Perjalanan Memburu Roh Candi Borobudur

Mengunjungi Borobudur dengan cara biasa, akan tampak biasa. Simak jurus ampuh ini agar bisa menikmati roh Candi Borobudur.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 23 Agu 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2019, 07:00 WIB
borobudur
Stupa utama candi Borobudur bisa dinikmati dari jendela Balkondes Wanurejo di sisi timur candi. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Magelang - Candi Borobudur memang sudah dikenal sebagai salah satu warisan dunia. Menjadi magnet yang sangat kuat. Jika mengambil satuan daya tarik magnet, entah berapa juta tesla kekuatan candi ini.

Namun mendatangi Candi Borobudur dengan langsung menuju ke candi dan berjalan-jalan, sudah sangat lumrah. Wisatawan lokal maupun internasional butuh sensasi yang berbeda agar menikmati Candi Borobudur bisa menghadirkan roh.

Upik, seorang karyawan hotel di Borobudur menyebutkan bahwa belakangan ini waktu tinggal para wisatawan di sekitar lokasi Candi Borobudur bergeser. Hotel-hotel yang dulu tak begitu ramai, kini selalu penuh dan sangat tinggi okupansinya.

"Para wisatawan sekarang menikmati candi Borobudur dengan cara berbeda. Momen yang paling diinginkan adalah saat matahari terbit. Karena dari puncak stupa Borobudur, bisa menikmati sunrise istimewa," kata gadis bertahilalat ini.

Jika hari pertama sudah menikmati kecantikan Borobudur, hari berikutnya para wisatawan ini akan bangun lebih pagi dan berjalan-jalan di desa-desa sekitar komplek candi. Mulai dari sisi selatan yakni di desa Tuk Songo, hingga desa-desa lain.

"Sensasi kehidupan desa masih sangat terasa. Jika beruntung datang saat musim tanam, pasti menemukan kesibukan petani di sawah. Bukan petani modern yang serba menggunakan mesin, namun petani tradisional yang masih mencangkul, membajak sawah dengan kerbau atau sapi, hingga menggiring bebek untuk digembalakan," kata Upik.

Desa-desa dengan pemandangan eksotis ini bisa dimulai dari desa Wanurejo. Dusun-dusun di desa Wanurejo seperti dusun Barepan, Soropadan, Tingal Kulon, Jowahan, Tingal Wetan, Gedongan, Ngentak, Brojolan dan Bejen adalah gudangnya pemandangan eksotis yang menyegarkan jiwa.

Bahkan dari Balkondes Wanurejo, jelas sekali bisa mendapatkan visual stupa utama candi Borobudur diapit banyak pepohonan. Eksotis sekali.

 

Punthuk Setumbu - Silancur

mbudur
Candi Borobudur diselimuti kabut, dilihat dari Bukit Punthuk Setumbu. (Foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Hari berikutnya cobalah berkeliling di obyek wisata sekitar candi Borobudur. Misalnya di Punthuk Setumbu dengan Gereja Ayam. Tempat ini sangat ngetop setelah Rangga mengajak Cinta jalan-jalan dan menikmati kabut serta candi Borobudur dengan cara yang sepenuhnya berbeda. Tentu saja itu di adegan film Ada Apa Dengan Cinta 2.

Tempat menarik lain untuk menikmati alam sekitar Borobudur adalah melalui Gardu Pandang Silancur. Memang tempatnya agak jauh dari candi Borobudur. Namun menempatkan Borobudur sebagai base camp tentu tidak salah.Menikmati alam sekitar Borobudur dari Punthuk Mongkrong di Kaliangkrik. (foto: Liputan6.com/felek wahyu)Puji Astuti, warga Kembang Limus Borobudur menyebutkan bahwa banyak wisatawan yang sudah bergerak dari penginapan di Borobudur ketika azan subuh belum terdengar. Mereka menuju dusun Dadapan di Desa Mangli, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.

"Perjalanan pagi tentu lebih cepat. Tak sampai satu jam sudah bisa sampai Silancur," kata Puji.

Apa yang dinikmati? Tentu matahari terbit dari ketinggian bukit. Karena lokasinya lebih tinggi dari bukit di Borobudur, kabut masih menyisakan lebih tebal.

"Kabut yang lebih tebal namun tetap transparan ini sangat bagus," kata Puji.

 

 

Telomoyo

borobudur
Perjalanan menuju puncak Gunung Telomoyo disuguhi pemandangan eksotis sehingga bisa sejenak lupa derita hidup. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Agak lebih jauh lagi adalah mendaki Gunung Telomoyo. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Magelang dengan Kabupaten Semarang. Dari Borobudur barangkali butuh waktu sekitar dua jam karena jalanan yang mendaki.

Mbah Rumiyati, warga Kopeng menyebutkan bahwa para pendaki Gunung Telomoyo ini sekarang sangat jarang yang berjalan kaki. Rata-rata menggunakan sepeda motor sewaan dari Borobudur.

"Kalau mau naik kan jalannya bagus. Lha naik sepeda motor saja bisa kok, nggak usah repot-repot jalan kaki," kata Mbah Rumi.

Dari pinggir jalan lereng Gunung Telomoyo ini saja para wisatawan sudah disuguhi pemandangan yang luar biasa. Shiluet gunung Merapi, Merbabu, Andong bahkan juga Sumbing dan Sindoro akan tersaji. Tentu saja jika berada di koordinat yang pas karena masih berada di lereng.

Yang paling seru dan sederhana adalah menikmati jembatan gantung di desa Tutup Ngisor. Sangat sederhana karena disuguhi pemandangan air terjun dari dam-dam penahan lahar muntahan Gunung Merapi.

"Memang hanya jembatan. Tapi itu adalah titik terbaik menikmati aliran sungai yang sangat jernih. Struktur jembatan yang unik sudah sangat luar biasa, ditunjang panorama alam di sekitarnya," kata Sumarjono, kepala dukuh Tutup Nduwur.

Menuju jembatan ini, dari Borobudur tak butuh waktu lama. Hanya sekitar 45 menit dan disediakan tempat parkir.

Simak video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya