Tips Samuel Wattimena Menduniakan Batik Purbalingga

Tampilan batik motif Goa Lawa khas batik Banyumasan, dengan dasar gelap dan motifnya yang besar, tegas dan berwarna mencolok.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 15 Agu 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2019, 07:00 WIB
Samuel Wattimena menjadi pembicara utama dalam gelar wicara keahlian tata busana di Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Samuel Wattimena menjadi pembicara utama dalam gelar wicara keahlian tata busana di Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Rekam jejak batik Purbalingga terbentang hingga puluhan tahun silam. Salah satu batik tulis khas Purbalingga yang belakangan populer adalah batik motif Goa Lawa.

Goa Lawa sendiri adalah salah satu destinasi wisata Purbalingga yang paling legendaris. Tak lengkap rasanya mengunjungi Purbalingga tanpa singgah di gua yang muasalnya adalah rumah kelelawar ini.

Mengikuti kesuksesan Goa Lawa yang begitu terkenal, batik motif Goa Lawa juga cepat dikenal. Tampilannya khas batik Banyumasan, dengan dasar gelap dan motifnya yang besar, tegas dan berwarna mencolok.

Pemerintah Kabupaten Purbalingga berupaya mendorong perkembangan batik-batik Purbalingga. Selain batik motif Goa Lawa, di kabupaten yang terletak di lereng Gunung Slamet ini juga ada motif Limbasari dan yang terbaru, Wayang Suket.

Pemerintah dan perajin bertekad untuk menduniakan batik Purbalingga. Harapannya tentu agar batik Purbalingga tak kalah pamor dari batik-batik dari daerah lain yang terlebih dahulu lahir dan terkenal.

Pemerintah Kabupaten Purbalingga mendatangkan penata busana kenamaan Indonesia, Samuel Wattimena, dalam gelar wicara bertajuk "Belajar Bersama Maestro Samuel Wattimena, Kompetensi & Keahlian Tata Busana", di Aula SMK Negeri 1 Bojongsari, dalam rangkaian Peringatan Hari UMKM tingkat Kabupaten Purbalingga, Selasa, 13 Agustus 2019.

Samuel membeberkan keberhasilannya sebagai salah satu desainer yang diperhitungkan di Indonesia, bahkan dunia.

Samuel Wattimena bercerita, untuk mencapai posisinya sekarang, perlu perjuangan keras. Desain dan tata busana adalah sesuatu yang sangat dinamis. Tiap saat ia mesti menggali ide yang lantas dituangkan menjadi sebuah karya.

 

Kekayaan Budaya Lokal untuk Menginspirasi Karya

Samuel Wattimena menjadi pembicara utama dalam gelar wicara keahlian tata busana di Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Kominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Samuel Wattimena menjadi pembicara utama dalam gelar wicara keahlian tata busana di Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Kominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Kemudian, sampai lah ia ke sebuah titik di mana ia menyadari bahwa inspirasi tak mesti berasal dari karya yang sebelumnya telah ada. Tak selamanya, model atau motif yang tengah populer yang akan melambungkan sebuah karya.

"Saya pernah memenangkan desain terbaik se-pasifik bukan karena karya saya penuh kristal dan perhiasan, tapi hampir seluruhnya menggunakan kain dari Indonesia. Dari situ mereka kagum dengan keragaman wastra (kain tradisional) Indonesia," ucapnya, Selasa (13/8/2019).

Menurut dia, kekayaan nusantara bisa ditelurkan menjadi sebuah karya yang fenomenal. Terlebih, Purbalingga memiliki banyak potensi yang dapat digali dan dituangkan menjadi sebuah karya. Salah satunya batik Purbalingga, dengan corak khasnya, seperti batik tulis motif Goa Lawa.

Untuk dikenal secara global, sebuah desain harus punya karakter yang beda dari yang lain. Ia juga menyarankan untuk banyak mempelajari kebudayaan-kebudayaan di Indonesia yang sangat beragam.

"Kita harus mempunyai ciri khas yang beda dengan desainer lainnya. Jika adik-adik ingin punya ciri atau karakter coba cari referensi dulu dari kebudayaan sendiri yaitu kebudayaan Purbalingga. Misalkan sumber inspirasinya dari kelelawar ini," ujar Samuel, yang juga Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM ini.

Karenanya, ia mengajak generasi muda, Purbalingga untuk memanfaatkan kekayaan budaya daerah untuk menciptakan sebuah karya. Kekayaan corak yang berbeda antara satu daerah dengan lainnya adalah modal yang tak terhingga.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi dalam mengatakan di era industri 4.0, UMKM tidak bisa terpisahkan dari generasi-generasi milenial. Itu termasuk industri kreatifnya, seperti seni batik.

 

Potensi Perkembangan Pariwisata Purbalingga

Parade dalam Purbalingga Batik Carnival. (Foto: Liputan6.com/Kominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Parade dalam Purbalingga Batik Carnival. (Foto: Liputan6.com/Kominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Menurut Tiwi, salah satu persoalan pelik dalam dunia batik adalah regenerasi. Kini, banyak perajin batik yang sudah berusia lanjut. Generasi muda mesti bersiap untuk menggantikan posisi mereka, tentu dengan karya yang lebih inovatif.

"Kita masih butuh generasi muda yang bisa merancang batik dan menjadi penerus mereka. Oleh karenanya perlu ada muatan lokal membatik di SMK, karena biasanya generasi muda kreatif dan out of the box," ucap Tiwi.

Ia juga mendorong agar siswa menggali potensi kebudayaan dan potensi lain yang bisa dituangkan menjadi sebuah karya. Tentu saja tak melulu kelelawar, bisa juga wayang suket, stroberi, atau knalpot, yang sama-sama ada di Purbalingga.

"Sebentar lagi hari batik, ke depan di Purbalingga akan digelar even batik. Salah satunya juga ada acara Young Entrepreneur Festival. Kita persilahkan para generasi muda berkreasi di sana. Mari kita tunggu di akhir bulan Agustus ini," Tiwi mengungkapkan.

Kepala SMK Ngeru 1 Purbalingga Niken Malasiyanti yakin, Purbalingga akan semakin berkembang. Terlebih kini tengah dibangun bandara berstandar nasional.

Karenanya, generasi muda perlu diberi ruang seluasnya untuk berkarya. Mereka juga perlu dikenalkan dengan kekayaan budaya daerah.

Terkini, jumlah siswa SMK Negeri 1 Bojongsari mencapai 1.456 orang. Mereka mengambil jurusan tata busana, tata boga, multimedia, dan perhotelan.

"Insya Allah dengan berkembangnya pariwisata di Purbalingga, para lulusan SMK N 1 Purbalingga siap berpartisipasi," ucap Niken.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya