Kabut Asap Bikin Warung Apung di Sungai Musi Sepi Pelanggan

Kabut asap yang menyelimuti kota Palembang turut menurunkan omzet warung apung dan penumpang speedboat di Sungai Musi.

oleh Nefri Inge diperbarui 24 Sep 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2019, 00:00 WIB
Warung Apung di Sungai Musi Sepi Pelanggan karena Kabut Asap
Warung apung di tepian Sungai Musi Palembang sepi karena kabut asap (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan (Sumsel) yang mengakibatkan polusi kabut asap turut berdampak juga pada pedagang makanan di Kota Palembang, Sumsel. Salah satunya warung apung di tepian Sungai Musi Palembang.

Deretan warung apung di kawasan Pasar Tradisional 16 Ilir Palembang ini tidak terlihat ramai seperti biasanya. Para pelanggan lebih sedikit datang ke warung apung ini, karena tebalnya kabut asap.

Berkurangnya jumlah pelanggan yang datang di warung apung menurunkan pemasukan penjualan. Hal ini juga yang dialami Warung Apung Mbok Sri.

Menurut Sri, pemilik warung Apung Mbok Sri, dalam beberapa bulan ini sejak kabut asap menyelimuti Kota Palembang, pelanggan lebih sedikit belanja di tempatnya.

"Pelanggan saya kebanyakan sopir speedboat dan penumpangnya. Mereka biasanya datang pagi dan siang hari. Pelanggan saya sedikit sekali, karena aktivitas transportasi di Sungai Musi pada pagi hari berkurang jauh karena kabut asap sangat tebal di pagi hari," ujarnya kepada Liputan6.com, Minggu (22/9/2019).

Biasanya dalam satu hari, dia bisa mengantongi omzet sebesar Rp 2 juta. Namun, karena kabut asap ini, omzetnya menurun drastis sebesar Rp 1 juta. Kondisi ini membuatnya kesulitan untuk menyediakan makanan dalam jumlah banyak.

Sri berharap pemerintah daerah (pemda) di Sumsel segera mengatasi polusi kabut asap ini. Salah satunya dengan menegakkan hukum yang tegas kepada para pembakar lahan dan hutan di Sumsel.

"Pemerintah harus bertindak cepat untuk mengatasi ini. Karena tidak hanya kesehatan saja yang menurun, tapi usaha kami juga bisa terganggu. Jangan sampai polusi kabut asap ini berlangsung lama," katanya.

Heriyanto, sopir speedboat di Sungai Musi pun merasakan hal yang sama. Dalam satu hari sebelum ada kabut asap, dia biasanya membawa penumpang sebanyak dua kali pulang pergi.

Penumpang Speedboat Berkurang

Warung Apung di Sungai Musi Sepi Pelanggan Karena Kabut Asap
Aktifitas di Sungai Musi Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Namun, kondisi kabut asap yang mulai menebal di pagi hari, membuat para penumpangnya enggan untuk berangkat di pagi hari.

"Karena kabut asap ini, penumpang saya lebih memilih berangkat di siang hari saja. Jadi, dalam sehari hanya satu kali pulang pergi saya mengangkut penumpang. Pendapatan pastinya menurun drastis," ucapnya.

Suryana, warga Kelurahan 2 Ilir Palembang mengatakan, biasanya dia akan makan siang di warung apung untuk menikmati pindang ikan di tepian Sungai Musi. Namun karena kabut asap, dia lebih jarang ke luar rumah agar kesehatannya tidak terganggu.

"Saya sering makan siang di warung apung di saat tidak sibuk. Tapi kalau sekarang, malas ke luar rumah, apalagi ke tepian Sungai Musi. Kabut asapnya sangat mengganggu pernapasan saya," ucapnya.

Dari data Lapan yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Darah (BPBD) Sumsel, saat ini titik panas terpantau sebanyak 372 titik di lahan gambut. Titik api tersebar di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 149 titik dan Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 88 titik.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya