempat perlindungan bagi Gajah Sumatra, tetapi juga menjadi ekosistem penting bagi berbagai spesies flora dan fauna yang hidup di dalamnya.

Hutan hujan tropis dataran rendah yang mendominasi kawasan ini menyediakan lingkungan yang ideal bagi keanekaragaman hayati yang luar biasa.

Beberapa spesies satwa langka lainnya yang dapat ditemukan di sini antara lain badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), beruang madu (Helarctos malayanus), tapir (Tapirus indicus), serta berbagai jenis primata dan burung endemik.

Sayangnya, banyak di antara spesies ini mengalami ancaman serius akibat perburuan liar dan penyusutan habitat akibat deforestasi. Salah satu program konservasi unggulan di TNWK adalah Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, yang didirikan pada tahun 1985 dengan tujuan utama melatih gajah liar agar dapat hidup berdampingan dengan manusia secara lebih harmonis.

Gajah-gajah yang berada di pusat ini biasanya adalah individu yang sebelumnya terjebak dalam konflik dengan masyarakat, seperti merusak ladang atau pemukiman penduduk.

Melalui berbagai metode pelatihan, gajah-gajah ini diajarkan untuk melakukan berbagai tugas, termasuk patroli hutan, membantu kegiatan ekowisata, serta mendukung upaya penyelamatan spesies lainnya di dalam taman nasional.

Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, populasi Gajah Sumatra di TNWK terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor utama, seperti hilangnya habitat akibat perambahan hutan, perburuan liar untuk diambil gadingnya, serta konflik dengan manusia.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Pusat Konservasi

Diperkirakan, jumlah gajah yang hidup di alam liar Sumatra kini hanya tersisa sekitar 2.400 hingga 2.800 individu, dengan populasi di TNWK berada dalam jumlah yang semakin kritis. Oleh karena itu, berbagai organisasi konservasi, baik dari dalam maupun luar negeri, terus bekerja sama untuk mencari solusi terbaik guna melindungi satwa ikonik ini dari ancaman kepunahan.

Selain menjadi pusat konservasi, TNWK juga memiliki potensi besar dalam bidang ekowisata. Wisatawan yang datang ke taman nasional ini dapat menikmati berbagai aktivitas menarik, seperti berinteraksi langsung dengan gajah di PLG, mengamati burung endemik, menjelajahi hutan dengan trekking, hingga menyusuri sungai dengan perahu.

Pengelola taman nasional juga aktif dalam mengedukasi masyarakat sekitar mengenai pentingnya konservasi dan menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata berbasis konservasi, diharapkan manfaat ekonomi yang diperoleh dapat membantu mengurangi ketergantungan penduduk terhadap eksploitasi hutan secara ilegal.

Keberadaan Taman Nasional Way Kambas tidak hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia, mengingat perannya dalam melestarikan keanekaragaman hayati global. Gajah Sumatra sebagai salah satu ikon konservasi memiliki nilai ekologis yang sangat tinggi, terutama dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis.

Jika populasi gajah terus mengalami penurunan, maka dampaknya tidak hanya terasa pada satwa itu sendiri, tetapi juga pada seluruh ekosistem yang bergantung padanya. Oleh karena itu, perlu adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi konservasi untuk memastikan kelangsungan hidup spesies ini di alam liar.

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai program perlindungan telah digalakkan di TNWK, termasuk patroli anti-perburuan liar, penguatan hukum terhadap pelaku perusakan lingkungan, serta kampanye penyadaran akan pentingnya menjaga satwa liar.

Meskipun tantangan yang dihadapi masih besar, upaya-upaya ini memberikan harapan bahwa TNWK akan tetap menjadi rumah bagi Gajah Sumatra dan satwa langka lainnya di masa depan.

Jika dikelola dengan baik dan mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, TNWK tidak hanya akan menjadi pusat konservasi yang sukses, tetapi juga menjadi contoh bagaimana manusia dan alam dapat hidup berdampingan secara harmonis.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya