Akrobat Mantan TKI Asal Ponorogo Bikin Menara Eiffel hingga Monas

Deretan menara yang sudah jadi disimpan di atas lemari kaca. Mulai dari Monas, menara Eiffel, menara kembar petronas Malaysia, masjid, gapura, candi hingga berbagai bentuk lain.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 08 Sep 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2019, 17:00 WIB
Akrobat Mantan TKI Bisnis Miniatur Monas hingga Menara Eiffel
Akrobat Mantan TKI Bisnis Miniatur Monas hingga Menara Eiffel (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Ponorogo - Biasanya, jika sudah memilih pekerjaan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), orang akan kecanduan. Kebanyakan mantan TKI akan kembali merantau lantaran tergiur gaji besar dan cepat mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Namun tidak dengan Miran. Pria berusia 35 tahun ini memilih tidak lagi menjadi TKI dan menjadi pengrajin miniatur menara dari limbah kaca.

Tumpukkan limbah kaca tampak menghiasi rumah Miran di Desa Bekare, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Deretan menara yang sudah jadi disimpan di atas lemari kaca. Mulai dari Monas, menara Eiffel, menara kembar petronas Malaysia, masjid, gapura, candi hingga berbagai bentuk lain.

Saat Liputan6.com mengunjunginya, Miran tengah mengambil potongan limbah kaca dari toko mebel milik tetangganya.

"Ya begini kegiatan saya. Kalau ada limbah kaca dari toko mebel saya ambil," kata dia, Minggu (8/9/2019).

Miran langsung memotong limbah kaca yang besar menjadi ukuran kecil, 1 sentimeter kali 1 sentimeter. Lalu menempelkan satu kaca dengan satu kaca lainnya yang berukuran kecil dengan menggunakan lem hingga membentuk menara.

"Proses mengelem ini paling lama, soalnya tiap masing-masing layer itu nunggu kering, begitu terus sampai jadi menaranya," tambahnya.

Awal Berbisnis

Akrobat Mantan TKI Bisnis Miniatur Monas hingga Menara Eiffel
Akrobat Mantan TKI Bisnis Miniatur Monas hingga Menara Eiffel (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sambil mengerjakan menara, Miran bercerita awalnya terjun ke bisnis miniatur. Awalnya setelah pulang sebagai TKI dirinya bingung tidak ada penghasilan, namun tidak berniat untuk kembali lagi menjadi pahlawan devisa.

"Saya ndak mau kerja di luar negeri lagi. Pingen saja di Ponorogo. Lebih nyaman jika dekat keluarga," ujarnya.

Saat itu di sekitar rumahnya ada pengusaha mebel, banyak limbah kaca yang berserakan. Berbekal belajar dari Youtube, dia pun berkreasi dengan kaca limbah. "Akhirnya bisa setelah 3 bulan mencoba," katanya.

Dia mengatakan, hasilnya dipasarkan lewat media sosial seperti Facebook dan WhatsApp. selain membuat miniatur menara, dia juga sering membuat hiasan dinding kaligrafi dan vas bunga.

"Biasanya saya bikin itu 2-3 hari selesai. Pernah ada pesanan menara Eiffel setinggi 2 meter itu selesai dalam waktu 1 bulan," terang dia.

Untuk satu menara, tergantung ukuran mulai dari harga ratusan ribu hingga belasan juta Rupiah. Tapi biasanya paling laris menara Eiffel yang seharga Rp350 ribu. Untuk vas bunga dan kap lampu mulai dari harga Rp30 ribu hingga ratusan ribu.

"Usaha ini pun terus berjalan sejak 3 tahun terakhir. Saya juga sering ikut pameran-pameran," paparnya.

Dalam satu bulan, Miran mampu meraup omzet jutaan. Pesanan paling banyak biasanya datang dari media sosial dan para pengunjung pameran.

Miniatur buatannya kali ini dilengkapi dengan lampu hias warna warni, jadi saat malam hari menara buatannya menjadi indah. Semakin menambah semarak suasana malam. "Paling besar itu pernah dikirim ke Tuban, nilainya Rp11 juta, bentuk menara Eiffel," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya