Liputan6.com, Aceh - Google mendapat kritikan soal layanan penerjemah atau Google Translate milik mereka. Kritikan ini dilayangkan karena isi terjemahan Google dinilai mendiskreditkan suku bangsa tertentu.
Terutama, opsi terjemahan dari bahasa Jawa ke Indonesia, Jawa ke Melayu, dan Jawa ke Inggris. Beberapa frasa dengan pilihan bahasa tersebut menunjukkan arti yang dinilai diskriminatif.
Protes dilayangkan Forum Masyarakat Melayu-Aceh melalui surat. Tak ketinggalan pula seorang anggota DPD RI Perwakilan Aceh yang juga mengirim surat satu hari kemudian.
Advertisement
Baca Juga
Surat-surat tersebut dialamatkan kepada manajer utama Google Indonesia di Jakarta Selatan. Keduanya dikirim beruntun pada 15-16 Oktober.
Adapun frasa yang dinilai diskriminatif seperti, anak melayu, wong melayu, gadis aceh, dan wanita aceh. Jika diterjemahkan dari bahasa Jawa ke Melayu atau Jawa ke Indonesia, menunjukkan arti bajingan, orang-orang yang curang, dasar brengsek, dan wanita yang kasar.
Terjemahan frasa-frasa tersebut hanya sedikit dari sekian frasa yang dinilai bernada diskriminatif oleh Forum Masyarakat Melayu-Aceh. Perusahaan yang berpusat di Amerika Serikat itu pun diberi tenggang waktu 3x24 untuk mengklarifikasi.
"3x24 jam, kita mendesak pihak Google memberi klarifikasi. Apabila itu kesalahan user, komunitas Google terjemah, setidaknya bisa memublikasi siapa," ujar narahubung forum tersebut, Haekal Afifa, kepada Liputan6.com, Rabu malam (16/10/2019).
Selaku etnis Aceh, Haekal mengaku risi. Namun, sebagai perusahaan multinasional yang bersistem kompleks, ia mafhum jika Google tak nirmala.
"Bisa jadi, yang indeks datanya itu, bukan pekerja Google-nya. Bisa jadi, ada komunitas google terjemahan. Kan, siapa saja, bisa indeks, cuma masalahnya, kita tidak tahu, karena tidak dipublis," kata dia.
Namun, dia juga tidak ingin hal yang disebutnya sebagai pelayanan Google yang 'gagal' itu bias serta berimbas. Terutama, mendistorsi hubungan antaretnis.
"Jadi bias untuk konflik horizontal, makanya, langsung kita protes ke Google-nya," imbuhnya.
Tanggapan Google Indonesia
Hal senada diungkap anggota DPD RI Fadhil Rahmi. Ia berharap Google lebih selektif, karena sisi eror terjemahan tersebut cenderung provokatif bagi etnis tertentu.
"Artinya, kita sayangkan. Harapan kita tidak menimbulkan keresahan. Toh, kita di Indonesia ini beragam. Memang, saya dapat informasi, itu bukan otoritas Google, tapi, hendaknya difilter," jawabnya.
Google Indonesia telah menyadari terdapat kesalahan pada sejumlah frasa di layanan terjemahan mereka. Perusahaan ini pun meminta maaf, di satu sisi, berjanji segera meneliti dan melakukan perbaikan.
"Kami meminta maaf kepada siapa saja yang mungkin merasa tidak nyaman oleh terjemahan ini," ujar Kepala Komunikasi Perusahaan Google Indonesia, Jason Tedjasukmana, kepada Liputan6.com, Rabu malam.
Soal hasil terjemahan yang dimaksud, Liputan6.com sudah melakukan uji coba pada Rabu pagi. Namun, kesalahan yang terdapat pada frasa-frasa tersebut ditemukan telah diralat ketika diakses pada malam harinya.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement