Menyimak Curhat Pasien Gangguan Jiwa Lewat Lukisan

Pameran seni rupa Festival Bebas Batas 2019 menampilkan 40 lukisan karya ODGJ yang berasal dari 5 RSJ di Indonesia. Lukisan tersebut menjadi media terapi penyembuhan bagi para ODGJ.

oleh Fajar Abrori diperbarui 24 Okt 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2019, 11:00 WIB
Pameran Lukisan Karya Pasien RSJ
Salah satu lukisan karya pasien RSJ Surakarta yang ikut dipamerkan dalam pameran seni rupa Bebas Batas 2019 di Solo Square.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo 'Allah, Aku Ora Edan'. Begitulah judul dari lukisan karya salah satu orang dengan gangguan jiwa alias ODGJ yang merupakan  pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr Arif Zainudin Surakarta saat mengikuti pameran seni rupa Festival Bebas batas 2019 di Solo Square, 21-23 Oktober 2019. Pameran itu menampilkan sebanyak 40 karya lukisan dari 5 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Indonesia.

Lukisan ‘Allah, Aku Ora Edan’ itu dipasang deretan paling depan dalam pameran itu. Karya lukisan itu cukup menarik karena terdapat coretan tulisan Allah yang ditulis dengan huruf Arab. Sedangkan di bawahnya ada kalimat ‘Aku Ora Edan’ (aku tidak gila) yang ditulis dengan huruf biasa. Tiga kata itu seolah menjadi sebuah isyarat ‘pemberontakan’ sang pelukis yang dilabegi sebagai orang gila atau mengalami gangguan jiwa.

Sedangkan dari komposisi warna memang cukup sederhana karena hanya menampilkan coretan dua warna kombinasi, yakni campuran warna cokelat dan hijau. Meski demikian, di balik goresan cat warna itu mungkin memiliki makna dan cerita yang mendalam dari curhatan sang pelukis yang merupakan ODGJ.

Dalam pameran seni rupa Festival Bebas Batas 2019 yang dibuka Direktur Kesenian Kemendikbud Restu Gunawan itu menampilkan sebanyak 40 karya lukisan. Semua lukisan itu merupakan hasil karya puluhan ODGJ yang dirawat di sejumlah RSJ di Indonesia, meliputi RSJ Surakarta, RSJ Magelang, RSJ Bogor, RSJ Surabaya dan RSJ Palembang.

Jokowi

Pameran Lukisan Karya Pasien RSJ
Seorang tamu sedang mengamti lukisan Presiden Jokowi yang merupakan karya pasien RSJ Bogor yang ikut dipamerkan dalam Festival Bebas Batas 2019.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Para pelukis itu tidak hanya menampilkan coretan seperti pemandangan alam, ikan, buah dan barong. Mereka juga mengekspresikan kegundahan hatinya dalam lukisan, seperti melukis wajah sang kekasih, hingga lukisan curahan hati yang bertuliskan ‘Kujaga Hatimu Dengan Menikahimu’. Meskipun mereka tidak sempurna, namun karya lukisan salah satu ODGJ yang merupakan asien RSJ Bogor berhasil menarik perhatian pengunjung karena lukisannya bergambar wajah Presiden Jokowi lengkap dengan peci.

Salah satu psikiater RSJD Dr Arif Zainudin Surakarta, Maria Rini Indriati mengatakan RSJDSurakarta mengirimkan sejumlah lukisan dalam pameran tersebut. Lukisan itu  merupakan karya pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. “Ada tiga lukisan dari rehabilitant (pasien RSJ) yang saat ini ikut di dalam pameran,” kata dia.

Seni lukis, menurut Maria, menjadi salah satu cara terapi rehabilitasi yang diperuntukkan bagi para pasien dengan gangguan jiwa di RSJ Surakarta.  Dengan melukis, para pasien bisa menunjukkan ekspresi emosi yang sedang dialaminya.

"Apakah mereka sedang marah, sedih, dan gusar akan terpancar dari ekspresi mereka. Mungkin rasa kesepian itu bisa digambarkan lewat lukisan warna saja dan gambar kecil saja berupa orang sendirian," ujarnya.

Simak video pilihan berikut:

Terapi

Pameran Lukisan Karya Pasien RSJ
Seorang pengunjung sedang melihat lukisan karya pasien RSJ yang dipamerkan dalam Festival Bebas Batas 2019.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Dia menambahkan dengan kegiatan melukis para pasien yang sedang menjalani perawatan di RS bisa melepaskan dan menceritakan emosinya yang sedang ada dalam pikiran. Bahkan, melukis juga bisa meredakan ketegangan yang dialami para pasien.

"Karena dengan melukis dan menggoreskan cat, mereka akan asyik di dalam kegiatan itu sehingga kegelisahan bisa turun. Kita juga bisa mem-follow up hasil terapi kita dengan lukisannya. Lukisan yang dulu bagaimana dan sekarang bagaimana," ungkapnya.

Meski menjadi salah satu terapi penyembuhan, namun Maria menegaskan bahwa tidak semua pasien RSJ bisa mengikuti terapi tersebut. Terapi tersebut hanya diperbolekan kepada pasien ODGJ yang sudah mulai tenang.

“Jadi mereka yang sudah tenang kemudian di-assessment oleh psikolog kami, apakah  untuk bisa ikut terapi rehab. Lha nanti terapi rehabnya tergantung harinya, kami ada terapi rehab melukis, olahaga, dan lainnya,” ucapnya.

Apresiasi

Pameran Lukisan Karya Pasien RSJ
Direktur Kesenian Kemendikbud Restu Gunawan sedang membuka pameran Festival Bebas Batas 2019 dengan melukis.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Sementara itu, Direktur Kesenian Kemendikbud Restu Gunawan mengatakan pameran seni rupa Festival Bebas Batas 2019 memang menampilkan lukisan karya orang dengan gangguan jiwa yan sedang menjalani rehabilitasi di RSJ. Pameran tersebut digelar sebagai ajang untuk mengapresiasi karya para pasien gangguan kejiwaan yang tersebar di sejumlah RSJ yang ada di Indonesia.

"Untuk karya yang dipamerkan ini ada sekitar 40 karya lukisan dan seni kriya. Kita melibatkan sebanyak 5 rumah sakit jiwa," sebutnya.

Dipilihnya odgj untuk memamerkan karya lukisannya karena menurut Restu bahwa seni lukis  menjadi salah satu terapi untuk penyembuhan. Maka tidak heran, jika pihaknya mengadakan sejumlah seminar di rumah sakit jiwa untuk menjaring karya-karya para pasien tersebut.

“Jadi konteksnya adalah mengapresiasi karya-karya itu karena baha seni tidak hanya untuk kesenangan tapi kan juga untuk art terapi itu. Makanya kita adakan workshop di beberapa rumah sakit untuk menjaring karya sudara kita itu. Kita ingin memberikan ruang makanya kita datang ke mall memamerkan karya lukisan itu supaya orang bisa mengapresiasi langsung,” jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya