Kesibukan Pagi Nelayan di Sudut Zona Reklamasi Manado

Meski terhimpit areal reklamasi di sisi kiri dan kanan, dan jumlah nelayan yang kian berkurang akibat pantai yang terus direklamasi, puluhan nelayan tetap bertahan.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 18 Jun 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2019, 06:00 WIB
Suasana pagi di areal reklamasi Manado
Suasana pagi di areal reklamasi Manado

Liputan6.com, Manado - Beralihnya kawasan pesisir pantai menjadi areal reklamasi membuat jumlah nelayan di pesisir Kota Manado turut berkurang.

Jika di akhir tahun 1990-an saat belum ada proyek reklamasi masih berjumlah 1.000-an, kini hanya tersisa tak lebih dari 100 nelayan.

Kawasan Megamas Manado, sudah ramai setiap pagi. Meski jarum jam masih menunjukan pukul 05.30 Wita. Kompleks pusat perbelanjaan yang berada di areal reklamasi ini memang menjadi pilihan warga Manado untuk berolahraga.

Sekitar 50 meter dari arah laut, sebuah perahu nelayan merapat perlahan. Sesekali perahu itu berhenti. Rupanya sang pemilik perahu itu sedang mengail ikan. Setelah merasa cukup dengan hasil tangkapannya, pria paruh baya itu mulai merapat ke arah tambatan perahu yang terletak melekat di bebatuan areal reklamasi.

"Tambatan perahu ini dijanjikan Wali Kota Manado saat Pemilu waktu lalu. Ini lokasi yang tersisa bagi kami para nelayan untuk memarkir perahu kami," ujar Usman, salah satu nelayan.

Lokasi tambatan perahu itu pernah hancur dihantam ombak tinggi pada akhir 2014 silam. Kemudian dibangun kembali sebagai sandaran perahu-perahu yang menjadi sumber mata pencarian.

Hasil tangkapan berupa berbagai jenis ikan seperti oci, kakap merah, cakalang, dipindahkan dari perahu ke areal reklamasi.

Pondok Ikan

Salam Pagi
Proyek Reklamasi Boulevard 2 di Manado, Sulawesi Utara, bakal menggusur lokasi yang selama ini menjadi sumber penghasilan para nelayan. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun)

Di situ terdapat pondok kecil, yang di depannya ada beberapa meja untuk menjajakan ikan segar. Satu tumpukan ikan oci sebanyak 20 ekor sebesar telapak tangan orang dewasa dihargai Rp20 ribu.

Sedangkan untuk jenis kakap merah, bobara, dan cakalang yang berada dalam satu tumpukan berjumlah 6-7 ekor harganya mencapai Rp150 ribu.

"Jika hasil tangkapan melimpah, harga ikan turun," ujar Usman.

Di lokasi ‘pasar kilat’ itu terlihat begitu sibuk di pagi hari. Pembelinya kebanyakan adalah warga Manado yang sedang berolahraga di sekitar kawasan Megamas.

Meski terhimpit areal reklamasi di sisi kiri dan kanan, dan jumlah nelayan yang kian berkurang akibat pantai yang terus direklamasi, puluhan nelayan yang membentuk satu kelompok usaha ini tetap bertahan menjalani pekerjaan mereka.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya