Cerita Gempa 5,8 SR Bikin Panik Pasien Covid-19 di Ruang Isolasi RS Undata Palu

gempa mengguncang sulawesi tengah

oleh Heri Susanto diperbarui 29 Mar 2020, 05:30 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2020, 05:30 WIB
petugas kantor Geofisika Palu
Seorang petugas Kantor Stasiun Geofisika Palu menunjukkan sebaran alat deteksi gempa di Sulteng, (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Liputan6.com, Palu Gempa berkekuatan 5,8 SR yang terjadi pada Sabtu (28/3/2020) pada pukul 23.43 Wita yang berpusat di Kabupaten Poso, membuat panik warga. Ketakutan juga melanda para pasien di ruang isolasi penanganan Covid-19 di RS Undata Palu.

Menurut Kepala Stasiun Geofisika Palu, Cahyo Nugroho, berdasarkan analisa, gempa tersebut berpusat di sebelah barat Kabupaten Poso atau 95 kilometer dari Kota Palu dengan kedalaman gempa 10 kilometer.

Getaran gempa juga dirasakan di Kabupaten Sigi, Palu, dan sebagian Sulawesi Selatan dan barat. Selain gempa 5,8 SR itu, gempa-gempa susulan juga tercatat masih terjadi meski dengan kekuatan lebih kecil. Aktifitas sesar lokal juga disebut menjadi penyebab gempa itu.

Cahyo juga mengatakan belum ada laporan kerusakan akibat gempa tersebut karena daerah yang menjadi pusat gempa sulit diakses telekomunikasi.

“Sampai pukul 00.30 Wita, Minggu dini hari kami mencatat ada 6 kali gempa susulan. Analisa kami gempa akibat aktifitas sesar Moa, sesar lokal,” kata Kepala Stasiun Geofisika Palu, Cahyo Nugroho, Sabtu malam (28/3/2020).

Sementara di Palu, beberapa warga mengaku masih merasakan trauma gempa yang terjadi pada 28 September 2018 lalu akibat kerasnya getaran.

“Jujur saja takut, apalagi tadi getarannya keras, jadi ingat bencana tahun 2018 lalu,” kata Hariyanti, salah satu warga Kelurahan Nunu, Palu.

Di kota Palu sendiri tidak ada laporan kerusakan akibat gempa yang tersebut.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Kepanikan di Ruang Isolasi Pasien PDP Covid-19

ruang isolasi PDP Covid-19 di RS Undata Palu
Petugas RS Undata Palu memeriksa kondisi ruang isolasi PDP Covid-19 pada 3 Maret 2020. (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Kuatnya getaran gempa juga membuat pasien yang ada di ruang isolasi penanganan Covid-19 RS Undata Palu cemas dan panik lantaran ruang isolasi tersebut berada lantai 2.

Salah satu pasien kepada Liputan6.com melalui telepon mengungkapkan, terbangun saat gemuruh dan getaran gempa terasa. Mereka hanya bisa berteriak dan kebingungan tanpa bisa keluar dari ruangan isolasi.

“Kami hanya bisa mengintip dari jendela kondisi di luar, tidak tenang saya, ini lantai 2. Di lantai bawah terdengar orang-orang keluar dan berteriak juga. Saya kebingungan. Rasanya ingin pulang,” ungkap M salah satu pasien isolasi berstatus PDP di RS Undata, Palu dengan nada panik, Sabtu malam (28/3/2020).

Kepanikan pasien juga karena saat kejadian tidak ada petugas yang berada di ruangan. Petugas dan tenaga kesehatan disebut baru datang ke ruang isolasi pada jam-jam tertentu.

“Setelah gempa itu baru datang petugas mengecek ruangan. Biasanya pagi hari baru petugas kesehatan datang untuk periksa pasien,” ujar pasien yang telah membaik kondisinya itu.

Para pasien di ruang isolasi berharap pihak rumah sakit menyiapkan langkah atau memberitahukan apa yang harus mereka lakukan jika terjadi gempa lagi.

“Kalau begini kami bingung harus bagaimana, apalagi kami pasien khusus,” pungkas dia lagi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya